1

68 10 0
                                    

Happy reading guys^^
.
.
.
.
.
.
.
.

Keheningan. Ya hanya ada keheningan yang mengelilingi rumah ini. Para penghuninya seakan enggan untuk membuka pembicaraan, mereka dekat tapi terasa jauh.

"Buat apa papa pulang? Ga usah pulang aja sekalian! Bahkan papa belum seminggu dirumah. Tapi bakal pergi lagi? Ck.. "

Seungcheol meletakkan gelas kaca yang digenggamannya dengan cukup kasar , menyebabkan bunyi yang cukup keras. Sudah 3 hari ini ia kehilangan selera makan dirumah. Padahal biasanya ia selalu menyempatkan diri untuk kerumah dan menemani mamanya walau ia sibuk dengan kuliah dan organisasi.
Tapi pria paruh baya yang sialnya harus dipanggil papa ini datang setelah teganya meninggalkan wanita tersayangnya begitu saja selama ini walaupun pria itu tetap pulang tetapi kepulangan dan kepergian yang tak pernah sinkron itu benar-benar membuat Seungcheol tak suka.

"Seungcheol, kamu ga boleh gitu. Papa kamu pulang hanya sesekali. "
Ucapan mamanya disertai tatapan mata yang sendu memang tak pernah bisa untuk Seungcheol sangkal.
Seungcheol beranjak dari tempat duduk sebelumnya dan akan melangkahkan kakinya untuk pergi. Ia rasa dirinya tak akan bisa terlalu lama satu ruangan dengan papanya ini. Namun, suara sang papa membuat langkahnya terhenti.

"Kamu masih ngepimpin Lentera Merah? Seungcheol... Papa harap kamu  segera keluar dari organisasi itu. "

Mendengar itu Seungcheol hanya tertawa pelan menyiratkan kekesalan terdalam dimatanya, dan tanpa berniat untuk menanggapi perkataan papanya itu Seungcheol melanjutkan begitu saja langkah kakinya.
Melihat kepergian putra tunggal mereka  pasangan paru baya itu hanya saling pandang dengan tatapan yang sama-sama sendu.

•••••

"Tugas lu gimana? Udah pada kelar? "
Pertanyaan itu sudah berulang kali diucapkan oleh pria keturunan Amerika ini, ia merasa kalimat ini sudah menjadi teman selama beberapa hari.

"Sabar napa elah, bacot lu! Bosen ni kita dari tadi nanya mulu ini wakil ketua, heran. "
Mingyu yang sedari menulis ntah apa yang ditulisnya ini merasa terganggu dengan kegiatan Joshua yang ia rasa tak berguna ini.
Joshua yang mendengar ucapan Mingyu sebenarnya cukup sakit hati tapi ya meski bagaimana ini sudah resiko bukan?

Krak!

Bunyi suara pintu mengalihkan fokus beberapa orang yang ada diruangan ini, namun kembali acuh saat tau ternyata itu ketua mereka.
"Lusa kita bakal mulai wawancara. Gua harap besok berjalan lancar seperti sebelumnya. "

•••••

Setelah Kyulkyung menempelkan kertas syarat-syarat penerimaan anggota baru organisasi populer di kampus mereka ini di mading,  banyak mahasiswa yang mengelilingi mading tersebut.

"Yebin ikutan jadi anggota lentera merah kuy, asik pasti jadi pemes ehehehe. "
Yebin dan Eunwoo mulai menjauh dari kerumunan di mading yang membuat sesak. Setelah dengan semangatnya Eunwoo menorobos kerumunan tadi dan melihat informasi yang ditunggu-tunggunya sesegera mungkin ia menarik tangan sahabatnya menjauh.

"Ogah nu, lu aja. Gue pengen masuk ke padus. Di Lentera si banyak ya cogan cuma ya gimana bang Jaehyun ga disana. "
Ucap yebin dengan ekspresi wajah sedih yang dibuat-buat.

"Bucin wooooo"

Mendengar ejekan Eunwoo, yebin hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Tapi ya Bin, yang pengen pemes pasti banyak huweeeeeee... Ntar ga jadi ketemu cogannya lentera lagi guheeee"
Eunwoo dengan rajukannya yang tak jelas membuat Yebin jengah.

"Sumpah ya nu, puyeng ni gue deket-deket elu. "

Yebin pergi begitu saja meninggalkan Eunwoo dengan ekspresi kesalnya dan bertambah kesal saat melihat Yebin berbelok kearah ruangan padus.

"Hanjir, bilang aja lu mau liat bang Jaehyun! "

•••••

"Cheol, lu dipanggil ke ruangan Pak Yunho. Kayaknya si soal acara kita 2 minggu lagi."

Kyulkyung baru memasuki 'markas' Lentera merah dengan menenteng beberapa buku.
"Tadi si, pak Yunho nyuruh gue nyampain aja ke elo, cuma ya gue ga berani. Persoalannya rumit soalnya, lu langsung temuin aja deh. "

Seungcheol hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Seungcheol bangkit dari duduknya dan menuju ke arah pintu lalu pergi dari sana.
Tapi Kyulkyung masih berdiri tegak ditempatnya dengan menatap pintu dimana Seungcheol menghilang tadi dan menghela nafas kasar saat pintu terbuka dan menampilkan wajah Hansol dengan cueknya.

"Napasi kyul? Ngelamun ga jelas. Ntar kesambet lagi lu. "
Hansol berkata sambil berlalu dihadapan Kyulkyung.

•••••

"Jadi maksud bapak ngebatalin acara inti kita? Ga bisa pak, malam pengasingan harus ada! "
Seungcheol jelas saja sedikit emosi disini, acara yang sudah dirancangnya dengan para anggota tiba-tiba harus ditiadakan.

"Kalau kamu tidak mau ya sudah. Tidak ada anggota baru untuk Lentera Merah!. Batalkan saja acaranya. "

"Apa? Kenapa begitu tiba-tiba pak? Kami sudah bekerja keras sejauh ini. Dan bapak dengan mudahnya mengatakan itu. Kalau bapak tidak mengijinkan adanya malam pengasingan. Baiklah akan kami diskusikan kembali, tapi kalau acara penerimaaan anggota baru. Maaf,  tak bisa di batalkan pak! "

Seungcheol membungkukkan tubuhnya sekilas dan berlalu dari ruangan pak Yunho.
Melihat pintu ruangannya tertutup, Yunho meraih ponsel dimeja dan mengetikkan sesuatu disana.
Setelah memastikan sudah terkirim, Yunho memijit kepalanya yang terasa berdenyut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC?😕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lentera Merah ||√PRISTEEN||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang