gue naikin undakan perlahan, lorongnya dibuat melingkar—bikin gue jadi pusing muter-muter mulu, mana bawa si somsom item dekil ini ngeribetin. gue ngelirik kertas digenggaman, kamar nomor 13.kenapa sih gue dapet angka sial?!
udah tongkat jelek, burung hantu item, kamar nomor sial. apalagi coba ketidak-adilan yang bakal menimpa gue?
gue ngeliat pintu kamar gue, tapi begitu sadar kalau si somsom masih gue pegang, gue mutusin untuk naruh somsom dulu di lantai paling atas. sementara tas gue, gue taruh di depan pintu.
mau nggak mau, gue naik tangga melingkar-lingkar itu lagi. jujur aja, bikin pusing! ada nggak sih sihir supaya gue bisa terbang aja gitu? cape banget nih naik tangga.
begitu sampai, gue ngeliat kakek-kakek tua yang lagi ngasih makan burung hantu. perawakannya biasa aja, gak nyeremin. cuma alisnya rada keatas, bikin raut wajahnya keliatan marah. padahal gue yakin dia nggak marah.
"misi, pak." ujar gue basa-basi.
kakek-kakek itu noleh, lalu ngelirik si somsom tajam.
"lee haechan?" tanyanya kemudian.
"saya pak yang lee haechan, dia mah namanya somsom, hehehe."
"taruh aja disini, biar saya yang urus. kamu belajar yang benar, ya." katanya.
yailah si kakek nasehatin gue.
"siap pak!"
sesuai perintah hyunjin si peta berjalan, gue langsung turun ke bawah untuk masukin barang-barang ke dalam kamar. yah, padahal barang gue juga gak banyak-banyak amat, gue aja cuma bawa 2 kaos sama 1 celana jeans.
kamar yang gue tempatin nggak terlalu besar, dan nggak berisi puluhan anak. dari kasur yang gue liat sih cuma ada dua. satu kasur di sebelah kiri dekat jendela acak-acakan, artinya udah ada yang nempatin. jadi gue naruh tas gue di kasur sebelah kanan lalu membawa barang yang disuruh hyunjin.
katanya tadi gue ada kelas sihir, ya?
tanpa membuang waktu lebih banyak lagi, gue ngeluarin tongkat sihir dan jubah hitam yang dibeli di toserba koh winwin. kemudian turun ke lantai bawah.
"jin," gue manggil hyunjin yang lagi duduk cantik di bangku koridor bersama seorang cewek.
hyunjin menoleh, begitupula cewek lain di sebelahnya.
"udah?" tanyanya.
gue ngangguk kaku sambil ngelirik ke arah samping hyunjin seakan bertanya siapa cewek di sampingnya itu.
kim hyunjin yang untungnya nggak sebego hwang hyunjin untuk urusan kode-kodean langsung ngeh apa maksud gue. dia dengan senyum tipis noleh ke arah si cewek itu, lalu nunjuk gue.
"dia lee haechan, murid baru di kelas 4." katanya. "chan, ini choi yena. temen sekamar gue."
gue melotot kaget, sementara yena tersenyum simpul ngeliat gue. ini choi yena yang ada di foto itu 'kan?
"lo baru masuk udah langsung ke kelas 4?" tanya yena heran.
"emang aneh, ya?" tanya gue.
yena menggeleng. "nggak aneh lah, malah keren."
dalam kurun waktu setahun ini, baru yena yang muja gue. hal itu bikin gue mesem-mesem nggak jelas, antara seneng dan bangga.
lagian gue juga heran, kok bisa haechan yang baru sehari ngakuin jati dirinya langsung keterima di sekolah sihir?
"duh, jangan dipuji dia mah. nanti langsung besar hati." ucap hyunjin ke yena.
tadinya gue mau nginjek kaki hyunjin supaya mulutnya diem—gak jelek-jelekin image gue di depan yena. tapi suara bel yang tiba-tiba bunyi mengurungkan niat gue barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
perchè : [5] just a little spell ✔️
Fanfictionperchè series [5] : lee haechan kalau diibaratin, hidup haechan itu sebelas dua belas sama harry potter. walaupun masih kerenan harry potter kemana-mana sih. sama seperti yang lainnya, haechan punya kemampuan spesial. tapi sampai saat ini, haechan n...