Part 3

16 6 2
                                    

Anyeong 😀😘

Anyeong 😀😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Busan

“Kau jadi memindahkan barang-barangmu ke propertiku yang di daerah Busan, kan Kyuhyun-ah?” tanyaku kembali pada Kyuhyun melalui telepon setelah kejadian dia akan kembali kuliah dan propertinya di Seoul sudah penuh dengan berbagai penghargaan dan ijazah.
Aku heran mengapa dia sangat suka belajar? Sebelumnya ijinkan aku mengenalkan diriku.
Namaku Choi Siwon, umurku 359
tahun. Kau tahu kan vampir sepertiku ini hidup abadi dan tetap tampan walaupun aku sudah tua.
Propertiku ini baru saja kubeli dari seorang nenek yang tinggal di sebelah rumah, hanya untuk tempat menginap sementara kalau aku sedang bosan di Seoul.
“Ya! Choi Siwon. Apa kau mendengarku?” teriak Kyuhyun di seberang sana.
“Ah, ne. Wae?” tanyaku padanya. “Maaf, aku sedang menikmati browsing. Apa kau jadi pindah ke Busan?”
Aku mendengar decakan Kyuhyun di seberang sana. Tampaknya memang aku tidak mendengarkan saat dia menjawab pertanyaanku tadi.
“Bahasamu itu benar-benar sudah
kuno. Memangnya kau tidak aneh saat mengatakannya?” Kyuhyun selalu saja mencela bahasa “kuno” ku. Kadang memang aku sering lupa berada dijaman apa.
Saat ini aku sedang bersantai di propertiku yang baru di daerah Busan. Tetanggaku di Busan ini hanya nenek pemilik rumah sebelumnya dan seorang cucu perempuannya yang baru datang seminggu kemarin. Mereka berdua adalah manusia tapi ada yang berbeda dari gadis itu.
Aku bisa mencium adanya kekuatan magis melingkupi gadis cantik itu. Sudah lebih dari seminggu aku melihat gadis itu yang selalu melewati depan rumahku setelah aku
berenang di kolam renang pribadiku, rasa-rasanya aku pernah mengenalnya tapi dimana aku
mengenalnya. Kau tahu, aku seperti telah mengenalnya beratus-ratus tahun yang lalu.
Dia sedikit mengingatkanku pada Bae Jae Rin. Apakah dia reinkarnasi dari Bae Jae Rin? Kekasihku yang dulu meninggal karena pertentanganku dengan ayahnya. Dia berusaha
melindungiku dari serangan ayahnya yang sangat brutal dan hampir saja membunuhku.
Aku sangat kehilangan Bae Jae Rin, dan sekarang dia muncul lagi. Ah.. bukan muncul lagi, aku
belum tahu siapa dia jadi aku tidak mau berasumsi dulu tentangnya.
“Ya! Choi Siwon, vampir karatan! Kau menghilang kemana lagi ditengah
pembicaraan?!” Kyuhyun berteriak-teriak ditelepon. Pendengaran vampir sangat peka, jadi mendengar teriakannya lewat telepon sudah cukup membuatku terlompat dari lamunanku.
Apa lagi dia memanggilku vampir karatan. Sial bocah itu!
“Iya aku dengar. Kau ini tidak sopan dengan yang lebih tua!” semburku. “Aku yang tidak sopan atau kau yang tidak sopan karena meninggalkanku ditengah pembicaraan?” balasnya. Mulut pedasnya memang sepertinya tidak berkurang sedikitpun sejak 320 tahun yang lalu, masih saja menusuk-nusukku.
“Kapan kau jadi kemari? Kuliah mulai setelah liburan musim dingin kan?”

Diam sejenak, aku mendengarnya menghela napas. “Choi Siwon-ssi, aku sudah bilang akan ke sana besok. Apakah kau mendengarku dengan jelas sekarang, Orang Tua?” Ouch,
sial! Aku memicu mulutnya lagi. “Baiklah, aku mendengarnya! Tak usah memanggilku begitu, kau sendiri juga Orang Tua.”
“Biarpun aku juga tua, paling tidak aku tidak sepertimu yang mulai pikun,” Aargh, mulut
kejamnya beraksi lagi, keluh Siwon dalam hati. “Baiklah baiklah… Geumanhae. Kutunggu
kau besok di rumah, tidak usah pakai jasa pindahan rumah. Bawa sendiri saja, aku malas kalau terlalu banyak orang.”
“ Aku tahu. Aku sendiri juga malas repot, lebih baik kulakukan sendiri. Lagipula barang-barang yang kupindahkan hanya sedikit, yang lainnya biar kualihkan ke rumahku yang lain. Sekalian aku ingin melihat property barumu.”

Ha! Aku tahu dia selalu penasaran melihat hal baru. “ baiklah sampai besok. Kabari aku kalau kau sudah dekat.”
“ Ne, sampai bertemu besok.” Katanya mengakhiri pembicaraan.
Aku kembali ke laptopku
untuk membuka website kampus. Karena aku akan kuliah juga, paling tidak aku harus menentukan jurusan apa yang akan kuambil sambil aku kembali mengingat gadis tetanggaku
itu, wajahnya benar-benar mengingatkanku dengan Bae Jae Rin. Tapi, siapa namanya?
Aku sangat ingin mengenalnya jadi disinilah aku di depan rumahnya dan menghentikan sejenak kegiatanku tadi. Aku mengetuk pintu rumahnya, saat pintu terbuka hanya neneknya yang keluar.
“ Ah, Tuan Choi, ada apa? Apa anda memerlukan bantuan?” tanya Nenek Bae padaku.
Aku hanya tersenyum dan membungkukan badanku menghormatinya. “Tidak ada apa-apa, Nek. Aku hanya ingin berkenalan dengan cucu anda yang baru datang.” Jawabku dengan sedikit canggung.
“ Sayang sekali, Tuan Choi. Cucuku baru saja pergi. Ada hiasan piring keramikku yang kemarin tidak sengaja dia jatuhkan saat membersihkannya, jadi Yong Yoo pergi untuk membeli yang baru. Sebenarnya aku sudah melarangnya untuk pergi. Tapi dia bersikeras
untuk menggantinya dengan yang baru, karena dia tahu piring keramik itu salah satu koleksiku yang berharga.” Jawab Nenek Bae.
Gadis itu baru saja pergi?
“Tak apa, Nek. Aku bisa menyusulnya, kemana dia pergi?” tanyaku pada Nenek Bae dan beliau menjawab kalau cucunya pergi ke Gukje Market dan setelah dari sana dia akan pergi ke Chungnyeolsa.
Musim dingin seperti ini, apa yang mau gadis itu lihat d Chungnyeolsa? Ah.. merepotkan saja. Siapa tadi namanya? Yong Yoo? Sebaiknya aku susul saja dia sebelum terjadi sesuatu padanya. Aku pun berpamitan pada Nenek Bae yang sudah sangat baik memberitahu nama cucunya padaku, setelah aku mengatakan padanya kalau aku akan menyusul cucunya.
Sementara itu, Yong Yoo telah tiba di Gukje Market, dan melihat-lihat apakah ada penjual yang menjual keramik. Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan nama Yeon Hwa Rin tertera di layar ponselnya.
Belum sempat menjawab, Hwa Rin sudah lebih dulu menyemburnya dengan suara nyaring,
“ Ya! Yong Yoo-ah! tega sekali kau tidak mengajakku ke Busan!” sembur Hwa Rin.
Sudah seperti yang kuduga, Hwa Rin pasti marah-marah karena aku meninggalkannya.
Salahnya sendiri tidak mengangkat teleponku kemarin malam, kalau dia angkat pasti aku sudah mengajaknya kemari.
“ Mian, lalu bagaimana? Apa kau mau menyusulku ke sini?”
tanyaku padanya di sela-sela kegiatan memilih piring keramik yang kemungkinan mirip dengan kepunyaan Halmoni yang tidak sengaja aku pecahkan kemarin saat aku membersihkannya.
“ Hmm...memangnya ada yang menarik di sana?” tanya Hwa Rin. “entah, aku juga tidak
tahu, kau kemari saja lah. ku jemput nanti di stasiun setelah aku membeli piring keramik, eotte?”
“Iya, baiklah. aku ke sana, Tapi kau harus benar-benar menjemputku. Awas kalau tidak kulihat batang hidungmu di sana nanti.” ancam Hwa Rin padaku.
“ Sudah cepat sana berkemas, lalu kabari aku, kau naik kereta jam berapa.”
“ Tunggu aku disana. Nanti kukirim pesan, dan jemput aku,” Hwa rin pun mematikan teleponnya.
Dasar dia ini.

TBC

Falling in Love with Vampire (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang