Fuad dan Fian tampak sibuk hari ini, banyak lembaran kertas yang harus mereka susun. Hari ini ada jadwal rapat antara pengurus organisasi putra dan putri. Disana mereka akan saling bertukar pikiran dan menyelesaikan segala masalah yang terjadi di area pondok.
“Yan, kita harus menyiapkan alasan yang kuat agar usul kita diterima oleh mereka”
“Iya, kau benar sekali. Biasanya mereka keras kepala dan banyak sekali mengeluarkan alasan”
“Tenang saja, nanti ku patahkan agrumen-argumen mereka” jawab Fuad dengan yakin.
Jam 07.00 mereka baru selesai menyiapkan semuanya, masih ada waktu satu jam untuk bersiap-siap. Rapat organisasi dimulai satu jam lagi, Fian mendapat kesempatan untuk menjadi juru bicara pada acara rapat nanti. Dan Fuad akan duduk disebelahnya untuk membantu.
Fuad dan Fian bersiap satu jam sebelumnya. Mereka bergegas pergi ke kamar mandi, namun antrian pagi itu sangat ramai. Fuad tidak yakin ia akan mendapat kesempatan untuk mandi terlebih dahulu.
“Kau masih ingin memcuci ?”tanya Fuad dengan nada tinggi, melihat Fian yang membawa satu ember pakaian kotor.
“Tenang saja, aku bisa mandi dengan waktu yang cepat. Kau masuk saja terlebih dahulu, aku tidak akan terlambat. Kau siapkan semuanya biar nanti aku langsung duduk” ia meyakinkan Fuad.
“Enak sekali bicara mu itu, Yan” Fuad berkacak pinggang
“Ahahaha... sudah cepat sana mandi, nanti ku susul. Kau kan harus tampil perfect untuk memantapkan bahan haluan santri putri" canda Fian sekali lagi, hampir saja Fuad mendorongnya sampai terjatuh.
“Sudahlah! Sudah. Aku mau mandi saja, bicaramu makin hari makin ngawur”
Fian tertawa, dan ia mulai mencuci. Sedangkan Fuad masuk ke dalam kamar mandi.Beberapa saat kemudian, ia sudah selesai mencuci dan mandi. Kini tinggal menjemur pakaiannya. Kamar mandi sudah terlihat sepi, hanya tinggal ia dan Jamal yang sama-sama menjemur.
“Loh, kamu tidak ikut rapat ?” tanya Jamal dengan ekspresi heran.
“Tentu saja ikut, mamangnya kenapa ?”
“Kenapa seragam organisasimu di cuci, Yan ?”
“Hah ?” Fian baru sadar bahwa yang hendak ia jemur adalah seragam yang seharusnya ia pakai saat rapat.
“Bagaimana ini ?” ia mengibaskan baju itu agar cepat mengering, tapi itu adalah hal yang mustahil akan terjadi.
Dengan langkah cepat, ia buru-buru pergi kekamar, berharap ada yang memiliki dua seragam. Isi kamar sudah kosong, teman-temannya sudah berangkat semua. Fian diselimuti rasa khawatir, takut terlambat. Yang ia lakukan hanya mondar-mandir di depan kamarnya.
“Fian !” seorang ustad memanggilnya.
“Na'am, ustad." ia menjawab dengan nada bicara yang sopan.
“Ustad minta bantuanmu, ada laptop pondok yang harus dijemput setelah diperbaiki kemarin. Kamu ikut ustad untuk memeganginya nanti dibelakang. Ustad gak bisa bawa tiga laptop sendirian, Yan”
“Afwan ustad, hari ini saya ada rapat organisasi. Tiga puluh menit lagi akan dimulai”
“Ayolah, hanya sebentar saja.”
Fian berpikir sejenak, ia mencari solusi bagaimana caranya agar ia tetap bisa datang ke rapat.“Baiklah, ustad. Tapi nanti pinjamkan saya baju organisasi ustad yang dulu, bagaimana ?”
“Baiklah-baiklah, kau boleh meminjamnya”
Kesepakatanpun tercipta diantara mereka, dan akhirnya Fian ikut bersama dengan ustad.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SENDU
Teen FictionSebuah kisah tentang seorang pemuda yang hidup tanpa impian, hingga pada akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang mampu merubah hidupnya. Akan tetapi, sayang sekali seseorang yang mampu membuat ia berubah itu harus pergi jauh darinya. Dari situlah...