'yoongi-ya...''maaf, aku tidak bisa memaafkanmu ataupun mendoakan kebahagiaanmu'
'tidak...kumohon!'
'selamat tinggal, kim sora'
Lelaki itu pun berjalan pergi. Air mataku semakin deras saat memandang punggungnya mulai menjauh.
Tidak! Min Yoongi...
"Min Yoongi!"
Aku bangkit karena terkejut mendengar jeritan nama yang paling sakral di hatiku. Seiring mataku yang terbuka lebar, kudengar napasku memburu, keringat dingin membasahi rambut dan wajahku.
Kuedarkan pandangan sekeliling, ini ranjangku, ini kamarku. Rupanya semalam aku tertidur tanpa mengganti baju. Kulirik jam dinding menunjukkan waktu pukul 3 pagi.
Kesadaran pun datang padaku. Apakah jeritan tadi adalah suaraku sendiri?
Ketukan keras di pintu seketika membuatku terlonjak.
"Eomma...baik-baik saja kan?" suara Jungkook teredam di balik pintu.
"Oh...masuklah nak," suaraku keluar dengan serak.
Pintu terbuka, Jungkook masuk dengan wajah cemas. Setelah menutup pintu iapun berjalan mendekat.
Aku tersenyum melihatnya, menggeser duduk dan menepuk ranjang agar Jungkook duduk di hadapanku."Eomma...aku mendengarmu menjerit, apa yang terjadi? Apa mimpi buruk lagi?"
Jungkook duduk sambil menatapku penuh tanya. Ia tahu bahwa aku sering mimpi buruk. Aku hanya tersenyum memandang wajah tampan putra kesayanganku. Kuraih pipinya dengan kedua tanganku.
"Kenapa kamu belum tidur? Apa tidak capek?"
Wajahnya seketika cemberut, membuat pipinya tampak menggembung lucu.
"Bukankah eomma sendiri yang bilang jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan? Apa eomma menyembunyikan sesuatu dariku?"
Pertanyaan jujurnya mencubit hatiku. Aku tak sanggup menatap matanya saat menjawab. Kujatuhkan pandanganku pada tangannya yang kugenggam sekarang.
"Tidak sayang. Eomma tidak mimpi buruk," aku tidak yakin harus menjawab apa. Apakah memimpikan orang itu termasuk mimpi buruk?
"Lalu siapa itu Min Yoongi?"
Deg
Jungkook mendengarnya?
Nama itu keluar dari mulut anakku sungguh merupakan hal terakhir yang ingin kudengar dalam hidupku.
Aku sama sekali tidak siap untuk menjawabnya.Apa yang harus kukatakan padanya?
Bahwa Min Yoongi adalah cinta pertama dan terakhir ibunya?
Bisakah ia mengerti?
Tentu saja tidak, Jungkook masih 16 tahun, apa yang akan kuharapkan darinya selain tatapan kecewanya padaku."Eomma belum bisa menjawabnya sekarang nak...maaf," ujarku lirih, masih menunduk menatap tangan Jungkook dalam genggamanku.
Jungkook menarik tangannya kemudian mendekat dan memelukku erat.
"Eomma, Jungkook sudah besar, sebentar lagi masuk SMA. Aku tahu eomma menyembunyikan banyak hal karena cemas padaku."
Aku tak percaya ini.
Apa saja yang Jungkook tahu?
Selain belajar piano, apa yang Jungkook lakukan tanpa sepengetahuanku?"Aku akan menunggu sampai eomma menceritakan semua padaku.
Tapi eomma harus tahu, di dunia ini eomma adalah segalanya untukku.
Jadi jangan cemaskan anakmu ini,
Jungkook akan selalu disini untuk eomma," ucapnya sungguh-sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love Never Dies
FanfictionFirst love never dies. Tadinya kupikir itu hanya mitos belaka. Sampai takdir mempertemukanku kembali dengannya. Tetapi, "Lima belas tahun berlalu, apa kau pikir istilah cinta pertama itu masih relevan?" sindir Yoongi dingin. Lelaki itupun berlalu, m...