2.

118 10 0
                                    

"Fariza Ahda Sabillah"

☀☀☀

Tadinya tak ada sedikit pun keberanian ku untuk mengukir kata-kata ini. Entah aku pun bingung ingin memulai dari mana.

Perasaan ini tiba-tiba saja muncul dan bermetamorvosa begitu cepat. Kuharap yang kurasakan itu diridhoi oleh Allah.

Tak ada niatan sekali pun aku menaruh apalagi menyimpan rasa padamu. Namun ini terlalu sakit jika ku biarkan. Aku tak seperti Saidina Ali bin Abi Thollib. Yang dengan indahnya dapat menyimpan cinta sucinya terhadap Fatimah Az-Zahra.

Dengan beribu pertimbangan aku memberanikan diri untuk mengungkapkan semuanya melalui surat ini. Aku tidak akan mampu membawa pergi perasaan ini.

Aku bukan laki-laki yang baik
Aku pun bukan laki-laki hebat
Aku hanya seorang laki-laki yang dengan lancangnya mencintai wanita sholihah sepertimu.

Namun jika perasaanku ini menggangu fikiranmu aku ikhlas untuk melepas segalanya. Dan jika kau mau berjuang bersama ku untuk memperbaiki diri. Ku harap kau sudi menungguku sembari aku memperbaiki agamaku dan memantaskan diri untuk menjadi imammu. Karna yang ku ingin aku mencintaimu karnanya, Karna Allah SWT.

"kak Fariza. Aku tersadar dari lamunanku. Teriakan adikku berhasil membuatku terkejut.

"kak Fariza. Ya allah di cariin dari tadi taunya tidur-tiduran sambil megang surat cinta. Teriak Raka.

"Apaan sih Ka. Kalo mau masuk tuh ketuk pintu dulu. Ucap salam kek, bilang permisi. Ini asal masuk aja". Kesel ku. Sungguh Raka memang menyebalkan itu salah satu kebiasaan buruk yang paling tidak aku suka .

Iya deh. Assalamualaikum... Kakak ku yang sedang galau gulana". Ucap Raka dengan senyum cengengesanya.

"Waalaikumsalam. Ada apa?

Itu ada kak Wardah di bawah. Cepet udah nungguin dari tadi".

Iya bawel ".

Aku segara keluar kamar dan menemui Wardah. Gak biasa Wardah dateng ke rumah. Apa lagi ini udah hampir magrib. Ada apa dengan dia?.

"Dah? . Aku langsung duduk di sampingnya. Wajahnya yang sendu bisa terbaca kalau dia sedang punya masalah.

Wardah langsung berhambur memelukku. Aku pun langsung menengkannya yang menangis di pundakku. "Ada apa Dah?
Aku mencoba membuka pembicaraan di saat dia mulai tenang.

Papah Za.. " papah mukul ibu aku lagi.. Hiks... Hiks. Aku tadi udah di depan rumah tapi setelah aku liat papah mukul ibu, aku langsung pergih. Aku gak kuat liat itu semua Za.

Terus ibu kamu gimana? Kamu tinggal sama papah kamu? Aku terkejud .

Enggak lah Za tadi ibu ku langsung di bawa sama bibi aku. Aku gak mau nemuain ibu ku saat keadaan ku pun seperti ini. Jawab Wardah dengan tangisannya.

Udah minum dulu yaa. Aku menyuruhnya minum sambil menangkannya. Ya udah kita ke kamar aku yaa ". Aku membawa Wardah ke kamarku akan lebih nyaman bicara berdua di kamar.

Di kamar Wardah menceritakan semuanya. Tanpa ada yang di sembunyikan. Aku turut bersedih atas apa yang menimpanya. Namun tidak mungkin aku memperlihatkan kepadanya karna itu akan membuat dia tambah bersedih. Aku harus menguatkannya.

Ini surat apa Za? Tanya wardah tiba-tiba.

Astaghfirullah. Aku lupa kalo surat yang tadi belum aku sembunyikan. Aku lansung mengambil surat itu dari tangan Wardah.

"emm bukan surat apa-apa kok Dah. Aku langsung menyembunyikannya di saku gamisku. Ya udah kamu sholat dulu gih abis itu makan. Kamu nginep sini kan?.

Wardah langsung berjalan ke kamar mandi. Dan aku sedang berusaha mengatur derap jantungku yang tidak bisa tenang.

Surat pertamaku dari laki-laki yang entah sampai saat ini tak kunjung menemuiku.

"Muhammad Fahri Firdaus".


☀☀☀

Dia ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang