💌 PROLOG

4.7K 474 98
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebagian besar anak sastra kampus Millenial tahu bahwa seorang Alpha adalah break-fast man alias cowok yang sering mengalami kegagalan dalam hal asmara, entah lebih banyak mana antara memutuskan dan diputuskan. Kebanyakan orang menebak Alpha-lah yang sering memutuskan.

Tidak perlu diragukan lagi, popularitas Alpha memang tidak pernah menurun dari tahun ke tahun. Bukannya menurun, yang ada justru semakin menjadi-jadi. Setiap masa orientasi mahasiswa baru pasti ada saja kumpulan cewek yang tertarik pada Alpha.

Siapa yang tidak ingin menjadi pacar Alpha Gumilang? Jika dilihat dari sisi luar, cowok itu seakan-akan lahir tanpa cela sedikitpun. Wajahnya memang tidak terlalu tampan, tapi bukan berarti Alpha jelek. Dia memiliki postur tubuh ideal serta senyuman semanis milik Anthony Ginting, pemain bulutangkis yang namanya semakin meroket sejak ajang bergengsi tahun ini, yaitu Asian Games. Memang tidak ada manusia yang sempurna. Akan tetapi, Alpha adalah gambaran tipe cowok ideal kebanyakan gadis jurusan sastra.

"Lo suka sama Alpha, kan? Ngaku aja deh, Man!" Suara Vania yang terlalu nyaring kontan membuat tatapan mata seisi kantin fakultas tertuju pada keduanya.

"Bu-bukan gitu, Nyak. Kita cuma temenan. Nggak lebih!" tegas si cewek berambut pendek itu.

Vania berusaha menyelidik sekali lagi. Dia tahu teman dekatnya itu sedang berdusta. Terbukti, Manda menghindari tatapannya.

"Gue harap omongan lo bener. Gue nggak pengen aja Manda-ku ini berujung dengan dua kata: patah hati. Sama kayak gue dulu."

Kini tatapan mata Manda tengah terpusat pada manik mata Alpha. Berusaha untuk menerawang isi hati cowok itu, tapi masalahnya dia tidak ahli dalam urusan itu. Manda bukanlah cenayang.

Seharusnya Manda memercayai perkataan Vania. Dengan begitu, dia pasti tidak akan terperosok dalam lubang permainan Alpha lebih jauh lagi.

"Kenapa?" tanya Alpha dengan suara sedikit serak. Entah lagi sakit atau apa, tapi biasanya suara Alpha tidak sekacau ini. Selain suara serak, tampilan Alpha juga berbeda.

Apa dia sakit? Kalau saja Manda tidak sedang bermasalah dengan perasaannya, dia pasti akan mengungkapkan kekhawatirannya secara terang-terangan pada cowok yang ada di hadapannya saat ini.

"Harusnya gue yang nanya 'kenapa'. Al, kenapa lo mesti mainin perasaan gue, sih?" Manda mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan layar ponselnya tepat di hadapan Alpha. "Gue kira lo udah berhenti dari permainan lo. Ternyata gue salah, ya?"

Alpha tahu apa yang dimaksud Manda. Dia bahkan sudah punya perasaan tidak enak saat mendapati pesan ajakan untuk bertemu satu jam yang lalu. Dan ternyata benar, dugaan Alpha tidak memeleset.

"Setelah si Ara, anak berkilau jurusan sebelah, terus Pristi si cewek komunikasi, bahkan temen dekat gue sendiri, si Vania, lo masih senang melakukan hal ini? Sumpah ya, Al, gue kecewa sama lo."

Diam. Bahkan saat Manda sudah mengantongi kembali ponselnya, Alpha tidak berkata apa pun. Alpha tidak tahu bagaimana caranya membalas perkataan Manda. Mendadak Alpha kehilangan kosakata.

Memegang tangan Manda adalah satu tindakan yang tiba-tiba terbesit begitu saja. Manda sendiri tidak percaya dengan apa yang dilakukan Alpha. Bisa-bisanya Alpha berbuat itu di tengah suasana yang terbilang cukup ramai seperti saat ini.

"Man..."

Panggilan itu terdengar sangat bermakna. Tidak biasanya Alpha menyerukan namanya selembut ini. Biasanya Alpha memanggilnya dengan sebutan-sebutan aneh. Bisa dihitung jari berapa kali Alpha menyebut Manda dengan nama aslinya.

"Sorry," ucap Alpha sambil menatap mata Manda.

Manda melepaskan genggaman Alpha dengan sekali hentakan, yang baru disadari terlalu kuat beberapa detik setelahnya. Pantas saja Alpha sedikit terkejut.

"Perasaan seseorang nggak sebercanda itu. Seharusnya lo tahu itu, Al."


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*Author's note*

Holla! 

Break-fast adalah cerita yang aku ikutsertakan dalam #MilleniumProjectSeries. Cerita  ini cerita pertamaku yang latarnya di kampus. Aku harap kalian sudi meninggalkan jejak berupa komentar dan dukungan suara supaya aku makin semangat lanjutin cerita ini.

Hari ini cukup prolognya dulu ya... Jangan sedih, kawan.

Bab satunya akan aku publikasikan minggu depan, oke?


Ingat ya, hari Senin adalah waktunya Break-fast!

misfil , kekasih jauhnya Ong

Break-fastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang