Chapter II

888 70 21
                                    

...

"Ada apa ini?" tanya orang itu.

...

-

-

-

Ketiga orang yang ada disana seketika terdiam. Alasan dari pertarungan ini sekarang berada di depan mereka.

"Naruto/-kun.." panggil SasuHina

"TUTUP MULUT KALIAN! Dia bukanlah Naruto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"TUTUP MULUT KALIAN! Dia bukanlah Naruto. Dia,... JINCHUURIKI ARASHI!" ucap Sakura.

"Tenanglah, Sakura, tidak usah melayani mereka. Sekarang kita harus pergi." ucap Naruto (Arashi).

"Apa?! Sekarang?! Tapi Aku baru saja bersenang-senang."

"Sudahlah. Ayo Kita pergi." ucap Naruto, kemudian dia pergi.

Sakura terlihat marah dan kesal, tapi dia tetap mengikuti Naruto, pergi meninggalkan SasuHina.

---

"Naruto.." Sasuke berujar lirih.

Mendengar suara Sasuke membuat Hinata teringat akan keadaan pria yang dicintainya itu. Sasuke sedang tidak baik-baik saja, kulitnya memucat dan tubuhnya melemas. Tetapi, dia tetap memaksakan diri untuk bangkit dan akan mengejar Naruto.
Hinata bergegas menghampiri Sasuke.

"Sasuke-kun,.. Ayo, Kita harus segera kembali ke desa."

"Tidak, Hinata. Kita harus segera mengejar Naruto sebelum dia bertambah jauh."

"Sasuke-kun, kumohon—hiks.. Kita kembali ke desa saja—hiks.. Lukamu—hiks hiks.." Hinata mulai terisak.

"Tidak apa, Hinata. Aku bisa menahannya. Sekarang, ayo kita—"

"Sasuke-kun!"

Sasuke terkejut. Hinata membentaknya! Selama ini, dia tidak pernah melihat Hinata berbicara dengan keras. Tapi sekarang...

"Sasuke-kun... Jika Naruto-kun pergi, Kita masih bisa saja membawanya pulang kembali suatu saat nanti. Tapi... jika nyawa Sasuke-kun yang pergi,—hiks hiks.. Kita—hiks.. Kita tidak akan pernah bisa membawanya kembali lagi..."

Air mata yang dibenci Sasuke, perlahan turun dengan deras membasahi tanah di depannya. Sasuke merasa sakit. Bukan karena efek racun dari Sakura, tapi karena air mata Hinata. Setiap tetesan air mata Hinata, bagaikan jarum yang menusuk sampai ke inti sel hatinya.

Perlahan, Sasuke merengkuh tubuh mungil Hinata. Dia mengecupi puncak kepala Hinata –menenangkannya. Tapi, Hinata tetap saja sesenggukan dalam pelukannya.

"Aku tidak ingin kehilangan Sasuke-kun,. Aku tidak ingin Sasuke-kun meninggalkanku.." ucap Hinata disela tangisannya.

Sasuke terenyuh. Hinata benar-benar tulus mencintainya. Tidak seperti kebanyakan Kunoichi yang menyukainya hanya karena marga ataupun wajah tampannya. Hinata memang berbeda. Dulu, ketika semua gadis terang-terangan menyatakan cinta pada Sasuke saat di Akademi, Hinata malah memilih memendam perasaannya pada Naruto dalam diam.

Apakah Ini TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang