Bibi Nam memaksa Alanis untuk menghabiskan semua makanan yang ada di meja. Alanis dengan patuh menurutinya karena masakan Bibi Nam sangat lezat. Selain itu Alanis senang mendengarkan cerita dan omelan Bibi Nam. Rasanya seperti dirumah dengan ibu yang senang mengomel seharian tetapi selalu ada untuk anaknya. Alanis menyudahi makannya dan membawa piring kotornya ke bak cuci piring.
"Letakkan saja disitu aku akan mencucinya" ujar Bibi Nam
"Bibi perutku penuh, aku akan berjalan-jalan sebentar. Aku akan membawa kameraku, kearah mana aku bisa mendapatkan foto yang bagus?" tanya Alanis
"Aku akan menemanimu" Bibi Nam mengelap tangannya
"Ah tidak, tidak. Beritahu saja arahnya, Bibi tidak perlu menemaniku" Alanis mengambil kamera di kamar
"Jangan lupa pakai jaketmu. Cuaca disini bisa tiba-tiba berangin. Beloklah ke kiri ketika keluar rumah, terus belok ke kiri jika menemukan persimpangan. Setelah berjalan 45 menit, anda akan kembali ke rumah dari sisi kanan."
Alanis mengangguk dan membuka pintu untuk keluar rumah.
"Nanti anda akan menemui danau di tanah keluarga Do. Sampaikan salamku kepada suami istri Shin. Mereka sahabat keluarga ini dan teman baikku serta suamiku. Mereka tidak akan keberatan jika kamu mengambil foto. Sekarang sedang musim migrasi burung. Banyak yang singgah di danau itu" sambung Bibi Nam
"Ingat untuk belok kiri, jangan kekanan atau anda akan semakin jauh dari rumah"
"Ya Bibi, aku akan mengingatnya"
Alanis keluar rumah dan berbelok ke kiri. Dia mengayunkan langkah ringan sambil sesekali berhenti untuk memotret. Alanis menyukai tempat ini dan yakin bahwa dia akan betah disini.
Alanis menjumpai pertigaan dan dia belok ke kiri seperti pesan Bibi Nam. Danau hijau dengan ilalang di tepiannya menyambutnya. Alanis terkesiap melihat pemandangan di depannya. "Cantik sekali..." gumamnya.
Dia membuka pagar yang terbuat dari kayu "Annyeong" sapanya.
Tidak ada sahutan, Alanis mengendap mendekat ke danau dengan beberapa burung dan bebek ditengahnya. Suami istri Shin pasti tidak keberatan, dia hanya mengambil gambar. Kalau ketemu dia hanya tinggal menyampaikan salam dari Bibi Nam.
Alanis tengkurap dan merayap diantara ilalang. Dia tidak perduli jaket putihnya kotor dengan lumpur dan bersiap membidikkan kameranya. Alanis mengambil beberapa foto sebelum dia melihat satu burung cantik yang diincarnya tiba-tiba terbang.
Alanis termenung. Bebek dan burung itu tampak damai, mereka hanya perlu terbang menuju tempat baru dan kembali di musim berikutnya. Tiba-tiba lensanya menjadi buram, dia teringat kembali alasan kenapa dia sampai di sini. Seharusnya dia berani seperti burung itu, hanya terbang dan terbang tinggi. Air matanya jatuh bercucuran, dadanya sesak. Dan tiba- tiba...
RRROOOOAaaaarrrr!!!!!
Tiba-tiba terdengar mesin meraung, burung dan bebek langsung berhamburan terbang dengan ribut. Ditengah kekalutan itu Alanis berlari keluar pagar dan terus berlari menuju rumah. Dia hanya ingin segera sampai kamar dan menangis meringkuk di tempat tidur.
Alanis lelah, Alanis ingin terbang jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Into You
General FictionSeumur hidupnya Alanis Kirana Scott dipersiapkan untuk menerima 'mahkota' bisnis. Masa depannya, hidupnya bahkan jodohnya sudah diatur dan dipersiapkan. Hingga satu kejadian traumatis membuatnya memutuskan menghilang dan pergi...