Tap.. tap.. tap...
Terdengar suara kaki yang berirama tengah melangkah dengan tegasnya. Seluruh siswa yang berada di kelas kini terdiam dan duduk manis menunggu langkah kaki tersebut memasuki kelasnya. Di lain sisi seorang gadis tengah berlari menyusuri koridor lantai satu dan menaiki dua anak tangga segaligus.
"Selamat pagi anak-anak". Sapa seorang guru yang diketahui bernama Bu Yeni. "Pagi Bu". Jawab seluruh siswa yang berada di kelas tersebut-X IPA 4-dengan kompak.
Deru nafas seorang gadis yang sedari tadi berlari agar sampai di kelasnya terdengar tak beratur. "Permisi Bu". Ucap gadis tersebut ketika sampai di depan pintu kelasnya.
"Jam berapa ini Aretha, kenapa baru masuk". Diliriknya arloji yang bertengger di pergelangan tangannya.
"Jam 7 lebih 5 menit Bu". Jawab Retha
"Lari muterin lapangan basket 5 kali". Retha tak terima mendengar apa yang dikatakan Bu Yeni. "Ya elah bu, Cuma terlambat 5 menit masa dihukum".
Retha bergidik ngeri melihat pelototan Bu Yeni, matanya seperti akan keluar. Dengan setengah malas Retha melangkahkan kakinya menuju lapangan basket setelah menaruh tasnya di tempat duduknya.
Sesampainyaa di lapangan basket Retha tidak langsung berlari, ia menengadahkan kepalanya ke atas menatap sang mentari yang tengah memberikan cahaya hangatnya.
Biarin aja gue lama-lamain di sini, biar nggak ketemu ama si guru galak itu. Batin Retha.
Putaran kesatu dan kedua Retha masih terlihat semangat tapi diputaran ketiga ia sudah mulai merasakan lemas. Putaran keempat. Nafas Retha sudah terengah-engah. Bagaimana tidak, lapangan basket –SMA CORDOVA– lumayan lebar mampu menghabiskan tenaga siapasaja yang mengelilinginya. "Semangat Retha, tinggal satu putaran lagi". Gumam Retha.
Huuuffttt...
Retha menghembuskan nafas lega setelah menyelesaikan hukuman yang diberikan Bu Yeni. Kini Retha tengah ngadem di bawah pohon di pinggir lapangan. Ia berbaring di atas rumput dan memejamkan matanya sambil menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Sebentar lagi Retha akan terlelap tapi ada sesuatu dingin yang menempel di pipinya.
"Eh paan ss–". Ucapan Retha terhenti ketika ia melihat seorang lelaki yang kini tengah berdiri di sampingnya. Retha terperangah dengan pesona lelaki tersebut. Ganteng.
Ia buru-buru bangun setelah menyadari posisinya yang tidak mengenakkan itu. Cowok itu memberikan air mineral dingin kepada Retha. Retha masih belum sadar dari keterpesonaanya terhadap cowok yang sedang berdiri di hadapannya itu. Tanpa menunggu respon Retha, cowok tersebut melangkahkan kakinya meninggalkan Retha yang masih mematung disana. Setelah cowok itu menghilang ditelan pengkolan, barulah Retha sadar.
"Itu cowok sapa yah, cakep bener". Ucap Retha sambil senyum-senyum sendiri.
Ditatapnya air mineral dingin dari cowok itu. "Makasih, baik banget deh". Gumam Retha. Lantas ia meminum air mineral itu.
Uhuk.. uhuk..
Retha tersedak minumnya ketika melihat seorang cowok sedang berlari melintas di depannya. Keringat menetes dari dahi cowok itu, menambah kesan menawan di mata Retha. Cakep bener dah. Lebih cakep dari cowok tadi yang ngasih minum gue. Batin Retha.
Mata Retha tak berkedip melihat pemandangan yang menurutnya menarik ada di depannya. Pikiran Retha melayang-layang entah kemana. Senyum dibibirnya mengembang, sampai tak sadar bahwa cowok yang sedari tadi dilihatnya sudah berada di sampingnya. Lagi ngadem juga. Retha menatap cowok yang berada di sampingnya dengan mata berbinar dan senyum yang tak luntur-luntur. Sampai cowok itupun tersadar kalau dirinya sedari tadi tengah diperhatikan oleh seoang gadis.
"Napa lo?". Tanya cowok tersebut dan hanya dibalas dengan gelengan kepala oleh Retha.
"Cewek aneh". Ucap cowok tersebut kemudin bangkit dari duduknya dan berlalu meninggalkan Retha yang masih diam mematung sambil tersenyum tak jelas.
Retha kembali ke kelasnya setelah jam Fisika –jam Bu Yeni– selesai. Senyumnya masih terlihat jelas di sudut bibirnya, belum luntur sama sekali. Ia masih membayangkan kejadian yang dialaminya tadi di samping lapangan basket. Mimpi apa gue semalem, bisa ketemu sama dua pangeran baik dan cakep sekaligus. Batin Retha
"Woy Reth... napa lo senyam-senyum gak jelas kek gitu". Lontar Ghea
"Kesambet lo yah". Timpal Lena lantas memegang jidat Retha.
Retha langsung menepis tangan Lena yang menempel di jidatnya. "Apaan sih lo pada". Ucap Retha datar.
![](https://img.wattpad.com/cover/162206075-288-k520388.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Retha
Teen FictionWajah pas-pasan Penampilan pas-pasan Body biasa. Jauh dari kata "body goals". Tak menyurutkan Retha untuk ikut berbaur dengan sekian banyak anak yang ada di sekolah Sifatnya yang periang dan sedikit kekanak-kanakan membuat orang yang berada di sampi...