Winter, December 2006
Jeon Jungkook, bocah berusia lima tahun itu harus disuguhi pemandangan mengerikan yang terjadi tepat didepan matanya. Malam itu langit menjatuhkan jutaan tetesan airnya seolah ikut menangis mengantarkan kabar buruk yang akan menimpa keluarga Jeon.
Seperti biasanya diatas jam sembilan malam sudah tidak ada lagi yang bersuara dirumah keluarga itu, semua orang sudah terlelelap. Namun pukul dua pagi Jungkook kecil terbangun, ia mendengar suara seperti orang yang sedang berdebat. Ya Jungkook tau, ia pikir itu pasti orang tuanya karena akhir-akhir ini kedua orangtuanya memang sering sekali berdebat, entah mengenai masalah apa, Jungkook masih terlalu kecil untuk mengerti permasalahan orang dewasa.
Jungkook kecil semakin merasa takut karena mendengar samar-samar teriakan ibunya apalagi hari ini dirinya harus tidur sendirian sebab Jeon Taehyung kakak keduanya yang hanya satu tahun lebih tua darinya itu sedang menginap di rumah nenek mereka. Karena takut, Jungkook memilih untuk pindah ke kamar kakak sulungnya, Jeon Jimin. Saat melewati kamar kedua orangtuanya benar saja itu kosong, mereka tidak sedang tidur.
Prang!
Tubuh jungkook terperanjat, ketakutan dalam dirinya semakin menjadi saat mendengar sebuah benda yang pecah, karena rasa penasarannya melebihi rasa takutnya ia memilih untuk mengurungkan niatnya pergi ke kamar kakaknya dan berjalan menuju ruang tengah tempat suara bising tersebut terdengar.
Bocah lima tahun itu dengan segala ketidakberdayaannya jatuh bersimpuh diambang pintu ruang tengah. Netranya tidak mungkin salah melihat, Jungkook dengan sangat yakin yang saat ini tergeletak bersimbah darah itu ibunya.
Lantas dimana ayahnya? karna yang sedang menusukan pisau berkali-kali ketubuh ibunya itu jelas bukan ayahnya. Dua orang pria berperawakan besar berpakaian serba hitam dengan topi yang sedikit menutupi wajahnya itu membiarkan Jungkook kecil menyaksikan adegan tragis yang membuat dirinya menjerit histeris jauh didalam hatinya.
Ternggorokannya tercekat tidak bisa berkata, dadanya sesak bukan main, kepalanya pening luar biasa, Jungkook kecil sudah tak sanggup lagi melihatnya.
"kookie?? ada apa?" itu Jeon Jimin, kakak sulungnya baru saja terbangun dari tidurnya
sesaat sebelum Jungkook kecil berusaha mengucapkan sesuatu, Jeon Jimin sudah sadar akan kejadian yang sedang terjadi didepan mata dirinya dan si bungsu
"eom..eomma? eommaaaaa?!! yaaaaak apa yang kalian lakukan terhadap eommaku huh???" teriak bocah sebelas tahun itu dari ambang pintu (ibu)
Sadar akan keberadaan kedua bocah kecil itu, kedua pria tersebut menghentikan perbuatannya. Mereka menoleh lalu tersenyum penuh arti, kemudian terdengar samar salah seorang pria itu berbicara terhadap rekannya
"kau habisi mereka, aku pergi dulu"
Saat Pria berpakaian serba hitam satunya itu pergi, pria berpakaian serba hitam lainnya langsung menghampiri kedua bocah yang sedang berpelukan diambang pintu. Sang bungsu yang masih saja bungkam karena sangat terkejut tengah dipeluk erat oleh sang kakak sulungnya.
"Nah siapa dulu yang ingin ikut pergi bersama eommamu?" ucap pria itu dengan senyuman mengerikannya -dan tangan kirinya yang memainkan pisau lipat berukuran sedang.
Dengan gesit pria itu menarik Jungkook dari pelukan sang kakak. Jungkook kecil di pukuli habis-habisan, ia meringis kesakitan dan terus memberontak dengan segala ketidakberdayaannya. Namun sebelum pisau tajam itu mengenai tubuh kecil Jungkook, kakaknya menghentikan pria itu dengan menggigit keras pergelangan tangannya.
Pria itu mengerang kesakitan setelah Jimin benar-benar menggigit pergelangan tangannya sekuat tenaga
Kini pisau lipat itu sudah berpidah tangan, Jeon Jimin menggenggamnya dengan sangat erat, lalu saat mendapat kesempatan, sebelum pria itu bangkit untuk menyerang adiknya lebih parah lagi, tanpa berpikir panjang ia langsung menusukan pisau tersebut tepat keleher pria itu. Darah segar menyemburat kesegala penjuru juga mengenai tubuh mungil Jungkook yang duduk terdiam melihat jelas kejadian demi kejadian tersebut, terutama apa yang kakaknya lakukan terhadap pria berpakaian serba hitam itu.
Kecuali Jungkook, semuanya sudah tergeletak tak sadarkan diri dilantai ruang tengah, begitu pula kakaknya, Jeon Jimin jatuh pingsan setelah apa yang telah dilakukannya.
Pemandangan rumah itu kini begitu mengerikan dengan darah yang berceceran disegala penjuru ruangan
Keadaan sudah kembali hening seperti sebelumnya, hanya suara jatuhnya air hujan yang terdengar sangat jelas dari luar pekarangan rumah, malam itu menjadi malam yang sangat dingin bagi Jungkook, tubuhnya menggigil hebat. Jungkook kecil menahan perih luar biasa di sekujur tubuh dan hatinya. Kedua matanya terus mengeluarkan cairan yang begitu pilu juga perutnya yang begitu mual luar biasa karena seorang bocah lima tahun itu harus menyaksikan dengan jelas kejadian demi kejadian mengerikan didepan matanya. Dari sinilah hidup seorang Jeon Jungkook mulai benar-benar sangat menderita.
"E..eomma.. Hyu..ung.."
Senyum mengerikan pria itu.
aku harap, aku dapat terus
menyimpannya di dalam
memori ingatanku- Jeon Jungkook»»»»»»»»»»»»I'm Fine««««««««««««
Pt ini masih termasuk prolog kyanya :v
•
•
•
Thank u
Big hug♡
Next??
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FINE (but save me)
FanfictionSelalu berkata baik-baik saja padahal jauh didalam dirinya sudah harus menerima uluran tangan orang lain. Terlalu banyak kebohongan dan hal yang Jungkook sembunyikan, Jimin begitu juga Taehyung tidak pernah tau apa yang sebenar-benarnya adik keciln...