Matahari mulai menampakkan wajahnya, sinarnya menyusup dengan cepat melewati celah celah gorden. Membasuh wajah Jane yang masih tertidur pulas di atas ranjangnya. Jane merasa terganggu dan menarik selimutnya untuk menghalangi sang mentari. Mata jane masih mengantuk, lagian ini hari minggu dan dia bisa tidur sampai tengah hari.
Jane Algareta - putri tunggal dari Robert Smits dan Adele Heriston. Perempuan cantik yang memiliki paras yang begitu sempurna, hidung mancung, kulit putih, mata coklat, dan tubuh yang sangat ideal. Membuat para laki-laki begitu memujanya.
Hari sudah menunjukkan pukul 11 pagi, tapi Jane masih bergeming dengan selimut dan gulingnya. Tiba-tiba suara ketukan terdengar dari balik pintu, ganggang pintu perlahan terbuka. Terlihat seorang wanita cantik dengan rambut sebahu, siapa lagi kalalu bukan Adele mama Jane.
Adele duduk di tepi ranjang king size milik Jane, "Bangun sayang, sudah siang," ucap Adele yang mengelus kepala putrinya. Dengan mata yang berat Jane berusaha untuk bangun. "Hoaaah, aku masih ngantuk ma," Jane kembali menarik selimutnya. "Kalo ga bangun mama gelitik ni," Adele menarik habis selimut yang ada di tubuh Jane. "Aaaaa mama," Dengan mata yang masih setengah terbuka Jane duduk. "Mandi sana, mama tunggu di meja makan, sekaligus papa." Adele menepuk lembut pipi Jane dan kemudian berjalan keluar.
Dengan langkah yang sangat malas Jane berjalan menuju kamar mandi. Setelah 20 menit berada di dalam, Jane keluar dengan wajah yang lebih segar. Setelah selesai berganti pakaian, Jane lansung turun dari kamarnya dan menuju meja makan untuk sarapan.
Jane duduk di samping mamanya, "tumben papa sama mama ada di rumah jam segini?" Ucap Jane sambil menggigit roti sandwichnya. "Ada yang bakalan papa sama siapkan hari ini. Tepatnya untuk nanti malam," jawab Robert. Tapi hanya ditanggapi 'oh' oleh Jane, dia tidak terlalu peduli.
"Nanti malam papa dan mama akan makan malam bersama keluarga om Gibran," Adele melanjutkan. Jane masih tidak perduli, dia hanya sibuk dengan sarapannya. "Kamu juga ikut ya," kata Adele barusan membuat Jane berhenti mengunyah. "Buat apa aku ikut?" Jane heran, tumben banget mereka ngajak Jane. "Karena yang terpenting hadir itu kamu," Jane semakin tidak mengerti maksud papanya. "Maksud papa?" Jane menyipitkan mata melihat ke arah papanya. "Pokoknya nanti malam kamu dandan yang cantik ya, mama sudah beliin dress kemarin." Adele mengusap lembut puncap kepala putrinya itu.
Jane tersenyum, dengan perlakuan mamanya barusan. Jarang-jarang Jane mendapatkan sentuhan hangat dari mamanya. Apa lagi berkumpul di meja makan seperti saat ini. Sudah lama Jane tidak merasakan momen ini, kedua orangtuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Pergi subuh pulang tengah malam, kadang kalau keluar kota bisa berminggu- minggu bahkan bulan. Ini yang membuat Jane lebih memilih untuk menghabiskan waktu di luar, seperti berkumpul dengan teman-temannya bahkan sekedar menghabiskan malam di klub.Setelah selesa sarapan Jane berjalan keluar rumah tapi langkahnya terhenti saat Adele memanggilnya, "Jane kamu mau kemana?". Jane berbalik badan dan menghadap Adele, "aku mau keluar bentar." Adele berjalan mendekati Jane, "hari ini kamu ga boleh keluar, bantuin mama masak ya," sambil memegang bahu kiri putrinya.
"Please, just today," Adele tersenyum dengan tatatapan yang tak mungkin dapat ditolak oleh Jane. "Oke, you win mam." Adele tahu, putrinya tidak akan menolak keinginannya.
Hari sudah mulai petang, sedari tadi Jane hanya menghabiskan waktu di depan tv bersama mamanya. Sambil sesekali bercakap, Adele menanyakan tentang sekolah Jane, dan jawabannya akan selalu sama 'seperti biasa, tak ada yang berubah.' hanya itu jawabannya ketika ditanya masalah sekolahnya.
"Ayo sayang, bantu mama masak," Adele yang menyadari hari sudah mulai petang pun berdiri dari sofa dan mengajak Jane. Jane hanya menurut saja, sekali sekali nolong mamanya.
Adele, Jane, dan pembantunya sibuk dengan kegiatan masing-masing di dapur. Jarang sekali Adele mau memasak, terakhir kali Adele memasak waktu lebaran tahun kemarin. Sebenarnya Jane kangen sama masakan mamanya, tapi mau gimana lagi dia terlalu sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage in SMA
RandomApa jadinya dua orang ramaja yang satu playboy dan yang satu playgirl disatukan oleh ikatan pernikahan di usia mereka yang baru menginjak bangku 3 SMA. Pernikahan yang tidak mereka inginkan tapi terpaksa mereka lakukan karena keinginan orangtua. Tap...