"Prinsip tetaplah prinsip, seingin kau mengubahnya, semakin takdir menghantuimu"
Petir yang keras membangunkan gadis cantik bertubuh tinggi dengan balutan piyama hitam putih yang ia kenakan. Tak butuh waktu lama Ara segera bangkit dari tempat tidur yang membuat nya nyaman, hingga meninggalkan selimut yang tergeletak dibawah lantai. Ara menuruni tangga berharap ada seseorang dibawah sana.
Tap.tap.tap.
bunyi sendal yang Ara kenakan terdengar sangat menggema didalam rumah karna kondisi rumah sudah sepi dan sudah malam,bahkan dua orang yang sedang mengobrol diruangan keluarga mendengar derap ketukan sandal entah siapa pemilik sang sendal yang membuat kebisingan malam malam begini.kemudian di semua ruangan sangat gelap sama sekalk tidak ada lampu yang menyala,dua orang yang sedang di ruang keluarga hanya menghidupkan televisi sebagai penerang cahaya.
walau petir dan hujan yang sedang terjadi dimalam hari ini,sudah biasa pikir mereka,televisi pun tidak bersuara hanya terlihat gambar nya saja,sebagai penerangan,lanjutan obrolan mereka tetap berlanjut sebelum gavin mendahului pembicaraan dan mengajak erik menyalakan saklar lampu.
"Rik,liat siapa yang turun"ajak gavin sambil beranjak dari sofa menuju saklar lampu
Tanpa menjawab erik hanya mengikuti gavin dari belakanh sambil mengeluarkan handphone untuk menyinari jalan yang mereka lalui menuju saklar lampu
Tepat,setelah itu gavin dan erik hanya menunggu seseorang yang menyalakan saklar lampu,
Ceklekhidup lah seluruh lampu ruangan gavin,erik dan rana sama sama terkejut.
"Aneh untuk apa ia kesini"batin erik
"Untuk apa Ara malam malam keluar kamar"batin gavin
"Hm"dehem rana
"Ada apa ra"tanya gavin
"Ta...kut..."
"Kena-"ucapan gavin terpotong ketika melihat Ara tiba tiba terjatuh ke lantai
"Rik bopong Ara"pinta gavin pada erik
"G,lu aja"jawab erik yang langsung berlalu meninggalkan gavin dan Ara.
Sepeninggal Erik , Gavin langsung membawa Ara kedalam kamar nya, sia sia meminta bantuan Erik yang melengos saja meninggalkan mereka berdua
Tap.tap.tap
suara sendal milik gavin yang menggema diseluruh ruangan,bahkan ini lebih keras dari hentakan Ara tadi,paniknya Gavin melebihi paniknya Ara.
Ceklek.
buka knop pintu kamar Ara yang terlihat bernuansa putih abu abu itu,yang sangat bersih,pantas saja bersih kamar itu sudah lama sekali tak ditempati baru 2 hari ditempati semenjak kepulangan Ara dari amerika
"Bersih"batin gavin sambil memandang kamar kepunyaan ara, ia seperti nya lupa,bahwa dua tangan nya masih membopong ara, ara tidak berat,dia malah terlihat kurus.
"Eh,,,kan gue masih bopong Ara"cengir gavin yang masih menatap Ara yang masih dalam bopongan Nya
"Gak berat berat amat sih,tapi kan tangan gue lelah taukk"tawa gavin terpingkal pingkal ucapan nya barusan sangat lah alay menurut nya"gak papa lah ya,kali kali gue alay hahahahaha"
Gavin meninggalkan Ara sebentar , dan beranjak keluar untuk memanggil erik yang berada dikamar setelah meninggalkan mereka dibawah tadi. Berniat menyuruh Erik membawakan minyak angin kekamar Ara.
"WOII ERIK AMBIL MINYAK ANGIN DEH CEPETAN,KALO DIKAMAR LU ADA BAWA KEKAMAR ARA,KALO GAK ADA AMBIL DIKAMAR GUE,KALO GAK ADA JUGA CARI DIBAWAH YA RIK,JANGAN LAMA LAMA RIK,GUE TAMPOL LU KALO LAMA,,CEPETAN RIK!!!LU DENGER KAN UCAPAN GUE,UDAH PANJANG X LEBAR NGOCEH AWAS LU KAGA DENGER,BENER BENER GUE TAMPOL LU"teriak gavin panjang x lebar seperti memakai toa,padahal kamar erik hanya berdepanan dengan kamar ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sun Of My Pain
Teen Fiction"Aku bukan kalian, kalian dan kalian, yang mampu melakukan segala hal" "Kamu tau diammu,caramu, kelakuanmu, tidak seharusnya seperti ini" Aku tidak pernah mengutuk semuanya, hanya aku merasa berbeda-Aran Qila Nagara