Prolog

17 4 0
                                    

Hidup?

Apa itu hidup?

Mengapa aku hidup?

Mengapa aku dilahirkan?

Sebenarnya apa arti dari kehidupan ini?

Lalu, apa gunanya aku hidup di dunia ini?

Pertanyaan itu terus muncul di kepalaku. Keinginanku untuk mati sangat kuat, tetapi tiada gunanya juga kalau aku membunuh diriku sendiri.
Pada akhirnya... yah, aku terus mencari arti dari kehidupanku.

Tapi,

Kapan?

Kapan aku akan menemukannya?

Lama lama aku semakin muak...

Mengapa tiada yang sanggup membunuhku?

Hidupku sudah sangat memuakkan

Siapapun... tolong bunuh aku

Ku ingin teriak seperti itu. Tapi tak bisa. Rasanya seperti tersangkut di pangkal tenggorokan ku.

Ahh... aku harap akan segera ada kepastian

Bahwa aku menemukan apa arti hidupku dan terus hidup,

Atau aku terbunuh dengan pasti.

***

"Ahh.. pagi yang memuakkan"

Ujarku seraya menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

Yah... ini memang memuakkan
Aku tidak bisa menemukan hewan yang enak dagingnya untuk ku buat sarapannn!!!

Dari tadi hanyalah demon beast yang muncul. Rasa dari demon beast itu nggak enak sama sekali, rasanya seperti daging tikus yang sudah busuk.

Kruyuukkkk...

Ughh... perutku sudah nggak bisa diajak kompromi lagi.

Tapi bukankah ini lebih baik? Aku bisa mati dengan cara kelaparan.

Tapiiii, rasa ingin makan ku mengalahkan rasa ingin mati ku.

"Ahhhhh!! Mana kauu hewan sialaannn!!"

Saat kuteriak seperti itu, tiba tiba semak semak yang ada disamping ku bergerak.
Firasatku mengatakan itu adalah santapanku pagi ini.

"Akhirnya kutemukan juga...~~"

Seperti iblis yang sedang kelaparan, aku langsung membuka semak itu dan menerkam sesuatu.

Lembut

Kulihat yang kuterkam itu adalah seekor kelinci.
Air liur ku langsung menetes deras.

Kelinci itu kupenggal kepala nya dengan rapier ku tanpa belas kasihan.

"Maaf yah~ tapi aku sudah sangat kela-"

Santapanku- ah bukan, kelinci itu tiba tiba menghilang dari tanganku.
Langsung dengan panik kucari, ternyata ada seorang pemuda yang membawa kabur kelinci itu.
Ah... aku lengah. Gara gara nafsuku, aku sampai tidak bisa mendeteksi orang lain di sekitar ku.

Dengan cepat, kukejar pemuda itu sambil memegang rapier ku.

"Kembalikan santapankuuuu!!!"

Gubrakkk

Ah, dia tersandung kayu

Hahahahahaha ini kesempatan ku!

Pemuda itu langsung kuinjak dadanya dan kutodongkan rapier ke depan lehernya.

"Kembalikan santapanku..."

Kurasakan badannya bergetar lewat injakanku. Ah mungkin gara gara tatapanku yang terlalu tajam ini.
Yah itu salahnya sendiri dia mencuri sarapan pagi ku.

"A-ah.. maaf nona.. aku hanya terlalu lapar saja.. bagaimana kalau kita berbagi saja? Akan kubayar 200 rum, bagaimana?"

"Haaaa? Kenapa kau gak berburu sendiri saja?! 200 rum itu kurangg!!!"

Sebenarnya 200 rum itu sangat tinggi bagi seekor daging kelinci, tapi aku terlalu kelaparan, mana mungkin aku berbagi makanan ku yang kudapat susah payah di hutan yang penuh dengan demon beast inii?!!

"Bagaimana dengan 500 rum?"

Ughh... itu harga yang gila... padahal ia hanya akan mendapatkan separuh daging kelinci saja.
Arghhh kuterima sajalahh, akhir akhir ini mendapatkan uang itu sangat susahh!
Kalau makanan bisa kucari lagi nanti.

"B-baiklah kalau gitu!! Kita berbagi kelinci ini!! Manaa?!!"

Kusarungkan rapier ku dan agak melepaskan kaki ku.
Dia merogoh kantongnya dan memberikan uang kertas sebanyak 500 rum.

"Humm! Kalau gitu aku yang akan memasaknya"

Dia pun mengangguk setuju dan memberikan kelinci itu.
Kusuruh dia mencari kayu bakar dan aku mengupas kulit kelinci itu.

Yahh.. kubakar daging kelinci yang sudah kuolesi dengan bumbu yang kubawa. Aku selalu membawa bumbu masakan kemana mana. Mana mungkin kan aku memakan daging hewan yang tidak ada rasa spesialnya!

Setelah makan, aku mengambil daging bagianku lalu kumakan dengan lahap.
Ahh.. rasanya enak sekali...
Perutku sudah bisa diam sekarang.
Kulihat dia juga dengan lahapnya menyantap daging kelinci bakar ku tanpa berkomentar apapun.

Akhirnya daging kelinciku habis. Perutku masih kurang puas... nanti aku cari aja makanan di desa dekat sini, mumpung ada uang yang diberikan pemuda itu.

"Hey nona..."

Ah.. dia pun mulai berbicara.

"Hm apa?"

"Namamu siapa?"

Aku pun terdiam sejenak. Yah selama ini aku jarang sekali ditanyai soal nama. Apalagi itu hal yang cukup sensitif bagiku.
Tapi ya sudahlah, sepertinya dia tidak berbahaya.

"Ema. Itu namaku"

"Oh nama yang bagus~"

Dia berdiri dan berjalan pergi.

"Tunggu, namamu sia-"

"Terimakasih atas makanannya"

Ia pun langsung berlari dengan cepat.
Sekilas kulihat wajahnya terlihat dingin sekali dibandingkan saat ia makan tadi.

Ah.. pemuda berambut abu abu yang aneh.
Tapi firasat ku mengatakan, ia mirip denganku.

Scream HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang