Sunyi senyap... Mungkin ini yang bisa menggambarkan suasana di ruangan IA 1, salah satu kelas di Hann High School. Kelas yang berisi manusia-manusia cerdas yang hanya tahu tentang buku dan sejenis nya.
Bagaimana tidak sunyi? Kelas itu sedang berlangsung mata pelajaran Fisika yang bagi sebagian orang mungkin sangat membosankan.
Bae Jinyoung, salah satu murid yang duduk di sudut paling belakang tengah sibuk dengan catatannya. Eksistensinya teralihkan ketika mendengar Son Saem memanggilnya.
"Bae Jinyoung, setelah pelajaran kau ikut ibu ke ruangan!" Jinyoung menjawab dengan anggukan dan kembali tertunduk untuk melanjutkan catatannya.
...
Bel tanda pelajaran fisika usai berbunyi. Siswa siswi langsung berhamburan keluar untuk mengistirahatkan sejenak kepalanya. Jinyoung membereskan bukunya lalu melangkahkan kakinya ke ruangan Son Saem.
Ketika sampai di ruangan, rupanya Jinyoung tidak sendiri. Ada sosok laki-laki yang telah duduk disana.
"Bae Jinyoung, duduklah!" dengan takut-takut, Jinyoung duduk di samping lelaki dengan name tag Lai Guanlin. Jinyoung sempat melirik dan kemudian menundukkan kembali kepalanya.
"Ibu tak ingin basa-basi, ... Nilai tes fisika kalian sudah keluar. Bae Jinyoung mendapatkan nilai sempurna, dan untuk Lai Guanlin kau mendapatkan nilai 97, ... Perbedaan yang sangat tipis". Son Saem memberikan kertas nilai untuk keduanya. Hembusan napas kecewa terdengar, lain dengan cowok yang masih menundukkan kepalanya, Ia tersenyum.
"Pertama-tama ibu ber terimakasih untuk Bae Jinyoung yang sudah bekerja keras. Tapi, Ibu juga minta maaf untuk Bae Jinyoung~" Jinyoung menahan napasnya, menyiapkan telinganya untuk mendengarkan semua kemungkinan terburuk yang guru itu lontarkan.
"Atas pertimbangan dari berbagai pihak, yang akan mewakili pada Olimpiade Sains Nasional tetap Lai Guanlin. Lomba fisika kali ini tidak hanya mengerjakan soal saja, tapi juga ada presentasi dari tiap peserta. Pihak sekolah memilih Guanlin karena Guanlin mempunyai tingkat percaya diri yang tinggi. Untuk Bae Jinyoung, kau tak usah berkecil hati. Kau bisa ikut di lain kesempatan".
"Ibu kira sudah cukup, kalian bisa kembali ke kelas. Oh iyah untuk Guanlin, setiap pulang sekolah kau akan mengikuti pelajaran tambahan bersama ibu"
"Nde, terimakasih. Saem" Mereka berdua pun meninggalkan ruangan Son Saem.
"Aku sepertinya harus berterimakasih padamu Bae Jinyoung, berkat rasa pemalu mu itu aku bisa terpilih". Guanlin menepuk pelan pundak Jinyoung. "Aku berhutang budi padamu, bro". Kata Guanlin sarkas. Guanlin lalu meninggalkan Jinyoung yang saat itu mengepalkan tangannya kuat. Dadanya naik turun tak beraturan. Rasanya Jinyoung ingin berteriak marah, tapi nyatanya Ia hanya menghembuskan napasnya dan pergi menjauh dari ruangan neraka itu.
...
"Aku akan kembali ke kelas, coklatku ketinggalan, kalian berdua pergi ke kantin dulu sana! Aku nanti nyusul!" Kata Daehwi, cowok yang terbilang manis ini sedang berbicara dengan 2 sahabatnya. Yoojung dan Woojin.
"Kau sebaiknya cepat, hwi. Istirahat tinggal 10 menit lagi!" ucap gadis imut ber-name tag Choi Yoojung. Daehwi menganggukkan kepalanya. Ia lalu berlari ke kelas IA 3. Napasnya tersenggal ketika Ia sampai di kelas. Di keluarkannya tuperware berwarna biru yang berisi coklat buatan ibu Woojin. Fyi, Daehwi dan Woojin saudara, bukan saudara kandung tapi sepupu. Daehwi tinggal bersama keluarga Woojin karena Ibunya tinggal di LA.
Daehwi kembali berlari ke kantin, tapi ketika di jalan Ia berpapasan dengan laki-laki dengan berjalan tertunduk. Ia menghentikan aksi larinya dan memperhatikan punggung laki-laki itu karena dia berjalan dengan cepat.
"Hebat! Dia bisa berjalan dengan seperti itu" Daehwi menatapnya tajub. Karena tingkat keingintahuan yang tinggi, Ia akhirnya mengikuti langkah lelaki itu. Langkah itu terhenti ketika lelaki itu tiba-tiba duduk di bawah pohon mangga di samping perpustakaan. Daehwi melihatnya dari jauh. Dilihatnya lelaki itu yang meremat sebuah kertas dan melemparkan kertas itu.
Daehwi mendekati lelaki dan membuat lelaki itu sedikit menegang karena terkejut. Tapi laki-laki itu tetap menundukkan kepalanya. Daehwi mengulurkan tangannya dan mengambil kertas itu.
"Wow, kau ikut tes Fisika? Nilai mu sangat sempurna", lelaki itu tak menjawab pertanyaan dari Daehwi. Daehwi sampai berpikir kalau lelaki itu mungkin saja bisu, jadi Ia akan berbicara lebih banyak.
"Kenapa kau membuang hasil nilai nya? Aku bahkan ingin mendapatkan nilai sesempurna dirimu, tapi untuk dapat nilai sembilan terbalik saja susah. Hehe". Tak ada jawaban, dan sepertinya Daehwi benar, lelaki itu bisu. Kasihan sekali...
"Oh iyah, dengar-dengar siswa yang ikut tes fisika akan diajukan sebagai wakil sekolah. Berarti kau akan mewakili sekolah di olimpiade? Wow kau hebat! Meskipun kau bisu, tapi kau harus bersyukur punya otak yang cerdas. Ah, andai saja kita bisa bertukar otak. Kkkk". Daehwi terkikik dengan kata-katanya. Rupanya kata-katanya membuat sosok di sampingnya akhirnya menatapnya. Tatapannya tajam, rahangnya runcing dengan hidung yang mancung. Ah, Daehwi baru menyadari kalau sosok disampingnya begitu tampan sampai Daehwi merasa terpesona dengan wajahnya. Jika kalian berpikir jika Daehwi straight kalian salah, Daehwi belok dan ini adalah sebuah rahasia yang Daehwi sembunyikan bahkan kedua sahabatnya, -Yoojung dan Woojin- Woojin bukan hanya sepupu tapi dia juga sahabat Daehwi juga tak tahu fakta ini.
"Berhenti urusi urusan orang lain!" Ah, bahkan suaranya sangat merdu terdengar. Rasanya Daehwi ingin meleleh saja. Lelaki itu menatap heran pada Daehwi yang tak bergerak ataupun membuka suaranya. Lelaki itu menundukkan kembali kepalanya, dia merasa bodoh membuka suaranya untuk orang yang tidak Ia kenal.
Harus menghitung detik dulu, baru Daehwi tersadar dan kembali ke dunia nyata. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hehe, aku pikir kau bisu!"
"Oh iyah, namaku Lee Daehwi. Namamu siapa? Aku baru pernah melihatmu" tangan Daehwi Ia ulurkan, tapi tak ada sambutan dari tangan yang lain. Ia akhirnya hanya menangkap angin dan menurunkan tangannya perlahan.
"Sepertinya kau sedang dalam hati yang buruk yah. Maaf" Ketika Daehwi akan berdiri, Ia ingat sesuatu. Coklatnya. Ia lalu berpindah dan berjongkok di depan lelaki itu.
"Kata Bibi Yoon sebatang coklat akan membuat hatimu membaik. Kadang kalo aku sedang sedih, bibi suka membuatkan ku coklat, mungkin itu juga akan berlaku dengan mu". Daehwi memberikan coklatnya di pangkuan lelaki pendiam itu.
"Jangan lupa bahagia" Daehwi lalu berdiri. Ia membersihkan celananya yang terkena tanah. Akhirnya Ia melangkah pergi meninggalkan lelaki itu karena bel telah berbunyi.
Jinyoung, yah lelaki itu Jinyoung... Menatap Tupperware biru yang ada di pangkuannya dan bergantian menatap punggung Daehwi yang semakin menjauh.
...
TbcIni adalah ff pertama Luppy, mohon dukungannya. Hehehe.
Oh iyah emang ini ada yg baca? Hehe gpp deh, penting nulis 😂😂😂
18 Sept 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate LOVE!
FanfictionCinta kita ibarat sebuah cokelat. manis tapi ada pahit pahitnya. kisah cinta klasik antara si pemalu Bae Jinyoung dan si periang Lee Daehwi. Selamat membaca 😊 -BxB -Jinhwi