"Kau tahu apa yang terjadi?"
"Aku belum melihat Jihoon sejak hari Senin dan dia payah dalam membalas pesan."
"Kecuali namamu Park Woojin."
°
°
°
"Menurutmu apa mereka akan datang?" Sungwoon bertanya pada Jisung mengerutkam dahi. Ini Jumat malam, dan Jisung serta Sungwoon sepakat untuk mengadakan pesta perayaan pasca ujian tengah semester.
"Jihoon dan Woojin, maksudku."
Daehwi, yang menguping percakapan tersebut, menyahut, "Jihoon hyung mungkin akan datang, tapi kalau Woojin hyung aku kurang yakin."
"Sebenarnya kemarin aku berpapasan dengan Woojin di perpustakaan," jelas Jisung. "Dia mencari Jihoon."
"Mengapa dia mencari Jihoon hyung di perpustakaan?" timpal Jinyoung ikut mengernyit. "Mengapa bukan di ruang seni?"
Jisung mengangkat bahu. "Siapa yang tahu. Mungkin dia ke perpustakaan setelah dari ruang seni."
"Kau tahu apa yang terjadi?" tanya Seongwoo, mendekat. "Aku belum melihat Jihoon sejak hari Senin dan dia payah dalam membalas pesan."
"Kecuali namamu Park Woojin." Daehwi bergumam pelan.
"Tidak," Jisung menggeleng. "Hanya kuberi tahu bahwa tak ada Jihoon disana dan mungkin anak itu sudah pulang. Kuharap mereka sudah baikan. Jihoon datang curhat padaku dua minggu yang lalu tentang itu."
Semuanya mengangkat alis. "Apa yang kau bilang padanya?" tanya Jaehwan.
"Kebanyakan dia yang mengoceh padaku," Jisung mengakui. "Kurasa dia hanya butuh seseorang untuk mendengarkan unek-uneknya. Mungkin dia sudah sadar apa yang terjadi, sepertinya? Dia seperti 'oh, sial' dan kabur dariku."
"Aku lega setidaknya salah satu dari mereka punya kemampuan menyadari perasaan mereka sendiri." Jinyoung menghela napas berat. "Kuharap Jihoon hyung menendang orang itu."
Semuanya setuju atas pernyataan itu. Pintu masuk terbuka, dan semua orang menoleh untuk melihat apakah duo Pink Sausage berjalan masuk bersama, atau hanya seorang dari mereka.
Mereka terkejut, Jihoon dan Woojin melangkah masuk sambil berdebat mengenai sesuatu, seolah masalah sebulan terakhir tak pernah terjadi.
"Maksudku," protes Jihoon. "Kurasa aku cocok dengan rambut pink."
"Jihoon." Woojin menggulirkan bola mata, namun suaranya terdengar sabar. "Aku tak akan membiarkan kau mem-bleaching rambut dan mewarnainya menjadi pink di kamar mandi kita. Pergilah ke salon sialan."
"Aku tak punya uang untuk itu!" protes Jihoon. "Dan aku sudah pernah mewarnai rambutku, sialan kau. Aku tak akan mengacau."
"Hei guys!" Jaehwan mengangkat sebelah alis. "Apa semuanya baik-baik saja—wow.”
Kata-katanya terputus saat pandangannya jatuh pada tangan Jihoon dan Woojin yang saling terkait. Ketika yang lain juga menyadari mereka saling bergandengan, Daehwi menjerit histeris sementara Jinyoung berteriak terkejut. Guanlin bergumam "akhirnya," dan Sungwoon menunjuk-nunjuk mereka tercekat. Minhyun hanya tersenyum bangga, lega karena kedua adiknya akhirnya menyelesaikan masalah ini.
"Kalian sudah baikan?" hanya Jisung yang cukup tenang untuk menanyai pasangan baru itu saat yang lain masih histeris. "Selamat, kalian berdua!"
"Terima kasih, hyung." Jihoon tersenyum cerah padanya dan Seongwoo berseru pada "putra-putra berharganya" dari belakang.
"Aku lega Woojin akhirnya menyelesaikan masalah ini," kata Jaehwan ketika ia sudah berhenti histeris. "Aku bangga padamu, Woojin."
Woojin memutar bola mata, namun tersenyum tulus. "Terima kasih, Jjaeni hyung."
"Jadi kalian berdua akhirnya berhenti jadi pasangan tolol? Mereka sudah besar rupanya." Daehwi pura-pura mengelap air mata dan bangkit memeluk mereka berdua. "Selamat, bodoh. Aku ikut senang."
Jihoon tergelak dan Woojin mendorong bahu Daehwi pelan dengan seringai.
"Terima kasih, Tuhan," Jinyoung menatap langit-langit dan menghela napas lega. "Aku tak perlu melihat dua orang itu bertingkah bodoh lagi."
"Amin," timpal Daniel dan memberi Jinyoung tos.
Jihoon dan Woojin tersenyum melihat teman-teman mereka terus memberikan selamat. Malam berlanjut, dan tak ada yang mempertanyakan ketika Jihoon memukul bahu Woojin karena mengambil minumannya, berpikir meskipun berkencan pun mereka tak berubah.
("Jihoon, kau tak boleh mabuk malam ini. Apa kau lupa setuju bertukar shift dengan Kenta hyung besok? Kau harus ke tempat kerja jam 6:30."
"Diamlah, Park Woojin. Jangan mengguruiku!")
Jika siapapun melihat Jihoon meraih tangan Woojin di kegelapan, tak ada yang berbicara. Seongwoo tersenyum bahagia dan bersandar pada Daniel, yang langsung memeluk pinggang pemuda lebih tua itu. Jaehwan merangkul pundak Minhyun, yang mendekat pada kekasihnya sambil tersenyum lembut. Jinyoung dan Daehwi berpelukan di sofa, sementara Sungwoon dan Jisung mengapit Guanlin seperti sandwhich sambil menonton film.
Woojin menatap sekeliling dengan senyuman terpatri di wajah dan melirik Jihoon yang perlahan menyandarkan kepalanya ke bahu Woojin masih konsentrasi pada film yang diputar. Ia bertanya-tanya betapa beruntungnya dia memiliki grup pertemanan luar biasa dan seseorang seperti Jihoon berada disisinya seperti ini.
Pemuda itu membungkuk dan mengecup kening Jihoon lalu menggelengkan kepala sambil tersenyum saat Jihoon menengadah menatapnya dengan tatapan bingung. Jihoon hanya tersenyum balik dan bersandar lebih dekat, menutup mata. Woojin kembali membungkuk dan mendekatkan bibirnya pada bibir Jihoon, sebuah ciuman kecil.
"Hei, pasangan kasmaran, kami bahagia untuk kalian, tapi tak ada yang ingin melihat kalian berbuat mesum." Daehwi melempar bantal sofa pada mereka berdua, yang langsung memisahkan diri terkejut.
Seongwoo menyeringai dan Jaehwan tergelak sementara Jisung mendengus dan Sungwoon menggelengkan kepala terhibur.
"Aku akan membunuh Lee Daehwi," gumam Woojin pelan sambil menatap tajam pemuda itu, yang menjulurkan lidah padanya. Namun ia kembali tenang, saat Jihoon tertawa keras dan kembali mendekat menyatukan bibirnya dengan bibir Woojin lagi, mengabaikan protes teman-temannya.
Woojin tersenyum dalam ciuman itu dan memeluk pinggang Jihoon menariknya mendekat.
Yeah, dia beruntung, memiliki pemuda impiannya dalam pelukannya seperti ini dan teman-teman yang selalu mendukung mereka.
Hidup ini memang indah.
°
°
°
END
°
°
°
Hai! Akhirnya fanfik ini selesai juga dan berakhir happy ending~ ^^
Untuk yang sudah baca/vote/komen, terima kasih yaa. Semoga suka terjemahan saya!
Mohon maaf kalau ada kata-kata yang aneh dan sulit dicerna. Saya masih belajar soalnya hehe 🙏
Sampai jumpa di terjemahan 2park selanjutnya~ 💕
Adios!
- Liliyoom
KAMU SEDANG MEMBACA
[2Park] you're my heart shaker (i don't want to let you go) Bahasa Version
FanfictionJihoon dan Woojin sadar akan perasaan masing-masing, namun membuat teman-teman mereka ikut menderita.