"Aku lupa kalau kamu itu keras kepala".
– Elang Wirasena –
DARA menoleh ke sumber suara, begitupula dengan lelaki bermasker tersebut. Elang sudah mendekat ke arah Si Lelaki Misterius, dan langsung menghajarnya habis-habisan. Lelaki misterius itu jatuh tersungkur ke belakang, tetapi tak lama kemudian ia bangkit dan membalas Elang dengan pukulan yang tak kalah kuat.
Mereka berdua seolah sedang beradu kekuatan, dan masih sama-sama berkelit. Elang masih terus berusaha melayangkan tinjuan ke bagian wajah musuh sampai berhasil membuat pelipisnya berdarah. Dara baru tahu kalau kemampuan Elang berkelahi cukup andal. Cara Elang menghindari lawan lumayan mulus layaknya petarung di atas ring. Namun, tiba-tiba Dara merasa cemas sekaligus takut. Ia khawatir kepada Elang. Apa yang harus ia lakukan di situasi seperti ini, bahkan ponselnya mati. Dara tidak bisa berbuat apa pun, apalagi menghubungi polisi.
Dara menyaksikan Elang mendominasi perkelahian tersebut, sampai pada akhirnya Elang mencekik musuhnya. Lelaki itu terlihat kewalahan mendapat serangan dari Elang. Namun sayangnya, kejadian itu tak berlangsung lama saat perut Elang ditendang musuh. Elang terpental dari tempat keduanya berkelahi. Lelaki Misterius itu kembali menghampiri Elang lalu duduk di atas lawannya.
Sementara Dara mulai berpikir keras untuk menghentikan semua ini. Ia tidak ingin musuh mereka memenangkan pertarungan tentu saja. Dara melihat ke sekeliling, dan ia menemukan balok kayu yang tergeletak di tumpukkan ban. Perlahan ia mengambilnya, lalu berjalan mengendap ke arah dua lelaki yang sedang bertarung. Dengan yakin Dara melayangkan pukulan tepat ke bagian bahu Si Lelaki Misterius. Dara pikir musuh mereka akan langsung jatuh, nyatanya lelaki itu masih segar bugar. Apa pukulannya kurang keras atau ia salah bagian?
Lelaki itu turun dari tubuh Elang dan berbalik menghampiri Dara. Dara sigap memperhatikan gerakan lawannya seraya memegang kuat-kuat balok kayu yang masih berada di genggaman tangannya. Ia sudah siap melayangkan pukulan, tetapi lelaki itu berhasil merebut senjata satu-satunya dan membuangnya sembarangan. Sepasang netra Dara melebar saat lelaki itu mendorongnya hingga membentur tembok bengkel. Gerakan tangannya menyusuri leher Dara sampai akhirnya berhenti di bagian wajah.
"Kenapa kamu bisa sejahat itu kepadaku?" Dara berusaha melepaskan cengkeraman lelaki itu, tetapi tidak berhasil. Ia melihat Elang sudah bangkit, dan memberi isyarat kepadanya. Dara menurut seraya mengikuti pergerakan Elang mengambil balok kayu yang tadi sudah dilempar musuh mereka. Dengan gerakan cepat Elang melayangkan ke bagian belakang kepala beberapa kali hingga musuh mereka mengaduh dan berhasil menjauh dari Dara.
Merasa lawannya sudah jatuh tersungkur, Dara menampar wajah lelaki itu cukup kencang hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. Ini bentuk balasan yang harus lelaki itu dapatkan karena sudah menyentuh wajahnya sembarangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suspension Bridge (Only 7 Chapters Left)
Romance[COMPLETED] *UNTUK MENDAPATKAN CERITA YANG UTUH, KAMU BISA MENGUNJUNGI PLATFORM KARYAKARSA DAN KBM 💚 Silakan FOLLOW untuk membaca! ☺ Bagaimana rasanya ketika kamu melewati jembatan gantung? Menegangkan bukan? Ada sebuah fenomena psikologi mengataka...