O1. Thinking Out Loud. ; MARKREN.

2.7K 292 35
                                    

"And, darling, I will be loving you 'til we're 70. And, baby, my heart could still fall as hard at 23."

. Mark x Renjun < FU. >
-----------------------------------------------------------

Pukul dua lewat tujuh belas dinihari. Saat di mana mayoritas entitas bergumul di balik selimut tebalnya dan tenggelam dalam lelap di tengah temperatur yang berangsur menurun saban harinya.

Tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi seorang lelaki penyandang asma lengkap Lee Minhyung. Sepasang netra kelam miliknya terbuka lebarㅡmenandakan dirinya benar-benar terjaga. Terhitung dua puluh menit sejak Minhyung tenggelam dalam senyapnya malam. Bukannya tak mampu untuk kembali terlelap, namun asanya tak sanggup untuk menampik panorama menenangkan yang tersaji di hadapan.

Huang Renjun yang tengah terbenam dalam lelapnya.

Kedua kelopak yang terkatup, menyembunyikan sepasang obsidi cemerlang nan memikat empu sang pemuda Huang. Bulu mata yang melandai, tulang pipi yang tinggi, hidung bangir yang selalu menjadi salah satu titik kecup kegemarannya, juga sepasang bilah bibir ranum yang membuat Minhyung semakin mendamba sosok yang berada dalam rengkuh lengannya ini.

Seseorang tolong ingatkan Lee Minhyung bahwasanya Huang Renjun merupakan miliknya, seutuhnya.

Helaan napas samar lolos dari kedua bilah bibirnya. Minhyung mengeratkan rengkuhannya secara perlahanㅡmemastikan agar Renjun tidak terjaga karenanya. Lantas pikirannya mulai melanglang buana. Ingatan segar akan kilas balik yang ia kecap bersama Renjun pun membanjiri relungnya.

Perjumpaan awal keduanya yang relatif biasa saja. Prosesi pendekatan picisan yang tidak pernah dilakoni oleh keduanya justru menggiring ikatan yang terbentuk kuat dan tak terbantahkan.

Tanda tanya besar mulai mendominasi; bagaimana mungkin seseorang dengan kepribadian sehangat musim semi seperti Huang Renjun melabuhkan pilihan pertama dan terakhirnya pada dirinyaㅡyang bahkan tak mampu untuk mempersiapkan pernyataan cinta yang apik?

Cahaya menentramkan selalu berpendar dari aura seorang Huang Renjunㅡsetidaknya bagi Lee Minhyung. Membawanya untuk menarik sudut bibirnya samar dan kuasa kirinya yang bebas untuk mengusap pipi pualam sang pujaan hati; membuat pola abstrak dengan jemarinya.

Akankah Renjun mengingat bagaimana kikuknya seorang Lee Minhyung di masa lalu?

Akankah Renjun tetap melantunkan tawa serenyah kukis yang selalu mampu meredam segala bagai emosi yang menginvasi seorang Lee Minhyung kelak?

Akankah Renjun tetap mengingat bagaimana aroma juga manisnya perisa semangka yang mendominasi ciuman pertama keduanya kelak?

Akankah Renjun tetap menyuguhkan senyuman terbaiknyaㅡyang selalu membuatnya tampak memukau dengan semburat delima yang menghiasi kedua pipi pualamnyaㅡkelak, padanya?

"Apakah ini sudah pagi?"

Pertanyaan yang membuat Minhyung kembali membumi. Untuk sesaat, kedua netra jelaganya mengerjap dengan cepat. Perasaan waswas mulai melingkupi dirinyaㅡsiapa tahu pikirannya terlalu keras bersuara hingga membuat Renjun terjaga, bukan?

Gelengan samar menjawab pertanyaan sang pemuda Huang. Minhyung tidak sekedar repot untuk berkata 'belum'ㅡia terlalu sibuk untuk menampilkan senyum lebarnya pada Renjun. Kekhawatiran yang sebelumnya sempat membelenggu pun sirna seutuhnya, tidak ada lagi perasaan bersalah karena telah membuat Renjun terjaga.

"Kau lapar? Apa ingin aku buatkan sesuatu?" tanya Renjun sembari mengusak sudut kelopak matanyaㅡmencoba menyesuaikan retinanya dengan temaram cahaya yang berasal dari lilin aromaterapi miliknya yang masih menyala.

THE STORY OF US. ( MARKREN. )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang