Jimin hampir terlambat akibat kopi paginya. Semburan air hitam yang terkontaminasi zat padat berbentuk kristal dengan rasa asin itu membuat kemejanya kotor. Sehingga ia harus mengganti pakaiannya.Kini, dengan kemeja berwarna biru gelap berbahan licin. Ia melangkah dengan percaya diri ke gedung fakultas seni. Tanpa tahu ada kesialan yang akan didapatnya.
BRUK!
"Sialnya gu— Yoongi sialan, lu ngehalangin jalan gue. Minggir sono!" Jimin mengusir lelaki di depannya dengan tidak berperasaan.
Min Yoongi, lelaki yang sedikit lebih tinggi darinya mengerutkan dahi. Oh, ia hanya berusaha bersikap baik.
"Saya gak merasa ngebuat kamu sial. Itu memang nasibmu sendiri sedang sial. Berdoalah pada Tuhan," tanggap Yoongi pada umpatan Jimin.
"Jesus Christ ... gue memang selalu sial kalo ketemu sama lu, Yoon. Bisa gak lu biarin gue gak papasan sama lo?" Jimin tetap kukuh menyalahkan Yoongi.
"Oke, saya gak akan ketemu sama kamu. Saya harap kamu gak hadir di kelas saya. Saya permisi."
Pikiran Jimin sedikit mengabur. Berusaha memahami kata-kata Yoongi barusan. Sedetik itu pula ia melotot dengan panik.
"Mampus, hari ini Yoongi lagi-lagi jadi Asisten Dosen di kelas gue?"
***
Yoongi sedang menyusun beberapa map ke meja depan. Ia tidak menghiraukan tatapan-tatapan yang tertuju padanya. Entah itu kagum, memuja, iri, ataupun yang lainnya.
Ia hanyalah pengajar pengganti, atau biasa disebut Asisten Dosen. Lumayan untuk menambah waktu dan uang saku.
Di saat ia mengabsen Mahasiswa yang hadir, sengaja ia lewatkan satu nama yang membuat moodnya turun. Kalian tahu sendiri siapa.
"Kak, nama saya belum tersebut." Suara itu terdengar lembut, seolah dipaksakan untuk terdengar ramah.
Yoongi menatap ke sumber suara. "Park Jimin, 'kan? Nanti temui saya setelah kelas selesai. Baru saya akan mencatat kehadiranmu di kelas ini."
Sumpah, ingin Jimin menabrakan kepala berlapis surai hitam itu ke tembok. Jimin mendengus, merasa kesal setengah mati.
Benar, Jimin sangat membenci Yoongi sedari dulu. Sikap mendominasi, aura, bahkan suaranya saja terdengar menjengkelkan. Apa-apa harus diiyakan.
Hati-hati loh, Jim. Benci itu bisa berubah jadi cinta, loh. Benci bisa juga singkatan dari benar-benar cinta.
Eh?
***
Hari bebas dengan wifi gratis ditemani teman seperjuangan. Sudah malam, tidur yang nyenyak kalian.
Dimas
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfectionis [YM]
FanficPark Jimin hanya terlalu kesal pada kesempurnaan pria itu. Ia bertekad ingin menjadi sempurna melebihinya, sedangkan pria yang dimaksud sama sekali tidak ada masalah dengannya. "Kalau kamu mendekati saya karena ingin menjatuhkan. Saya bisa membuat k...