#
____________________________________
Begitu sampai di kediaman Jeon, Wonwoo memilih masuk ke dalam kamar pribadinya. Wajahnya benar - benar ditekuk saat mereka berangkat hingga sampai kemari. Hera hanya menahan tawa sepanjang perjalanan karena menurutnya Wonwoo lucu jika sedang begitu.
Pria itu benar - benar seperti bayi besar. Satu hal yang baru dia ketahui tentang Wonwoo adalah segala keinginannya harus terpenuhi dalam segala aspek. Jika tidak, pria itu akan ngambek tanpa alasan. Namun itu malah semakin menggemaskan dimata Hera.
"Kenapa anak itu?" Tanya Ny. Jeon pada Hera yang sedang mengeluarkan kue dari kotaknya, menaruh di lemari es.
Hera menanggapinya dengan tawa kecil, tak ingin menjelaskan lebih jauh apa penyebab Wonwoo bermuka masam.
"Kamu pasti capek yaa, menghadapi dia"
"Tidak kok eomma"
"Syukurlah kalau begitu, perbanyak sabar ya Hera" ujar Ny. Jeon, lalu ikut nimbrung asisten rumah tangga yang sedang asik memasak. Diikuti Hera setelahnya.
Kabarnya hari ini mereka akan mengadakan acara kepulangan Tn. Jeon dari bisnisnya sekaligus merayakan ulang tahun beliau minggu kemarin.
Mereka membantu menyiapkan makanan lalu menatanya. Sambil mengobrol macam macam. Termasuk tentang Wonwoo kecil. Ny. Jeon bilang kalau Wonwoo lebih suka diam di rumah daripada main bersama teman temannya di lapangan. Dia juga yang paling susah kalau di ajak kumpul keluarga.
Sampai Ny.Jeon selalu menyuruh beberapa teman sekelas Wonwoo untuk main kerumahnya, tapi Wonwoo malah kabur ke perpustakaan kota.
Hera merasa Ny. Jeon begitu ekspresif dan ceria bertolak belakang dengan Wonwoo yang sampai bisa dihitung berapa kali dia berekspresi.
"Nah sudah selesai" ujar Ny. Jeon sambil melihat meja makan yang sudah tersedia banyak hidangan. Setelah beres, Ny. Jeon menyuruh Hera untuk istirahat dan dia ingin membersihkan dirinya dulu.
Hera mengetuk beberapa kali pintu kamar berkayu itu, tak ada tanda tanda kehidupan di dalamnya. Diraihnya handle pintu langkahnya menyeret masuk. Dilihatnya Wonwoo sedang tertidur.
Tatanan kamar Wonwoo tetap sama seperti di rumah pribadi mereka. Namun lemari kaca disini lebih besar. Dan semuanya hanya berisi gundam dan buku buku.
Perhatian Hera beralih pada sebuah buku sajak yang disukainya, ternyata Wonwoo juga mempunyainya. Dia pikir Wonwoo hanya menyukai buku berbau sains atau sejenisnya. Karena kebanyakan pria menyukai itu.
"Sedang apa?" mata Wonwoo sudah terbuka sempurna lalu menyandarkan tubuhnya di senderan ranjang.
"Kamu suka ini?" Tanya Hera sambil menunjukkan buku itu. Wonwoo menyipitkan mata agar melihat benda yang dituju Hera lebih jelas.
"Tidak, itu pemberian seseorang"
"Laki - laki atau perempuan?"
"Memangnya itu penting" ujar Wonwoo datar.
"Tidak" Hera menaruh buku itu kembali, kakinya melangkah menuju pintu bersiap untuk keluar.
"Mau kemana?"
"Memangnya itu penting" ujar Hera meniru ucapan Wonwoo dengan intonasi serupa. Jawaban Wonwoo mengundang kegelisahan Hera itu sangat nampak dari ekspresinya yang mendadak ditekuk.
Tangan Wonwoo melingkar di tubuh Hera tiba - tiba. Dia menyadarkan kepalanya di bahu wanita itu.
"Kamu cemburu?" Ujar Wonwoo.
"Tidak, jangan geer deh"
"Lalu?"
"Lalu apaanya?"
"Kenapa cemberut begitu?"
"Memangnya kamu saja yang boleh, Lepas Won aku ingin bantu eomma"
Wonwoo membalikkan tubuh Hera agar menghadapnya, menatap iris kecoklatan milik Hera yang begitu dia sukai.
"Itu dari Boo, sayang" ujarnya lalu tersenyum. Hera terdiam sebentar, tiba - tiba dia merasa konyol. Hera benar cemburu, tapi dia tak ingin mengakuinya. Dan nyatanya Hera mencemburui sesuatu yang tak seharusnya dia cemburui.
"Tinggal bilang begitu saja apa susahnya sih" gerutu Hera. Wonwoo tertawa kecil. Membuat gadis itu semakin kesal.
"Sengaja" wonwoo tertawa menampilkan deretan gigi putihnya, cubitan meluncur mulus di pinggang Wonwoo.
Wonwoo merapatkan pelukannya hingga tubuh mereka menempel istrinya itu berhenti menyiksanya. Dia mendaratkan bibirnya di atas bibir Hera. Mengigitnya perlahan, lidahnya menerobos masuk ke dalam mulut Hera dengan ganas. Hera mulai memejamkan mata, menikmati tiap sesapan Wonwoo di bibirnya yang mulai membengkak.
"Ngh..Won..lepas" desah Hera karena Wonwoo membuatnya nyaris mati karena kehabisan udara. Wonwoo melerai tautannya, lalu beralih menciumi tengkuk Hera posesif.
"Kita lanjutkan urusan tadi pagi" ujarnya.
"Dikit lagi appa-mu pulang"
"Siapa yang peduli," ujar Wonwoo lalu kembali mencium Hera ganas, melanjutkan tujuan hasratnya yang sempat tertunda.
_______
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate #Jeon Wonwoo
FanfictionBagian 2 dari Nevermind. Pernikahan dengan landasan perjodohan bukan menjadi alasan Hera dan Wonwoo merasa tertekan. Berkat cinta mereka bisa bertahan. Namun apa jadinya ketika takdir mempermainkan keduanya, memihak hal dan buruk secara bersamaan...