1

7 1 0
                                    


Tenang, damai, nyaman

Yah itulah yang kurasakan, entah berapa lama aku berdiri disini dibawah guyusan hujan yang semakin lama semakin deras terasa. Namun walaupun begitu entah mengapa kakiku seakan telah menetap disini tak ingin beranjak kemanapun.

Kubuka mataku melihat langit kelabu yang tak cukup gelap namun menumpahkan air yang selalu membesar tiap menitnya. Seakan tahu bahwa disini ada yang tengah kekeringan. Bukan raga ataupun dunia namun jiwanya yang telah kering.

Lama aku menatap cakrawala kelabu diatas. Inginku bicara padanya, meminta padanya, memohon padanya agar mengijinkanku mengikuti mereka. Aku lelah. Lelah dengan bumi ini. Yang seakan bertambah panas tiap waktunya. Namun bukan karna global warming namun karna lingkungannya. Ok aku mulai alay, pikirku membuatku tersenyum sendiri menyadarinya.

Kuturunkan pandanganku kearah tanganku. Masih terlihat benda yang kupegang tetap digenggamanku. Sebuah benda yang mengantarkan luka namun juga obat padaku. Benda yang bahkan bimbang haruskah kubuang atau ku dekap erat.

Kuangkat tanganku agar menatap benda itu lebih dekat. Foto. Itulah yang kupegang foto yang bahkan sudah luntur terkena air. Namun walau begitu masih nampak bayangan sebelum foto ini luntur. Senyum. Yah itulah yang masih tampak dari foto itu. sebuah senyum yang seakan tampak tak memiliki beban sama sekali.

Sekali lagi kutatap langit diatasku seakan bertanya langkah apa yang harus kulalukan.dan seolah menjawab langit mengirimkan teriakan berupa gundur paling keras yang pernah kudengar, membuatku tersenyum mendengarnya.

Kutatap foto itu sekali lagi lalu menatap langit diatas bergantian. Senyumku makin melebar. Kulangkahkan kakiku dengan pasti. Melangkah menuju masa depan yang telah siap bermain denganku nantinya.





TBC...


MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang