tiga

68 8 2
                                    

Naura duduk di kursi kebesarannya. Kursi OSIS, yang sebentar lagi tak ia duduki lagi. Baru saja Naura ingin mengambil map di sebuah lemari, Dylan masuk ruangan tanpa permisi.

"Gue harap lo tau tata krama masuk ruangan," ucap Naura yang masih sibuk mencari map.

"Gue harap lo juga bisa menghormati orang yang datang," tak mau kalah Dylan juga membalas.

"Mau apa lo?" Tanya Naura. Sungguh, ia sangat malas menghadapi bad boy satu ini. Siapa yang tidak mengenal Dylan? Seorang bad boy yang melakukan semua hal sesuka hatinya.

"Tanda tangan," jawab Dylan.

Naura membuka map yang sudah Dylan taruh diatas meja. Butuh waktu  dua menit untuk Naura membaca dan meneliti tulisan yang ada didalam map tersebut. Setelah itu Naura menandatangani bawah ujung kanan kertas tersebut. Setelah itu ia kembalikan kertas itu ke pemiliknya.
Tanpa mengucapkan terimakasih Dylan keluar dari ruangan OSIS.
Naura tak habis pikir. Ada saja manusia semacam Dylan.

~INY~

Dylan membuka pintu rofftop  sekolah. Disana sudah ada Dewa, Daffa, dan Dirga. Apalagi jika bukan merokok.
"Udah lo minta tandangan Ketos?" Tanya Dirga yang sudah membuang rokoknya.

"Udah." Dylan meletakkan map itu diatas meja panjang.

"Dewa, lo yang ke Kepsek."
Dylan sangat tidak suka memasuki ruang kepala sekolah. Bukan karena ruangannya tapi yang berada didalamnya yang membuat dylan malas masuk ke ruangan itu.

"Lah, kok gue? Enggak bisa lah. Lo kapten basket. Berarti lo yang harus minta tanda tangan kepsek," protes Dewa.

"Wa, lo tahu, 'kan?"

"I know, tapi lo yang kapten basket Lan...."

"Terus apa bedanya sama lo yang wakil ketua?"

Skakmat!

"Okey fine. Gue yang temui Pak Sean. Tapi kalau dia enggak terima, lo harus kesana. Untuk Kali ini gue yang kesana. Tapi lain kali gue harap lo bisa bersikap profesional. Bedakan yang mana masalah pribadi lo dan masalah sekolah."

Semua berjalan lancar. Dylan dan anggota basket lainnya latihan untuk persiapan lomba. 2 hari lagi. Waktu yang sangat singkat. Tak menghiraukan waktu, terkadang mereka latihan sampai malam. Bahkan hari ini tanpa mereka sadari, jam 22.00 mereka baru selesai latihan.

~INY~

Regal tak berhenti menggangu Naura yang sedang sibuk membaca Novel.
Membuat adiknya kesal adalah salah satu hobinya.

"Abang! Jangan di balik-balik lembarannya. Ara belum selesai baca tau!" Naura memberi tatapan tajamnya tapi itu tak menakutkan bagi Regal. Justru ia tertawa terbahak-bahak melihat lirikan Naura.

Naura melihat ketawa abangnya, tawa lepas itu yang sangat ia rindukan. Merasa diperhatikan Regal mencoba meredakan tawanya.

"Hey, kenapa?" Tanya Regal.

"Abang tau? Ini yang paling Ara tunggu. Tawa lepasnya abang."

"Maksudnya?" Regal masih belum paham dengan perkataan sang adik.

"Lupakan semuanya ya, Bang. Ara yakin abang bisa. Ara mau Bang Regal jadi abang yang seperti dulu."

Regal menarik Naura dalam pelukannya. Cukup lama Regal diam.

"Cuma kamu yang buat abang bertahan hidup, Ra. Cuma kamu yang abang punya sekarang. Dan cuma kamu yang bisa buat abang tertawa. Tapi untuk melupakan, maaf abang belum bisa."

Naura makin mengeratkan pelukannya pada Regal. Setitik airmata keluar dari pelupuk matanya. Dengan cepat Naura menghapus air mata itu.

"Ara tidur sama abang boleh?" Naura mendongakkan kepalanya menatap Regal.

"Apa sih yang enggak buat Ara."
Setelah itu Regal mematikan lampu dan menyelimuti Naura. Tak lupa juga ia mengecup pucuk kepala Naura.

"Good night my little sister."

~INY~

HAY... I'M  BACK AGAIN!!!
ADA YANG NUNGGU CERITA INI?

MAAFKAN AUTHOR YANG UPDATE NYA LAMA SEKALI.

ADA APA HAYO ANTARA DYLAN DAN PAK SEAN?

APA YANG DIMAKSUD NAURA LUPAKAN SEMUANYA?

PENASARAN KAN?

TUNGGU KELANJUTANNYA YA...

®Salam Sehat Selalu®
Risma

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang