Brianna - 2

33.9K 1.7K 70
                                    

Aku turun dari mobil Pak Bram, sebelum itu ia mencium sudut bibirku sedikit lama dan kembali mengingatkanku bahwa saat ini aku telah menjadi kekasihnya. Selama perjalanan Pak Bram mengantarkanku pulang tidak sedikit pun aku bersuara, rasa lega dan kecewa pada diri sendiri terasa saling menyerang di dalam sana.

Aku menggelengkan kepala, yang terpenting biaya sekolahku dan Ardit lunas, bahkan sepertinya aku bisa memasukan Ardit ke SMA Favorit impiannya. Pak Bram memberikanku uang banyak sekali, saat aku bertanya apakah itu 'bayaran' dari pergumulan tadi dirinya menggeleng dan mengatakan ia tidak membeliku, ia hanya ingin membantuku. Meski begitu atas kejadian dirinya yang memperawaniku tidak ada kata maaf yang terucap dari mulutnya, bahkan kubisa melihat dari senyumnya yang lebar terdapat guratan bangga di sana.

"Ibu, Brianna pulang." Aku melempar tas milikku ke dalam kamar, sepertinya ayah dan ibu tidak berada di rumah, hanya ada Ardit yang tengah mendengarkan musik dengan headset di telinganya. Kutepuk bahunya agar ia sadar bahwa aku telah pulang.

"Kenapa kak? Tumben baru pulang," katanya heran.

Aku mengeluarkan uang dari rok sekolahku, "Ini, buat bayar keperluan sekolah dan untuk jajan kamu, jangan bilang ibu ya." Aku tidak mau ibu menanyakan dari mana aku mendapatkan uang itu.

"Kakak dapat uang dari mana?" tanyanya, aku menghela nafas berat.

"Part time," kataku.

"Wow, aku baru tahu kerja part time dibayar sebanyak ini!" katanya dengan bersemangat.

"Makanya belajar yang benar biar cepat lulus dan kerja," kataku.

Ardit menatapku, "Belajar benar atau pun tidak benar jika waktunya lulus ya lulus," kata Ardit bercanda.

"Dasar, memangnya kamu mau tinggal kelas?"

Ardit menjawab dengan gelengan keras.

Aku membersihkan diri, mandiku sedikit lama sebab harus keramas dan mencuci seragamku yang penuh keringat, untung saja aku pulang dengan melapisi seragam menggunakan sweater.

Ponselku bergetar, pesan dari Pak Bram aku terima.

Pak Bram

Sweety, bra kamu tertinggal.

Aku menangkup pipiku yang memanas, apa-apaan pesan yang dikirimnya! Aku menghela nafas mulai mengetikan balasan untuknya.

Buang saja.

Beberapa menit kemudian Pak Bram menjawabnya,

Pak Bram

Buat saya saja.

'

Hari-hariku berjalan biasa saja, hanya saja saat melihat Pak Bram di area sekolah dengan otomatis kakiku berlari menghindarinya. Sering kali ia seperti hantu tiba-tiba muncul dan menarikku ke tempat yang sedikit tersembunyi dan say hello dengan melumat bibirku rakus.

"Ciuman asupan energi," katanya. Dan aku tidak bisa menolaknya karena lambat laun aku mulai merasa tidak lagi terancam akan dirinya. Ia memperlakukanku seperti selayaknya kekasih, saat setelah kami melakukan hubungan badan untuk pertama kali kupikir kedepannya ia akan memperlakukanku bagai budak atau objek seksualnya saja. Ternyata aku salah besar.

"Jangan lupa dimakan," katanya lagi sambil menyodorkan bekal makanan yang dimasaknya sendiri, setelah itu ia akan kembali melumat bibirku bertukar saliva sebagai 'bayaran' dirinya yang telah membawakan bekal.

"Terima kasih," hanya itu balasan yang bisa kuberikan setiap kali aku menerima sesuatu darinya. Jika harus membalas dengan melumat balik bibirnya, eum.. aku masih ragu mempraktikannya untuk pertama kali.

BRIANNA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang