"Sesakit-sakitnya hati. Dia yang berharap kecuali padamu ya Robb".
☀☀☀
Derap langkah kaki menelusuri lorong rumah sakit. Fariza mempercepat langkah kakinya berusaha mengimbangi Wardah. Selepas mendapat kabar bahwa ibunya masuk rumah sakit. Wardah langsung menarik Fariza yang sedang duduk-duduk di taman kampus. Dan meminta untuk menemaninya ke rumah sakit.
"Wardah. Tenang kita berdoa semoga ibumu dalam keadaan baik-baik saja. Ucap Fariza sembari menangkan Wardah.
"ibu masuk ICU terus aku harus tenang?.saut Wardah.
"kalo kamu gelisah kayak gini. Keadaan akan sama aja. Kita berdoa minta pertolongan sama Allah. Fariza berusaha menenangkan.
Selepas kejadian ibu Wardah di pukul oleh ayahnya. Keadaannya memburuk dan harus di larikan ke rumah sakit. Wardah mendapat kabar itu dari bibinya.
Sesampainya meraka di depan ICU ada beberapa kerabat dekat Wardah. Yang langsung menghampiri dan memeluk Wardah.
"gimana keadaan ibu bi ? Tanya Wardah.
Ibu kamu masih di periksa sama dokter. Kamu berdoa semoga keadaan ibumu baik-baik saja.
"Za". Panggil Naufal yang berlari ke arah Fariza. Gimana keadaan ibu ?terus Wardah gimana?. Semuanya baik kan?.
"Astaghfirullahal adzim"... Naufal kalo nanya itu satu-satu dulu eh.. Salam dulu kek. Saut Fariza.
"Iya maaf.. Gimana? " tanya Naufal.
Ibu lagi di periksa sama dokter. Terus Wardah itu lagi duduk sama bibiknya. Jawab Fariza.
"Loh terus kamu ngapain disini Za". Bukannya nemenin Wardah malah diem disini. Gerutu Naufal.
"aku disini tuh nungguin kamu biar gak nyasar. Ini malah marah-marah padahal tadi yang suruh nunggu disini siapa coba". Kesel Fariza. Padahal tadi Naufal lah yang menyuruh Fariza menunggu di depan ruang tunggu.
Ya udah yuk kesana. Kasian Wardahnya aku. Ajak Naufal.
"apa??? Kamu tadi bilang apa Fal?.
Eh.. Enggak itu anu. Sambil menggaruk kepala yang padahal tidak gatal. Ah udalah ayok.
Mereka berjalan menuju ruang ICU. Di sepanjang perjalan Fariza sempat memikirkan yang di katakan Naufal barusan. Fariza tahu betul jika Naufal memang menaruh hati pada Wardah namun itu semua Naufal tutupi. Namun serapat-rapatnya ia menutupi lama kelamaan akan terbongkar juga.
Sampai ruang ICU keluarga Wardah sudah tidak ada di sana. Fariza dan Naufal segera mencari keberadaan Wardah dan keluarganya. Tak lama mereka menemukan Wardah yang keluar dari salah satu kamar.
"Wardah". Panggil Fariza.
Gimana keadan ibu?. Lanjutnya"Alhamdulilah Za ibu baik-baik aja kok". Jawab Wardah. Kamu dari mana aja kok tadi gak ada?.
"ohh itu aku tadi nyusulin Naufal dulu". Jawab Fariza sambil melihat ke arah Naufal.
"Hai Wardah". Sapa Naufal. Gimana keadaan ibu, baik kan?
"ya Allah Fal" tadi kan udah di jawab sama Wardah. Kalo ibu itu baik-baik aja. Jawab Fariza.
Eh iya lupa Za. Hehe. Sambil menggaruk rambut yang tak gatal Naufal menjawab dengan cengingisan.
"ya udah yuk masuk " kita ngobrol di dalem ibu juga udah baikan kok. Ajak Wardah.
☀☀☀
Selepas menemani Wardah di rumah sakit. Fariza tak langsung pulang dia ingin mampir ke toko buku untuk membeli beberapa buku untuk tugas akhir semesternya.Sampainya Fariza di toko buku. Dia langsung mencari buku yang ia perlukan untuk tugas akhir semesternya. Tak sengaja dari arah berlawan ada suara keributan kecil.
"gimana sih mas. Kalo punya anak tu dijaga biar gak nabarak-nabrak orang sembarangan" tuh buku-buku saya jadi berantakan. Marah salah satu pengunjung ibu-ibu dari arah berlawana.
Dengan rasa penasaran Fariza menghampiri tempat dimana keributan itu terjadi. Ada satu anak kecil yang menanis, ibu-ibu, dan satu laki-laki sambil menggandeng anak kecil.
"mohon maaf ya bu.. Nanti barangnya saya yang bayar" maaf juga kalo anak saya tadi tidak sengaja menabrak ibu. Jawab laki-laki itu dan mungkin itu juga anaknya yang sedang di gandeng.
Mendangar suara laki-laki itu Fariza seperti tidak asing dengan pemilik suara beriton itu. Dengan sedikit keberanian Fariza mencoba memanggil laki-laki itu.
"Fahri". Fariza mencoba meyakinkan bahwa yang dia dengar adalah suara Fahri. Laki-laki yang hampir lima tahun tak lagi muncul di kehidupannya. Laki-laki yang sudah dengan lancangnya memporak-porandakan perasaanya. Laki-laki yang pertama kali mengirimkan surat cintanya.
Dia "Muhammad Fahri Firdaus".
☀☀☀
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Imamku
SpiritualTak ada cinta yang di sertai pengorbanan dan Keikhlasan, saat pengorbanan waktu yang begitu lama menjadi sia" hanya keikhlasan yang dapat di lakukan.