Ada beberapa hal yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata, yang hanya bisa diungkapkan dengan senyuman, tawa, amarah ataupun tangisan. Ada juga beberapa hal yang dianggap sepele, ternyata bisa membuat seseorang hancur bertubi-tubi dan sebaliknya ada juga beberapa hal yang dianggaap sepele, ternyata bisa menyelamatkan seseorang.
Seperti saat itu, musim dingin di kota Seoul sampai dengan angka -12 derajat yang membuat orang-orang enggan keluar dari rumah dan lebih memilih menghangatkan diri di pinggir tungku perapian. Beda lagi dengan seorang anak laki-laki yang terlihat lebih memilih diam mematung memandang kerlap-kerlip lampu kendaraan ataupun gedung-gedung bertingkat yang dilihatnya diatas sini.
"Kamu mau lompat?" Laki-laki itu menolehkan kepalanya dan mendapatkan seorang anak perempuan yang mungkin sebaya dengan dirinya sedang menatapnya heran. Perempuan cantik itu hanya menampakan sebagian wajahnya, karena sisanya tenggelam dengan syal pink yang melilit di lehernya.
"Jangan disini, ini tempat menandakan kasih sayang. Akan jadi berbeda konsepnya jika kamu mati disini"
"Bukan urusan lo, pergi sana." Bukannya pergi wanita itu malah duduk tepat di belakang Hoshi yang sudah bersiap melompat.
"Ah kamu pasti mau dimasukan ke sekolah militer kan? Kalau gak mau bilang saja kamu tidak mau" Hoshi marah karena perempuan itu malah melihat isi kertas yang tadi dibuangnya itu. Hoshi merampas kertas yang dipegang perempuan itu, dan menyimpannya didalam tas yang tak jauh dari posisinya.
"Lo gak pernah diajarin sopan santun ya?" Tidak takut dengan Hoshi yang marah, perempuan itu malah semakin membuat Hoshi kesal.
"Kamu kan tadi sudah membuangnya, jadi itu bukan punyamu lagi. Aku tadi memungut di tong sampah yang kamu tendang tadi"
"Bacot lo" Hoshi mengambil tasnya dan hendak pergi meninggalkan perempuan itu.
"Otak kamu berpikiran kalau jalan paling baik buat balas dendam pada orang tua kamu sadar itu ya kamu bunuh diri, padahal hati kamu gak kuat buat ngelakuin itu. Padahal hati kamu masih mau menggapai mimpi kamu." Langkah Hoshi terhenti, apa perempuan ini malaikat? Sehingga tau apa yang diinginkannya.
"Jangan sok tau, lo gak kenal gue"
"Mau tau motto hidupku? Hati sama otak itu harus sejalan, artinya otak harus ikuti kata hati kamu yang sebenarnya, dan juga jangan lari dari masalah. Tapi kamu harus berani hadapin itu"
"Lagian kamu dari tadi mondar-mandir kesitu, berdiri duduk, berdiri lagi duduk lagi. Karena, ada keraguan dalam hati kamu kan? Kamu itu gak benci orangtua kamu, kamu cuma benci dengan keputusan mereka yang memaksa kamu jadi tentara. Mana ada orang yang mau bunuh diri malah datang ke tempat permohonan harapan begini." Hoshi mendudukan dirinya, semua yang dibilang perempuan itu benar. Dia tidak benci kedua orang tuanya, dia hanya benci keputusan yang mereka buat dengan embel-embel itu yang terbaik buat dia.
"Kamu kaburkan dari rumah? Pulang lah, terus bicarakan tentang apa yang kamu inginkan. Bagaimanapun orang tuamu pasti akan mendengarkanmu." Perempuan itu datang mendekati Hoshi dan menaruh satu kaleng kopi hangat disebelahnya. "Ini tadinya, aku disuruh ibuku untuk membeli kopi. Tapi sepertinya kau harus minum supaya hangat, ini juga pakai..." Perempuan itu memasangkan Hoshi syal yang digunakannya, tidak ada pemberontakan dari Hoshi. Sedari tadi ia hanya menunduk memandang gantungan kunci bunga matahari di telepon genggam anak itu.
"Lagian dunia yang gelap dan dingin ini masih jauh lebih indah, daripada di neraka."
"Shannon, kamu dimana...?" perempuan itu menoleh dan mendapatkan seorang perempuan paruh baya sedang celingukan mencari sesuatu. Shannon tersenyum lebar menampakan gummy smile-nya "Selamat buat audisimu, orang tuamu pasti akan bangga denganmu" setelah mengatakan itu, Shannon berlari kecil mendekati ibunya sambil melambaikan tangan pada Hoshi.
"... t-tunggu..."
==================================
"S-shannon lee...?" Sebuah suara membuat Jungkyung dan Shannon mendongakan kepalanya. Kedua perempuan itu langsung menutup mulut tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.
"Benarkan, lo.. ah maksudku kamu Shannon Lee?"
"Kamu, kamu, kamu.. kaya udah deket aja lo ama dia. Baru juga ketemu" Jun dengan tidak tau dirinya langsung merusak suasana mellow yang sedang terjadi disitu. Ingin sekali Hoshi mendorong Jun untuk terjun bebas dari atas gedung mall ini. "Diem ga lo, gue sablek juga nyawa lo entar." Gerutu Hoshi pada Jun yang sudah dengan tidak tau dirinya juga duduk di samping Jungkyung memakan makaroni milik Shannon itu.
"Duduklah cuk, kaga capek lo berdiri. Kasihan lehernya dongak terus nengok lo." Hoshi ingin sekali merobek-robek mulut temannya itu, tapi diurungkannya bukan saatnya ia mengurus Jun. Orang yang selama ini di nantinya sekarang ada dihadapannya.
"Kamu Shannon kan?" Hoshi menatap dalam mata Shannon, sedangkan Shannon tidak tau apa yang harus ia jawab. Ia memilih menganggukan kepala sebagai jawaban, dan kemudian mencubit lengan Jungkyung agak keras. "AWW..." Rintih Jungkyung kaget akan perlakuan sahabatnya itu.
"Jungkyung.. i-ini bukan mimpi" Shannon masih tidak percaya melihat laki-laki yang ada di depannya, laki-laki yang selama ini ia lihat di layar kaca sekarang ada dihadapannya. "Gak nyubit gue juga shan!"
"K-kamu...nyariin aku juga?"
"Ya gak mungkin lah bego, kalo dari dulu dia nyariin lo pasti udah dari dulu lo ketemu dengan dia. Lo lupa ya lo siapa, lo itu Hoshi main vocalnya es-..VITI AW SAKET ANJENG" Jun memegang kepalanya kesakitan.
"Lo habis putus, mulut lo ngalahin mak-mak arisan ya. Diem, atau gue lempar lo dari atas sini." Jun langsung menutup mulutnya rapat-rapat mendengar ancaman laki-laki bermata sipit itu.
"Ingat Namsan Tower? 10 Tahun yang lalu? Saat malam terdinginnya kota Seoul?"
"H-huh..?"
"Sekolah militer, lulus audisi? Syal dan Kopi?" Hoshi memberikan segala petunjuk tentang malam itu, ia sangat-sangat berharap bahwa Shannon yang 10 tahun lalu adalah wanita yang ada di hadapannya sekarang.
"Shan, jangan bilang. Kalau lo gak sadar, cowo yang lo ceritain ke gue itu. Hoshi esviti?!" tidak mau kalah shocknya, Jungkyung juga heboh memberikan pertanyaan pada Shannon.
"Hati dan otak itu haru-..."
"... sejalan, t-tugas hati buat t-au.. apa yang kamu mau, dan tugas otak untuk berpikir apa yang sebenarnya hati m-au.." Shannon yang daritadi hanya diam akhirnya membuka suara, melanjutkan ucapan Hoshi.
Hoshi tersenyum lebar, sampai ia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagiannya. Ia menahan diri untuk tidak memeluk Shannon sekarang, padahal ia sangat ingin. 10 Tahun, akhirnya bertemu, malaikat yang meluruskan jalannya. "K-kamu laki-laki yang mau lompat itu?"
"Iya, karena kamu aku bisa gapai mimpi aku. Karena kamu juga, aku berani melalui masalahku. Karena kamu juga,,, sampai saat ini aku bisa bertahan." Shannon yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini, mengerjap-ngerjapkan matanya tidak percaya. Sedangkanm Hoshi sudah tidak bisa menahan dirinya. Ia memeluk Shannon erat, "Terimakasih... terimakasih sudah datang saat itu."
--- prok!prok!prok!
"Terharu banget gue bro, bisa ini dibuat drama mellow gitu. Gila, salut gue sama lo" Jun lagi-lagi menghancurkan suasana haru yang ada disitu. Hoshi memandang Jun dengan tatapan membunuhnya. "Gue gak ngolok lo, gue mau bilang sama lo Shan. Hoshi selama ini nungguin lo, dan sampe gue kira dia gay. Soalnya nolak mulu kalau ada cewe yang dek-... OHKEY ITU BELING HOSH, INGAT KITA KONSER MINGGU DEPAN! OKE OKE GUE DIEM" Jun dengan konyolnya bersembunyi dibelakang punggung Jungkyung. "Fiyuh... untung ga jadi rusak muka tampan gue"
"Lo ngomong yang engga, engga gue lempar ni mangkok"
"Oke oke, kali ini gue serius. Terus udah ketemu, sekarang lo mau gimana?"
"Menurut lo?" Hoshi menatap Shannon dengan senyuman tulusnya dan menggenggam tangannya erat. Kemudian mengecup keningnya hangat.
"Gak bakalan gue lepas lagi"
fin
KAMU SEDANG MEMBACA
SVT ONESHOOT STORY
Romancebased on my mood, and my mind. Enjoy ❤️ note; anw ini cerita udah lama banget waktu aku masih SMP, ceritanya mau reupload.