H

210 23 0
                                    

Gue bersenandung kecil sembari memutar kunci mobil dengan jari telunjuk kanan gue. Senyum mengembang begitu aja karena mikirin Yerin, cewek mungil yang menarik perhatian dan mengisi pikiran gue sejak pertemuan terakhir kami, tiga hari yang lalu.

Gue segera keluar lift, ketika udah sampe di lantai apartemen gue. Jemari gue baru aja mau menekan empat digit angka yang jadi password apartemen gue, kalo aja cewek yang berdiri kerepotan dua pintu dari gue gak mengalihkan perhatian gue.

Gue menghendikkan bahu sekilas, lalu kembali lagi ngelanjutin apa yang tadi sempet tertunda. Tangan gue membuka kenop pintu dan masuk ke dalam.

Gue mengernyitkan kening sebentar, merasa agak familiar dengan cewek tadi, jadi demi rasa penasaran tidak penting seorang Park Chan Yeol gue kembali membuka pintu dan mengintip cewek tadi dengan kepala yang menyembul sedikit.

Bisa gue liat cewek itu menempelkan ponsel pada telinganya, kemudian dia menyugar rambutnya ke belakang membuat gue bisa melihat wajahnya.

Mata gue mengerjap cepat, seketika sudut bibir gue tertarik begitu aja.

Ini cuma kebetulan, kan?

Gue gak tau, tapi bagi gue hal itu gak penting, dan kenapa pula gue harus repot mikirin hal itu?

Jadi gue bergerak secepat kilat menuju cewek mungil itu, Yerin.

Gue tepuk pelan pundak Yerin, membuat sang empunya menoleh dan mengerjapkan matanya cepat.

"Chanyeol?"

Yerin natap gue keheranan. Mungkin dia bingung kenapa gue bisa ada di sini, entahlah.

Gue tersenyum lebar, "Hai," sapa gue sambil melambaikan tangan di depan wajahnya, "Kita bertemu lagi. Kau sedang apa di sini?"

Yerin membalas senyuman gue lalu menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.

Cantik.

"Ini apartemen kakakku," tunjuk Yerin pada pintu 215, "Aku akan tinggal di sini untuk sementara," lanjut cewek mungil itu.

Kepala gue mengangguk paham, "Wah, kita akan jadi tetangga," ucap gue semangat.

"Aku tinggal di sana," gue menunjuk apartemen gue sekilas, "Mau mampir?"

"Em, boleh? Kakakku yang menyebalkan itu lupa memberitahukan kode apartemennya, dan dia juga belum pulang. Aku sudah telpon tapi tak dijawab," Yerin menghela nafasnya dalam, dan itu ngebuat dia terlihat lucu di mata gue.

"Ayo," gue dengan cepat menarik koper besar milik Yerin dengan satu tangan lalu sebelah lagi menggandeng Yerin menuju pintu apartemen gue.

Bisa gue liat Yerin ngerjapin cepat matanya pas gue gandeng tadi, buru-buru dia nyeret koper lainnya lalu mengikutin gue yang jalan ke depan pintu 211.

Gue lepas tangannya terus gue memasukkin password apartemen gue.

"Ayo masuk," ucap gue sambil senyum.

Yerin masuk ngikutin gue sambil nyeret kopernya. Dia lepas flat shoes putihnya kemudian mendudukkan diri di sofa nyaman gue setelah gue persilahkan.

"Jus, soda, atau apa?" Tanya gue sambil berjalan ke dapur.

"Ah, tidak usah repot-repot. Kalau tidak keberatan, aku ingin air mineral saja," bales Yerin yang gue angguki.

Gue kembali dengan segelas air mineral dan sekaleng soda di tangan. Gue mendudukan diri di sebelah Yerin yang lagi natap sekeliling apartemen gue dengan pandangan meneliti.

"Silahkan diminum," kata gue bikin dia menalihkan atensinya ke gue.

"Terima kasih," Yerin meminum sedikit airnya kemudian meletakkannya kembali di meja.

Gue natap Yerin yang lagi ngeliat bingkai foto yang terpajang satu-satunya di ruangan tamu apartemen gue.

Itu bukan foto keluarga gue, tapi foto gue bareng delapan temen gue.

"Itu teman-temanku," kata gue sambil senyum.

Yerin hanya ngangguk pelan sebagai respons.

Gue baru mau ngomong lagi, kalo suara dering ponsel Yerin berbunyi. Buat ngasih dia privasi, gue bangkit terus pergi ke dapur sambil membawa kaleng soda gue yang udah habis.

Saat gue balik lagi, Yerin udah bersiap pergi. Buru-buru gue nyamperin Yerin, "Kakakmu sudah kembali?"

Yerin menganggukkan kepalanya, "Iya. Aku pamit ya, Chanyeol-ssi. Terima kasih tumpangan dan air mineralnya," dia sedikit membungkukkan badannya bikin gue membalasnya juga.

Gue tersenyum sambil melambaikan tangan pada Yerin yang tengah membuka pintu apartemen.

Gue langsung menjatuhkan badan gue pada Sofa dengan wajah yang sekiranya berseri, saat Yerin udah menghilang dari pandangan dan pintu apartemen gue kembali tertutup rapat.

"Aigo, dia menggemaskan sekali," gumam gue sambil membayangkan wajah Yerin yang lagi tersenyum manis.

Gak tau kenapa, tapi hati gue rasanya perlahan menghangat, juga disusul detakkan jantung yang mulai berpacu cepat.

Gue rasa, gue tertarik sama Yerin. []

TBC:) Voment nya jan lupa ^^
Maff buat typo yang bertebaran . Kaya Cinta oppa yang di bagi bagi :-)

Meeting And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang