Gelapnya malam, sunyi, sepi, tanpa suara. Tidur lelap seperti melihat langit tanpa cahaya. Kamar begitu kosong, Imajinasi mimpi yang menemani malam malam dari aktivitas kehidupan.
Terbangun dari tidur, tak melihat apapun selain warna hitam. Mencari dimana keberadaan Smartphone untuk melihat jam brapakah hari itu. Akhirnya terlihat cahaya kecil putih dari Smartphone disamping meja laptop. Kulihat menandakan pukul 04.00 WIB pagi. Karena masih terasa malas bangun, akupun tidur lagi dan melajutkan perjalanan imajinasi mimpi di episode selanjutnya.
Dalam mimpi, kulihat didepanku ada ruang kosong yang membuat mata ini penasaran. Menggapai ruang kosong tersebut dengan berlari tapi tak kunjung sampai. Terus berusaha menggapai ruang kosong tersebut dengan penuh emosi. Akhirnya terjatuh di didalam kegelapan yang tak ada ujungnya.
Akupun terbangun dan langsung duduk mengingat mimpi aneh tersebut.
"Mungkin gara-gara tidur lagi nih, padahal tadi udah bangun"
Terdengar dari luar rumah suara kalimat iqomat. Menandakan Azan shubuh telah lewat. Langsung mengambil air wudhu berangkat ke masjid menggunakan motor biru mencari lokasi yang sholatnya belum selesai.
Ketika sampai di masjid, pakaian yang kukenakan terbalik. Akupun buru-buru membaliknya lagi. Rakaat kedua hampir selesai, akupun segera memasuki shaff terakhir untuk melaksanakan sholat shubuh. Itulah salah satu shubuh ku yang tertinggal.
Setelah sholat shubuh selesai, aku pulang berkendara pelan. Sambil menikmati indahnya shubuh dan melihat ke langit dengan sudut empat belas derajat. Langitpun dihiasi berbagai macam bintang dan juga planet terdekat dari bumi. Salah satunya adalah Venus.
Sambil menghadap langit, aku membayangkan seorang wanita yang kusukai. Namanya adalah Restia Saputri, seorang mahasiswi satu angkatan denganku, tetapi berbeda jurusan.
Aku mulai menyukai wanita tersebut ketika disemester dua. Dia adalah wanita pertama dengan jilbab syari yang kukagumi. Dan juga waktu masih SMA, dia adalah salah satu anggota rohis.
"Andaikan kelak dia mau menjadi ibu dari anak-anakku." Sambil senyum menatap langit dan berkendara pelan di shubuh hari.
Venus merupakan gambaran dari wanita tersebut. Ku harap kelak dia mau menemaniku untuk menjadi pendamping hidup.
Tapi, ada hal yang paling menyedihkan. Yang paling menyedihkan dari semua ini, aku belum pernah sekalipun ngobrol langsung dengannya. Berani nya cuma ngobrol via-chatting. Dan juga, chat pertama ku dengan si dia, yaitu mengucapkan selamat hari raya idul fitri.
Mencintainya dalam diam merupakan keinginan ku untuk lebih banyak mencari kegiatan positif dan bermanfaat, agar kelak, aku segera menyelesaikan S1 dan berani melamar dirinya.
Shubuh yang panjang, dengan imajinasi yang tak perlu dipikirkan. Tapi terlintas begitu saja dipikiran.
Tiba-tiba ada suara berdering dari Smartphone ku. Setalah sampai dirumah, segera kubuka pesan tersebut, kuharap, pesan tersebut dari "Venus".
YOU ARE READING
Empat Belas Derajat Venus
RomanceMenembus Imajinasi Galaxy, Melihat Langit dengan sudut empat belas derajat, Menatap Kedepan Menggapai Cinta Bersamamu Membayangkan untuk mencintaimu adalah hal yang mustahil didapatkan. Senyum dan sapamu sangat sulit membuatku untuk menundukkan mata...