*1

1.6K 148 16
                                    

Antagonis

Naruto © Masashi Kishimoto

Warning : FemNaru, OOC, Typo dan lain sebagainya.

Happy Reading~

Pagi menjelang, Sinar mentari mulai berebut masuk melalui celah-celah jendela kamar yang ada disetiap rumah.

Terlihat Seorang gadis berambut pirang menggeliat pelan dari balik selimutnya.

Dengan perlahan kelopak mata  lentiknya terbuka, menampilkan mata sewarna biru sapphire nan indah.

Beberapa kali matanya terlihat mengerjap, memfokuskan pandangan pada keadaan kamarnya di pagi hari.

"Mm.." gumamnya menggeliat, kemudian mendudukkan dirinya perlahan.

Sayup-sayup telinganya mendengar suara teriakan Mamanya yang menyuruhnya untuk segera bangun dari lantai bawah.

"Cih.." decihnya tiba-tiba, entah sadar atau tidak.

Mengabaikan teriakan Mamanya, Naruto kemudian turun dari ranjangnya. 

Bukan maksud Naruto ingin menjadi anak durhaka dengan mengabaikan Mamanya. Bukan. Tapi, coba kalian pikirkan, kenapa Mamanya lebih memilih membangunkannya dengan cara berteriak. Disaat anak-anak lain dibangunkan dengan cara lembut. Naruto malah diteriaki.

Oke, masalah berteriak itu mungkin hal biasa. Tapi ini teriaknya dari lantai satu rumah mereka. Bayangkan lantai satu. Yang terdengar sampai kamarnya hanya suara sayup-sayup.

Dan mirisnya itu terjadi setiap hari.

Untungnya Naruto selalu bangun tepat waktu, selalu di jam yang sama. Yaitu, sebelum Mamanya berteriak.

Menghela nafas pelan, Naruto memilih untuk langsung melakukan rutinitas paginya. Yaitu mandi, daripada nantinya Ia harus mendengar omelan-omelan yang keluar dari mulut Mamanya itu.

***

Naruto menuruni anak tangga menuju ruang makan. Ia kini telah mengenakan seragam sekolah khusus Konoha High School. Sekolah yang memang benar-benar favorit dan juga hanya untuk anak-anak kalangan atas.

Dengan langkah cepat Ia langsung memasuki area ruang makan. Sebelah tangannya tengah menenteng  tas sekolahnya dengan santai.

"Naruto, cepat duduk dan sarapan!" perintah Mamanya, Uzumaki Kushina, saat melihat sang putri memasuki ruang makan. Naruto hanya mengangguk, Dan langsung duduk dikursinya. Matanya menatap kearah makanan yang tersaji di meja makan.

Hanya roti dengan berbagai selai yang ada di atas meja. Diliriknya sang Kakak dan Juga Ayahnya yang kini tengah memakan sarapan mereka.

"Cepatlah makan, kalau Kau ingin ikut Papa untuk pergi sekolah." ucap Minato tanpa menatap kearah sang putri. Naruto hanya menghela nafas pelan. Ia memilih untuk mengoleskan selai pada roti tawar yang ada ditangannya.

"Hei Papa bicara padamu, setidaknya sahuti." ucap Kurama. Naruto tetap diam dan mulai menikmati sarapan miliknya.

"Dasar mentang-mentang Ahli waris keluarga. Kau bertindak semena-mena begini."

"Ne, Kurama-nii... Kalau tidak mau mengantarku. Aku bisa pergi naik bus kok. Tidak perlu sampai mengataiku dipagi hari." ucap Naruto datar. Ia sungguh tak suka di bilang ahli waris keluarga. Walaupun memang benar Ia dipilih oleh Kakek dan Neneknya untuk jadi ahli waris keluarga Namikaze, tetap saja Ia tak suka dengan embel-embel itu.

Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang