"Aku harus menyuruh Woojin untuk datang kesini bersama Hyungseob."
°
°
°
Rabu sore setelah kelas, Jihoon berada di kafe, menyesap kopi dan melahap sandwich. Minggu ini cukup melelahkan, dan Jihoon ingin mati.
Lelaki itu menghela napas setelah menghabiskan sandwich dan menatap kopinya sebentar sebelum bersiap pergi. Setelah membuang sampah, ia berhenti di konter untuk pamit pada Jaehwan yang saat itu sedang bekerja.
"Pulang cepat, Jihoonie?" tanya Jaehwan seraya mencuci dan mengeringkan cangkir kopi. "Kau baru saja sampai tiga puluh menit yang lalu."
"Yeah, aku hanya mampir untuk menyapa dan makan." Jihoon tersenyum. "Aku harus pergi ke studio sekarang."
"Mengurung dirimu di studio lagi?" goda Jaehwan singkat sebelum mengernyit. "Jangan lupa jawab teleponmu kali ini, oke? Aku tidak ingin Woojin mengamuk lagi dan membuat kami berkeliling kampus hanya untuk menemukanmu ketiduran di studio."
Jihoon meringis. Itu terjadi beberapa minggu lalu, tepat setelah ia sembuh dari demam yang dideritanya. Meskipun ia sudah merasa lebih sehat, dirinya tetap mudah lelah, dan ketiduran sewaktu mengerjakan lukisan untuk tugas kelas.
"Maaf, hyung. Akan kutambah volumenya hingga yang paling keras," Jihoon menyesal.
Jaehwan terkekeh dan menggelengkan kepala. "Jangan khawatir. Aku hanya bercanda. Kami bisa mendapat foto lucumu meringkuk di lantai, jadi tidak apa-apa."
Jihoon tertawa. "Tolong jangan sebarkan foto-foto itu. Aku punya imej untuk dijaga," gurau Jihoon sebelum mengecek jam. "Oke, aku harus pergi sekarang. Sampai nanti, hyung!"
"Dah, Jihoon!" Jaehwan melambaikan tangan saat Jihoon keluar dari kafe.
Hari itu lumayan cerah. Cuaca akhirnya menghangat, dan Jihoon dapat melihat beberapa kelopak bunga mulai bermekaran disana sini. Universitas mereka memiliki jalan yang lumayan terkenal karena bunga sakura yang mekar disana.
"Aku harus menyuruh Woojin untuk datang kesini bersama Hyungseob," gumam Jihoon pada dirinya sendiri ketika melihat beberapa pasangan kekasih mengambil foto bersama pohon yang bunganya sudah mekar. Hyungseob akan terlihat menawan dengan kelopak bunga sakura di rambutnya, pikir Jihoon.
°
°
°
Ketika ia mencapai studio, Jihoon memasuki apa yang ia sebut 'mode Zen super fokus', dan apa yang Woojin sebut 'mode tunnel-vision konyol'.
Dirinya harus menyelesaikan dua setengah pekerjaan untuk proyek yang harus dikumpulkan Jumat nanti. Ia tertinggal cukup jauh dari teman sekelasnya karena sakit dan tidak bisa pergi ke studio untuk bekerja seperti yang ia inginkan.
Setelah Jihoon menyiapkan peralatan, ia pun duduk di bangku dan mulai bekerja, tak menyadari waktu yang berlalu atau ponselnya yang terus berdering dari pesan-pesan yang belum terbaca.
Ia terlalu fokus pada pekerjaannya hingga tak menyadari pintu yang terbuka dan seseorang yang berjalan masuk menaruh boks di samping tempatnya menaruh tas. Jihoon terus bekerja bahkan ketika orang itu memandanginya sebentar sebelum pergi seraya menggelengkan kepala dan tersenyum.
Pukul delapan malam, alarm Jihoon berbunyi, membuat dirinya berjengit. Ia berkedip dan membungkuk ketika lelah dan kram menyerang bersamaan, menghela napas ketika tulangnya berkretak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2Park] you're my heart shaker (i don't want to let you go) Bahasa Version
أدب الهواةJihoon dan Woojin sadar akan perasaan masing-masing, namun membuat teman-teman mereka ikut menderita.