Perjalanan

5 0 0
                                    

M A W A R.

Aku punya sahabat perempuan dengan usia hampir 40 tahun dan belum menikah. Hari-hari dijalani dengan senang ,riang dan selalu menjaga amalan-amalan baik disertai dengan puasa sunah beserta sholat sunahnya. Sebut saja namanya Mawar, dia adalah seorang pegawai honor di kantor camat tempat dia tinggal.

Teman-teman di kantornya selalu saja menggodanya karena statusnya yang masih saja single. Pertanyaan kapan nikah, mana undangan, atau kadang celaan perawan tua sudah jadi makanannya sehari-hari sampai hatinya kebal menerima ucapan itu.

Suatu hari, ketika dia duduk-duduk di depan kantor, dia melihat seorang wanita melintas dengan menggendong anak yang masih bayi dan menggandeng anak yang masih berumur kurang lebih 3 tahun.

"Selamat siang Bu, mau kemana panas-panas gini?" sapa Mawar.

"Siang Mbak Mawar. Wah, Mbak Mawar awet muda ya, padahal kita seumuran lho." jawab Bu Rita, wanita yang disapa oleh Mawar.

"Aahh, Bu Rita bisa aja, saya gak punya receh lho Bu. Hehehehe" timpal Mawar.

"Mau ke warung depan Mbak, beras di rumah habis. Minyak goreng, gula dan bumbu dapur lainnya juga pas habis" jawab Bu Rita.

"Kasihan bayinya Bu diajak panas-panasan gini, jalan kaki lagi. Emang bapaknya kemana Bu kok gak nganterin?" tanya Mawar.

"Bapaknya masih tidur, tadi malam begadang nonton piala dunia dengan teman-temannya di pos kampling." jawab Bu Rita setengah menahan kesal.

"Eh, maaf Bu. Bapak-bapak memang suka nonton bola ya." dengan nada menyesal Mawar menanggapi.

"Iya, tapi seharusnya ingat juga dia punya keluarga. Ini tiap malam begadang, gak ada piala dunia juga suka banget ngobrol dengan teman-teman yang lain sampai pagi. Kalau diingatkan, dibilang sukanya ngatur-ngatur. Serba salah jadi istri mbak." jawab Bu Rita sambil duduk disamping Mawar.

"Mbak Mawar besok yang selektif pilih suaminya. Semoga dapat suami yang mengerti dan punya rasa kasihan. Pekerjaan rumah gak selesai-selesai Mbak, apalagi udah ada anak, repot. Kalau suami gak mau bantu dan gak kasihan lihat kita, ya jadi kayak saya ini. Menua sebelum waktunya." Bu Rita kali ini berkata sambil tertawa.

"Kok kayakmya malah lebih enak pas masih single gitu" imbuhnya.

"Doakan ya Bu biar dimudahkan jalan saya bertemu jodoh." timpal Mawar tersipu malu.

"Amin, ya udah Mbak, saya mau ke warung dulu ya" ucap Bu Rita sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Iya,Bu, hati-hati ya." jawab Mawar

Pikiran Mawar melayang membayangkan kehidupan rumah tangga Bu Rita.

*****

Pulang kerja Mawar mampir ke toko kelontong untuk membeli sesuatu, disana dia berjumpa dengan Bu Retno. Bu Retno ini salah satu warga yang merantau ke ibukota tetapi suaminya tinggal di kampung ini. Bahasa gaulnya mereka LDRan.

"Bu Retno apa kabar? Lagi pulang liburan ya Bu? Kapan sampai sini?" Mawar bertanya dengan semangat

"Eh, Mbak Mawar, makin cantik saja Mbak. Tapi sayang belum ada yang punya ya?" ledek Bu Retno

"Hee, iya, Bu, mana tau di ibukota ada yang cocok untuk saya bolehlah Bu" canda Mawar

"Halah, gak usah cari di ibukota, susah hidup disana, macet, polusi, jalannya muter-muter. Enak lagi disini Mbak, walaupun kampung tapi aman dan nyaman" kata Bu Retno.

"Kalau enak disini kok Bu Retno jauh-jauh kerja disana? Udah bertahun-tahun lagi, artinya betah,kan, Bu" goda Mawar.

"Yah... namanya juga hidup Mbak, perjuangan. Saya mengajukan pindah kesini belum bisa Mbak, birokrasinya rumit. Rejeki saya mungkin disana mbak, tapi harus jauh-jauhan dengan suami. Suami pun gak bisa kalau saya ajak ke ibukota. Kerjaan yang disini gak bisa ditinggalkan. Jadi  ya begini mbak, ketemunya cuma pas libur. " terang Bu Retno.

 M A W A R (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang