Prolog

20 4 0
                                    

Aku bukan main takutnya saat masa lalu-ku menjumpai takdirku.

Mungkin jodoh tidak datang tepat waktu, hanya saja jodoh datang di waktu yang tepat tanpa mempertanyakan kesediaan hatiku. Tentunya semua perempuan mendambakan lelaki yang sesuai kriterianya, semua perempuan mendambakan lelaki romantis seperti Dilan, berwajah manis seperti Oppa Korea dan tentunya lelaki yang selalu mendudukkan prinsipnya kepada perintah Allah.

Aku tidak membayangkan sedikitpun untuk menggapai sakinah bersamamu, membangun rumah tangga impian denganmu. Untukmu alumi hati, lelaki yang pernah menjadi pengisi ruang hatiku kemudian meninggalkan kisah yang membekukanku tentang jatuh cinta.

Teruntukmu pengikut Rasulullah. Aku sangat mengerti bahwa menjalankan sunnah-Mu adalah kewajibanku jika aku ingin diakui sebagai hamba-Nya. Pantaskah aku menolak takdir yang telah ditentukan kepadaku, lantas mengapa sesak itu hadir di orang yang sama. Dulu dan sekarang adalah perputaran waktu yang berbeda, namun kisah di waktu itu menyisakkan dimensi yang sama. Aku ingin belajar menerimanya, namun aku tak mampu menggulang untuk jatuh cinta, merespon hatiku untuk berdebar seperti dulu saja rasanya aku tak mampu.

Apa aku harus meninggalkannya sama seperti dia memintaku dulu pergi? Ataukah aku harus menerima dan mencoba berdamai dengan masa lalu. Lantas bagaimana kisah rumah tangga impian jika aku tak mampu menjadikan kisahku seperti matahari yang menyinari bumi, kemudian hilang menyisakan bulan untuk mengantikannya.

Aku menganggap kisah ini hanya bagian kebaikam Allah yang begitu Mahaadil, mengembalikannya yang pernah memintaku untuk pergi. Aku sempat terpuruk dan begit marah kepada takdir yang ditentukan kepadaku, jelas saat itu aku marah kepada-Nya dan begitu kecewa akan dimensi takdirku. Ahh... mungkin itu dosa terbesarku sebagai hamba yang tak tau diri, namun Allah Mahabaik terhadapku. Allah datangkan dia di saat aku mencoba berhenti berharap dan mendoakannya di setiap sujudku disepertiga malamku. Datangnya entah sebagai penawar rindu atau penyembuh luka yang pernah ditorehkannya meninggalkan kesan taruma hati untuk kembali jatuh cinta.

Akankah aku mampu berdamai dan menggapai sakina bersamanya, menjadikan memori tersebut tercatat sebagai dimensi takdir?


Dimensi TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang