Slide

18 1 2
                                    

"Haruskah aku melakukan ini, Mehta?" cicit wanita berambut brown itu, seraya kedua kakinya terlipat--ia duduki dengan kepala tertunduk. Ada raut wajah takut sekaligus pasrah di sana.

"Tentu saja, Sayang. Nikmatilah, maka kau akan merasakannya," bisik lelaki berperawakan eropa itu, setelah berada di depan wanita yang di panggil Flo dengan kaki kanan berlutut dan lainnya menapak di lantai berselimut karpet bulu.

Mereka berada di apartemen Flo saat ini.

Cukup satu Tangan kokoh Mehta kini menggenggam di antara kedua pipi wanita itu--penuh nafsu, sesekali meringis dan menikmati raut wanita berparas Asia cantik itu yang tengah memejamkan mata. Di kecupnya bibir itu, lalu dilumat dengan agresif seraya tangan Mehta berpindah ke arah rambut ikal wanita itu dan meremas dengan kuat di sana.

Desisan penuh nafsu itu sekali lagi terdengar di mulut tipis Mehta. Detik berikutnya, tubuh atletis itu kini berdiri, mengambil sabuk di celananya, kemudian mencambuknya seketika dengan raut wajah tersenyum menikmati.

Tash! Tash!

Suara mengerikan itu lagi-lagi terdengar yang menghantam di tubuh ramping gadis itu. Sesekali tubuhnya terdorong ke atas saat cambukan lagi-lagi meninggalkan memar di sana. Wanita tak berdaya itu hanya bisa menggigit bibir dalam tetesan airmata, menahan sakit dan perih itu.

Hingga kali ketiga terdengar, cambuk itu berhasil merobohkannya yang seketika terkulai lemas, dalam isakan tangis.

* * * *

Four DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang