2 - awal mula

12 2 0
                                    

Di pagi yang cerah, dira terbangun dengan mulut yang menguap menandakan bahwa dia kurang tidur. Semalam ia belajar untuk ujian fisika lusa nanti. Dira sengaja bangun pagi-pagi karena ingin segera membantu nenek memasak didapur. Dia keluar kamar menuju dapur, disana sudah terlihat wanita lansia dengan rambut yang memutih hampir keseluruhan. Kulitnya putih, wajar bila kulit putih ibunya menurun dari sang nenek dan turun jua ke Dira, dira lansung menghilangkan pikirannya yang tiba-tiba teringat ibunya itu dira tidak ingin selalu mengingat ibunya. Sebenarnya dira bukan tipe pendendam, tapi ia hanya berusaha untuk melupakan masa lalu.

Ia tahu pasti nanti  neneknya akan menyuruh dia untuk tidur lagi dia menggelengkan kepala sambil tersenyum. Mana bisa dira tidur kembali kalau sudah terbangun ia akan sulit tidur kembali dan juga dia pasti terus kepikiran dengan masakan neneknya yang enak dan menggugah selera, batin dira.

Saat suadah disamping nenek dira, seperti biasa neneknya langsung menceramahi dira.

"Kamu itu ya ngeyel banget kalau dibilangin"ucap nenek dira sambil menyentil hidung mungil dira."nenekkan selalu bilang sama kamu. Kamu nggak usah bantuin nenek didapur!"

Dan seperti biasa dira hanya terkekeh, baru saja dira ingin menjawab tapi sudah dipotong neneknya.

"Nggak usah menggunakan alasan agar nenek tidak kecapekan!"ucap nenek dira dengan suara lembutnya namun agak menekan sesikit ucapannya.

"Nenek tau sayang bahwa kamu itu  sayang sama nenek, tapi seharusnya kamu memikirkan sekolahmu! Nenek tidak ingin cuma gara-gara bangun kepagian kamu ketiduran didalam kelas saat jam pelajaran, lalu kamu dihukum sama guru kamu".ucap nenek dengan mengusap rambut panjang dira yang lembut.

"Tidak apa-apa nenek, dira memang seperti ini jangan mengubah sifat dira ini. Dira tidak mau melihat nenek melakukan semua ini sendiri hingga nenek kecapekan dan berakhir dengan dirawat dirumah sakit selama beberapa hari. Saat nenek dirumah sakit, aku nanti tidak bisa bermanja lama-lama dengan nenek" jawab dira dengan mata bulatnya yang indah dan memperlihatkan wajahnya yang memelas.

Dira tau dengan cara tersebut, nenek atau kakeknya akan langsung luluh padanya. Neneknya meng-iyakan bantuannya lalu ia langsung memegang alat dapur untuk memasak.

Neneknya hanya berkacak pinggang sambil tersenyum kearah cucunya yang sedang memunggunginya dan menggelengkan kepala karena sifat cucunya yang keras kepala tersebut. Padahal niatnya menyuruh dira tidur kembali agar ia tidak ketinggalan pelajaran karena kurang tidur dan tertidur dikelas.

Ya. Terkadang ia mendapat laporan dari sekolah dan harus datang ke sekolahan akibat sering tidak memperhatikan pembelajaran karena sifat dira itu. Tetapi gurunya tidak pernah memperpanjang masalah karena mereka tahu bahwa dira adalah sosok yang polos.

Tapi apa boleh buat, sifat dira yang suka menolong orang tanpa melihat baik buruknya seseorang masih dan selalu melekat pada diriya dari kecil hingga sekarang.

Terkadang Dira membayangkan dia menjadi orang kaya lalu memiliki sorang pelayan yang banyak, bukan berarti dia ingin bersantai-santai seperti teman-temannya yang kebanyakan lahir dikalangan orang berada. Tetapi karena dia ingin melihat neneknya beristirahat dengan dengan tenang di masa tua-nya. Dira hanya terdenyum memikirkan hal itu karena itu tidak akan mungkin terjadi pada dirinya.
Nenek Dira kebingungan melihat cucunya tersenyum "hey kok kamu senyum-senyum? Hmm pasti lagi mikirin cowok ya?" tanya nenek sambil menoel pipi mulus dira.

Dira menggeleng "bukan apa-apa nenek, aku memikirkan bahwa sepertinya nanti setelah membantu nenek memasak aku juga akan membersihkan seluruh ruangan rumah ini"ucap Dira sambil tersenyum manis namun masih fokus motong bawang merah.
Mendengar itu neneknya kaget lalu  menghadap Dira dan langsung menjepit hidung Dira dengan ibu jari dan telunjuk. "Anak ini...,dibilangin gak usah bantuin bandel banget sih"

"Ih nenek tangannya bau daun bawang" Dira memanyunkan bibirnya. Tapi ia langsung terkekeh.

"Pokoknya setelah ini harus langsung mandi !".

"Tap.." "Eits gak ada tapi-tapi lagi pula hari ini kan kedua kamu masuk sekolah
dikelas IX" sela neneknya sambil memelototi Dira.

Dira menghela napas kasar "Baiklah.." Dira mulai berjalan kekamar lalu membalikkan badannya lagi "tapi aku bolehkan menyapu  disekitar ruang tamu dan dapur?"

"Dira..!!" teriak nenek. Dira langsung berlari kekamarnya dan menutup pintu kayu kamarnya karena tadi melihat kemarahan neneknya dengan tangan yang sudah membawa panci kecil dengan hangus hitam pekat dibawahnya siap dilempar kearah Dira. Dibalik pintu dia tertawa namun tidak sampai terbahak dia tadi berniat menjahili neneknya dengan menawarkan lagi bantuan, tapi dia juga serius tadi ingin membantu. Neneknya hanya bisa geleng kepala lalu melanjutkan acara memasaknya.

°(´∀')°

*Jangan lupa vote ya...please!!

Kisah Hidup DiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang