*

1K 119 12
                                    









Terlihat seorang pria muda kini tengah duduk meringkuk di samping tempat tidurnya, dia menyembunyikan wajahnya diantara kakinya. Kamar pria itu terlihat sangat berantakan, terlihat banyak sekali botol minuman keras disana yang sudah kosong.

Suara isakan mulai terdengar disana, tubuh pria itu mulai bergetar. Saat pria itu mulai menangis, sebuah tangan mengangkat kepalanya. Terlihat jelas mata sembab pria itu, dipipinya terlihat jelas jejak airmata, bibirnya kini terlihat pucat.

Mata pria itu terlihat berbinar melihat pria mungil didepannya, perlahan senyumnya terangkat di wajah tampannya. Pria itu mengulurkan tangannya ke wajah pria mungil di depannya.

" C-can .. " air mata Tin keluar lagi. Pria mungil didepannya ikut tersenyum.

" Tin, jangan menangis na.. Can ikut sedih kalau Tin menangis.. " Can menghapus airmata di mata Tin dengan lembut.

Tapi Tin malah menangis lebih kencang " hiks.. Can.. hiks.. Can "

Tangan Tin merangkul Can kedalam pelukannya, dia mencoba menyalurkan rasa rindunya pada pria mungil kesayangannya " Jangan menangis Tin.. "

Can mengelus sayang punggung Tin " Tin, Can rak Tin na.. "

Tin memejamkan matanya, kemudian mengangguk " Tin rak Can na.. "

Saat Tin membuka matanya ternyata tak ada siapapun disana, dia mulai panik, dia mencoba menoleh kesegala arah. " Can? Kau dimana Can? "

Tin berdiri dan mulai menyusuri kamarnya mencari Can. " Can? Kenapa kau bersembunyi dariku? Apa Can masih marah pada Tin hm? Tin minta maaf na .. "

Tin mulai kehilangan kendalinya, ia mulai terlihat seperti orang gila, ia menarik rambutnya sendiri, air matanya mulai keluar lagi. " hiks.. can? hiks.. can? ARGHHHHHHHHH!!!! "

Tin mulai membanting semua yang ia lihat " ARGGHHHHH!!!! "

" CAN TIN MINTA MAAF NA.. hiks.. CAN KEMBALI NA..  hiks.. "

Kepala Tin kini terasa berat, sampai akhirnya Tin jatuh pingsan di Apartemennya.
















[ Tin POV ]






Aku terbangun di sebuah kamar bernuansakan putih, aku tak melihat ada siapapun disini. Badanku terasa sangat lemas,aku hanya bisa menolehkan mataku keluar jendela.

Sesaat setelah itu terlihat dua orang pria masuk keruanganku, aku menolehkan pandanganku kearah orang itu.

" Tin khab.. " aku memperhatikan pria itu dengan lemas

" Ada apa Pete? " jawabku lemah.

" Aku senang akhirnya kau sadar, aku sudah menghubungi keluargamu mereka akan segera sampai kemari "

Aku hanya menangguk tanda mengerti. " dan kau Ae apa yang kau lakukan disini? "

" Tentu saja menjaga istriku " jawab Ae tegas, dan langsung mendapatkan cubitan dari Pete.

Tin tersenyum " Kau masih saja takut kalau aku merebut Pete. "

Ae memandang Tin, Ae balas tersenyum " Cepatlah sembuh Tin "

Tin hanya menjawabnya dengan tersenyum simpul.

Pete dan Ae menemani Tin sampai keluarganya datang, tak ada seorangpun yang menyebutkan nama Can karna mereka semua yakin itu hanya akan membuat Tin semakin terpuruk.















[Normal POV]


















Seorang pria kini berdiri di atap sebuah rumah sakit, padangannya terlihat kosong, angin sejuk menerpa wajahnya, pria itu memejamkan matanya. Kilasan masa lalunya perlahan mulai muncul di kepalanya.


















Love Is CryingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang