Ice Cream Love
Kopi ini hanya terlihat kabut tipisnya dan menebarkan aroma khas. Belum berhenti mencari inspirasi untuk apa yang sekarang harus ku tulis setelah aku kehilangannya. Waktu seakan berhenti ketika aku melihat gundukan tanah merah yang dikelilingi manusia-manusia meratapi tahan tersebut dengan air matanya. Di batu nisan tersebut tertuliskan persis apa yang tertulis di undangan yang akan kusebar minggu depan, nama mempelai wanitanya dan binti siapa dia.Aku hanya lelaki biasa, rasanya sudah capek mengeluarkan air mata ketika kulihat jasadnya sudah tertutup kain putih. Sekarang ia sudah tak terlihat, aku sertakan memori kesakitan ikut terkubur bersamanya dan masih kubawa memori indah yang akan terus hidup menemaniku.
Sempat terfikir untuk menuliskan jalan sedih hidupku, tetapi aku tak mau membuka liang lahatnya dan mengambil sepenggal kisah sedih kita, mana mungkin aku hanya menuliskan cerita indah saja di buku baruku, apa yang dipelajari para pembaca bukuku jika tak aku ikut sertakan memori kesakitan cinta? apa aku harus berbohong? Bahwa cinta itu indah? Setelah apa yang selama ini aku rasakan?
Cerpen Ice Cream Love
Aku melihat keluar jendela, orang-orang hiruk-pikuk terlihat masih sibuk padahal mereka seharusnya menikmati hari libur di taman kota ini, banyak anak-anak harus menikmati masa kanak-kanaknya yang kurang seru karena melihat ayahnya sibuk dengan HPnya dan ibu yang sibuk bergosip dengan ibu temannya. Aku hanya tersenyum tipis, ternyata memang waktu belum berputar sepertinya. Dunia belum kembali indah
"oh, sudah kuduga!! Lagi? Di hari minggu? Di coffee shop ini lagi?" sapa Eko, asistenku yang terpaksa mencari pekerjaan lain karena aku sudah membiarkannya menganggur.
"oh, kamu Ko!"
"yaelah!! Pura-pura kaget? Hohoho!" ejeknya
"gimana kerjaanmu? Lancar?" aku mengambil secangkir kopi yang sudah tak berkabut tipis lagi,
"ya, lumayan lah, tapi lebih besar gajiku yang dulu!"
"hahaha"
"eh, gue sih rela aja kalau jadi baby sistermu jika gajinya masih sama ama yang dulu..."
"hahaha, itu tawaran yang cukup menggiiurkan!" ucapku bercanda
"beneran!!!" ia menyrobot kopi yang akan ku minum
"maksudmu baby sister kan? mandiin gue, gantiin popok, nemenin gue bobok siang!!" kataku nyolot karena cukup lama aku menunggu kopi panas itu berubah hangat, tapi dia semena-mena meyrobotnya
"sluuupphhh, ahhh..."
"auhhh, joroknya"
"ahhh, memang beda rasanya kopi rasa gratis" Eko memasang tampang mengejek
"ah, gue mau keluar dulu beli rokok.."
"siaap baby!!"
Aku tersenyum meninggalkan tingkah polah sahabatku satu ini.Kubuka pintu café itu, merasakan udara segar alami meskipun agak panas tetapi udara ini lebih baik daripada aroma kopi di cafee yang tercampur dengan dinginnya udara AC
Aku lihat ada bapak-bapak jualan es krim, kayaknya segar!! kuhampiri dia.
"paak, tunggu" kulihat bapak-bapak tersebut semakin jauh menjajakan jualannya
Aku setengah berlari mengejarnya dan tidak sengaja menabrak seorang anak kecil
"oh... maaf maaf dek, kamu nggak papa?" untung dia tidak terjatuh
Ia menjawabnya dengan muka sedih sambil meratapi sesuatu yang terjatuh di depannya, es krim.
Anak kecil itu tiba-tiba menatapku tajam, tatapan itu menakutiku
"hehe, maaf dek, jangan nangis ya!! Mama kamu mana" aku gugup
Anak kecil itu menunjuk ke arah kerumunan pedagang kaki lima. Ia menarik ujung jaketku, sepertinya ia menyuruhku untuk berjongkok, mungkin dia mau mengatakan sesuatu
"apa?" aku menatapnya
Ia menggerakkan beberapa isyarat dengan tangannya dengan ekspresi marah! Ya tuhan, dia tidak bisa bicara. Aku semakin merasa bersalah, tapi rasa bersalahku berubah kebingungan ketika aku tak kunjung faham apa yang ia inginkan
"pelan-pelan dek!" aku masih bingung, kelihatannya sekarang aku naik level menjadi orang bodoh karena Cuma melongo melihat gerakan-gerakan dan mencoba menterjemahkannya sendiri
Ia menepukkan tangannya ke dadaku, sekarang aku paham maksudnya "aku? kenapa"
Selanjutnya ia mengayunkan jari jemarinya membentuk tanda-tanda tak jelas, sepertinya ia sudah mulai kesal, tetapi tiba-tiba ada yang menepukku dari belakang kemudian aku berdiri dan berbalik. Terlihat perempuan cantik, sekejap aku dibuatnya semakin bodoh dengan ekspresinya yang seakan menyalahkanku, ia sekarang yang jongkok di hadapan anak kecil itu. Aku terkejut, perempuan itu juga berkomunikasi dengan bahasa yang sama, isyarat.
Ia berdiri di hadapanku dan mengeluarkan memo kecil yang tergantung di lehernya, ia menuliskan sesuatu dan menyerahkannya padaku
KAMU SEDANG MEMBACA
Beberapa Cerpen Persahabatan {Lengkap}
Short StoryBeberapa cerpen persahabatan berasal dari google Di baca ya, aku sudah capek menyalin seluruh cerpennya Yap, aku menyalinnya supaya kita dapat membacanya Karena kita jarang sekali membuka google tentang cerpen gitu Barang kali ada yang terinspirasi...