Part 7: Sekali Menikah

2K 234 10
                                    

"Aku punya keinginan untuk menikah hanya satu kali seumur hidupku."

– Sandara kalinda –

ELANG tersenyum tanpa sadar setelah mendengar pernyataan tak terduga dari Dara, dan hal tersebut tidak luput dari pandangan gadis di hadapannya. Merasa ada yang aneh karena Dara terus saja memandang tepat ke sudut wajahnya, Elang memicingkan mata dan mengerutkan dahi. Lelaki itu mencari-cari kemungkinan penyebab Dara berperilaku seperti itu.

"Kenapa?"

Dara memiringkan kepalanya mencoba mengingat sesuatu lalu ia bertutur, "Kalau diingat-ingat, sepertinya baru kali ini aku melihatmu senyum manis seperti tadi," lugasnya. Dara biasa melihat Elang tersenyum, tetapi bukan senyum manis seperti barusan melainkan senyum sinis.

"Siapa yang senyum?" Elang terlihat bingung sendiri.

"Tentu saja kamu, makanya aku speechless." Penuturan Dara menandakan seolah-olah senyum Elang adalah sesuatu hal yang sangat langka dijumpai. "Apa ini karena aku menerima perjodohan kita, makanya kamu senyum-senyum bahagia begitu. Ayo, mengaku saja!" Dara mendorong telunjuknya mengarah tepat ke hidung lelaki itu.

"Jangan kebanyakan berasumsi!" sinis Elang sembari menyingkirkan telunjuk Dara dengan sekali kibas dan kembali memasang tampang kaku. Elang bangkit dari tempat duduknya, sebelum itu ia kembali memperhatikan Dara.

Dara mendecak sebal mendengar jawaban Elang lalu menyahut, "Elang, seharusnya kamu itu harus lebih sering tersenyum supaya terlihat bersahabat. Jadi, orang-orang juga tidak merasa segan kepadamu," saran Dara bijak.

"Aku tidak mau repot-repot mendengarkan komentar orang lain tentang sikapku." Elang memberi penuturan dengan penuh keyakinan.

"Mau kuberi tahu sesuatu?" Elang masih bergeming lalu Dara melanjutkan kalimatnya, "Tersenyum itu bisa memberikan manfaat lebih untuk orang-orang di sekitar kita, ya, semacam memberikan energi positif. Aku yakin, senyum bisa mengubah suasana hati menjadi lebih baik, karena itu tidak ada salahnya untuk selalu tersenyum, Elang!"

"Kamu masih ada syuting di tempat yang kemarin?" Elang tidak menghiraukan ucapan Dara dan lebih memilih membahas topik lain.

"Iya," sahut Dara seraya memperhatikan Elang yang sedang melepas jas yang dikenakannya.

"Aku akan mengantarmu," putusnya tanpa menunggu jawaban Dara. "Dan pakai ini!" Elang melempar jas miliknya asal, lalu dengan gerakan refleks Dara menangkapnya. Kalau saja tangkapannya tidak berhasil, jas berwarna hitam itu sudah mengenai wajah mulusnya.

"Kenapa aku harus memakai jasmu? Lagi pula ini summer, Elang. Aku bisa kepanasan," keluhnya mulai terlihat kesal.

"Pakai saja! Setidaknya sampai kita masuk ke dalam mobil, supaya orang-orang yang melihatmu juga tidak kepanasan," tegas Elang. Dara menangkap nada bicara Elang bukan sebuah perhatian, melainkan lebih ke mengintimidasinya.

Meski kesal, Dara tetap mematuhi perintah Elang. Ia hanya tidak ingin memperpanjang perdebatan dengan lelaki itu. Percuma saja, ujung-ujungnya dirinya yang akan kalah telak.

Elang mengantar Dara tanpa supir, sengaja melakukan hal itu karena nanti ia harus kembali lagi ke kantor lagi. Diam-diam Elang teringat ucapan Dara saat di kafetaria. Kenapa tanpa sadar ia bisa tersenyum, ditambah setelah Dara memutuskan menerima perjodohan mereka.

Mungkinkah karena itulah alasannya? Elang menggeleng cepat, menepis pikiran impulsifnya. Sepertinya bukan karena hal itu.

"Kamu yakin dengan keputusanmu?" Lamunan Dara buyar saat Elang tiba-tiba melemparkan pertanyaan di sela-sela menyetir.

Suspension Bridge (Only 7 Chapters Left)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang