Via seperti menata hatinya. Dia benar-benar terkejut dengan apa yang dilihatnya. Tidak.... bukan hanya dengan apa yang dilihatnya.... Tapi ketika mengetahui bahwa Rafael yang selama ini bergaya culun, ternyata seorang artis terkenal !!! Wow Amazing.
Memorinya langsung flash back. Mengingat bagaimana Rafael selalu ada kegiatan Setiap weekend, dan di saat yang bersamaan, band Sky High selalu manggung atau melakukan rutinitas yang biasa diliput wartawan di setiap akhir pekan.
Lalu kenapa mereka bisa bertemu di mall, padahal Rafael tidak suka berjalan-jalan di mall, dan bersamaan dengan itu, ternyata di mall tersebut sedang di adakan acara Fansign bersama band Sky High. Semua ketidak sengajaan itu. Dan kini Via sudah tahu jawabannya. Via pun tersenyum.
Via lalu melirik ke arah Clara. Jangan tanya wajahnya seperti apa. Bagaikan orang yang menahan sembelit selama sebulan. Wkwkwk.
"Vallen ... cubit aku! Sepertinya aku bermimpi," kata Ruri yang memang nge fans dengan band Sky High. Via tertawa kecil mendengarnya. Tapi dalam hati ia bertanya-tanya. Kenapa selama ini ia tidak tahu? Kalau ternyata, sahabatnya itu seorang artis, yang menyembunyikan identitasnya.
Via menatap Rafael yang kini mulai berjalan ke arahnya, diikuti tatapan seluruh murid satu kelas. Entah kenapa suasana kelas yang biasanya ramai, mendadak hening kala itu. Rafael yang memakai seragam sekolah seperti biasanya, terlihat begitu keren dengan tampilan wajah ala boy band KPOP. Rambutnya bergaya spike dengan shide merah tipis pada rambutnya. Sungguh tampak mempesona.
"Apa kamu terkejut?" tanya Rafael dengan senyumnya yang menawan. "Yaa ... tapi, bagaimana bisa? Ah... Tidak ... Maksudku, kenapa kamu ... dan Sky High ...." Via tiba-tiba menghentikan ucapannya. Dia begitu gugup, dan sulit berkata-kata.
Rafael pun tersenyum. Merasa tempatnya kurang privasi, Rafael lalu menggandeng tangan Via dan membawanya pergi. Melihat itu, Levi seolah tidak menyukainya. Ia menatap tajam ke arah Rafael.
Rafael mengajak Via melewati koridor yang sudah penuh oleh murid-murid mereka berhasil melaluinya berkat beberapa Body Guard yang memang sengaja ia bawa. Sepertinya Rafael sudah memprediksi bahwa hal ini akan terjadi. Rafael membawa Via ke taman belakang sekolah. Setelah sebelumnya tempat itu di jaga oleh body guard Rafael. Yaa... taman belakang sekolah, tempat mereka biasa bertemu.
"Maaf aku menyembunyikan identitasku selama ini. Bukan aku bermaksud membohongimu, aku hanya ingin melewati masa sekolah dengan tenang," kata Rafael.
"Lalu, apa tidak apa-apa, kamu membongkar identitasmu sekarang?"
"Bukankah aku sudah mengatakannya? Bahwa aku akan membantumu, dalam Pagelaran tersebut. Jadi, tidak masalah," kata Rafael masih dengan senyumnya. "Terima kasih," kata Via yang cukup terharu dengan apa yang dilakukan Rafael.
"Hemm ... Jadi, apa benar kamu nge fans padaku? Bukankah kamu pernah mengatakannya dulu?" goda Rafael.
"Ap -- apa maksudmu? Aku --- aku tidak seperti itu!" sahut Via gugup. "Yakin?" tanya Rafael lagi.
"Ish.... berhentilah bersikap seperti itu. Yang harus kita pikirkan, bagaimana dengan acara nanti. Hanya tinggal beberapa menit, pagelaran itu akan dimulai," ucap Via kemudian.
"Itu mudah, aku sudah menguasai materinya." "Benarkah? Kapan kamu latihannya?" tanya Via bingung.
Saat kamu berlatih dengan si berengsek Rio. Diam-diam aku selalu memperhatikanmu. batin Rafael
Sayangnya itu hanya ia ucapkan di dalam hatinya. Karena nyatanya, Rafael terlalu malu untuk mengungkapkannya. "Hey ... aku ini sangat pintar ... Hanya dengan melihat, aku sudah mengerti dengan mudah," kata Rafael agak narsis.
Via langsung menatap heran padanya. Tapi, memang benar sih... Dulu jika ada pelajaran sulit, pasti Rafael lah yang membantunya belajar.
"Ayo ... kita segera ke aula!" Ajak Rafael. Ia pun mengulurkan tangannya. Via buru-buru mengangguk dan menyambut uluran tangan itu. Mereka pun pergi sambil bergandengan tangan.
Dan benar saja, Rafael membuktikan ucapannya. Dia sangat lancar dalam menjawab beberapa pertanyaan seputar ilmu pengetahuan dasar, yang di tanyakan oleh beberapa dewan guru, juga Juri tamu undangan yang hadir.
Meski awalnya semua guru kaget mengetahui Rafael ternyata artis. Tapi acara tetap berlangsung.
Rafael bahkan dengan mudah menjabarkan pengetahuannya dengan bahasa Inggris. Via benar-benar kagum melihatnya. Alhasil, Rafael juga Via berhasil memasuki babak selanjutnya. Tapi tak hanya mereka, Levi dan Clara juga berhasil melaluinya.
Karena babak selanjutnya di sponsori oleh salah satu Boutique ternama, maka pertandingan berikutnya adalah Fashion Show dengan beberapa pakaian rancangan terbaru. Ini pun bukan masalah yang sulit bagi Rafael, mengingat dia sering tampil di depan publik, begitu juga dengan Levi dan Clara. Sementara Via ???
"Kamu pasti bisa, Vallen ...." kata Rafael saat mereka berada di belakang panggung.
Sementara Via terlihat tidak tenang. Ia pun memainkan jarinya sebagai tanda kegugupannya. Dan Rafael seolah terpaku melihatnya.
"Apa ... kamu sering melakukannya?" tanya Rafael.
"Ya?? Apa maksudmu?"
"Tangan itu ... apa kamu selalu seperti ini?"
"Oh... tidak, ini karena aku agak gugup. apa terlihat aneh?" Namun Rafael tidak menjawab. Karena apa yang dilakukan Via yang sekarang sama persis dengan Via yang dulu.
Jika Via yang dulu merasa gugup, pasti dia memainkan jari jemarinya. Melihat banyak kemiripan pada keduanya, membuat Rafael kembali menaruh curiga pada Via yang sekarang. (Ya iyalah... mereka kan orang yang sama. Hehehe)
"Ada apa, Rafael?" tanya Via lagi.
"Tidak ... tidak ada apa-apa," jawab Rafael yang kian melemah.
************
Sebenarnya siapa dirimu ? Selalu mengecohku...
Semua tentangmu, mengingatkan diriku tentangnya
Tak tahukah kamu, bahwa ini menyiksaku ?
Sampai kapan aku seperti ini
Kemiripan kalian, membuatku tak bisa berpaling atau mengacuhkan mu begitu saja
Dan debaran yang aku rasakan padanya, juga kurasakan padamu
Mengapa begini? Mengapa seperti ini?
************
Rafael lalu memegang pundak Via. Ditatapnya Via lembut. "Vallen ... karena kita diperbolehkan tampil bersama, jika kamu gugup ... lihat saja diriku. Kamu tidak perlu menatap ke sekeliling. Cukup aku. Dan biar aku yang menuntunmu melangkah. Kamu mengerti?" kata Rafael lembut.
"Bisakah aku melakukannya? Aku tidak ingin mengacaukan, apalagi membuatmu malu."
"Aku yakin kita bisa, kalaupun gagal... setidaknya kita sudah mencoba yang terbaik yang kita bisa."
Via pun mengangguk cepat. Sebuah senyum terlihat di wajahnya.
"Terima kasih, Rafael ...." Via mengintip Clara dan Levi yang mendapat urutan pertama berjalan di catwalk. Benar-benar terlihat sempurna. Mereka berjalan selayaknya model profesional. Clara tampak cantik dan Levi terlihat gagah. Para juri pun tampak terkagum-kagum melihat keduanya.
Setelah selesai, berganti kontestan lain yang maju. Karena urutan Via paling belakang. jadi dia masih menunggu giliran. Tak lama kemudian, Clara menghampiri Via yang saat itu sedang sendiri.
"Kenapa Vallen? Apa kamu sekarang sedang gugup? Wajahmu terlihat begitu tegang," kata Clara sinis.
"Sayangnya tidak. Aku bahkan tidak sabar menunggu untuk bisa tampil. Aku ingin secepatnya mengalahkan dirimu," kata Via dengan senyum mengejek.
"Kamu!!!" Tiba-tiba Clara menghentikan ucapannya. Ia seperti berusaha menahan amarahnya.
"Lihat saja Vallen... Aku pasti akan kembali menjuarai pemilihan ini! Karena aku cantik, dan aku juga ketua dari Genk Beauty. Tak ada yang mampu menolak pesonaku."
Mendengar itu, membuat memori Via kembali flash back. Saat-saat dimana ia selalu di hina dan di bully Genk Beauty. Yaa ... sekali lagi hanya karena tubuhnya yang gemuk. Via lalu tertawa sinis. Hingga membuat Clara langsung menatap tajam padanya
"Dengarkan aku! Bagiku, kamu tak lebih dari seorang pembunuh! Kamu yang telah membunuh Via! Tidak akan kubiarkan hidupmu tenang! Cam kan itu!!" Kata Via yang langsung pergi. Harus cepat. Karena jika tidak, air mata yang ia tahan sedari tadi akan keluar. Dan tentu ia tidak mau sampai Clara melihatnya.
Via sangat kesal, sampai-sampai ia terus mengepal tangannya. Ia kesal dengan sikap Clara yang sepertinya tidak menyesali dengan apa yang pernah ia lakukan padanya. Dan ketika ia sudah berada di tempat sepi, Via mulai menitikkan air matanya.
"Air mata yang menyebalkan. Tak tahukah kamu, sebentar lagi aku akan tampil. Tak bisakah kamu berhenti mengalir. Menyebalkan!!" Kata Via yang bicara sendiri.
Hingga tiba-tiba seseorang datang, dan meregangkan jari jemari Via yang menegang. Ternyata itu Rafael. Ia lalu memberikan minuman yang baru dibelinya. Diletakkannya minuman itu di tangan Via.
Rafael tidak banyak bicara. Ia seperti merasakan kepedihan apa yang Via rasakan saat ini. Rafael lalu memeluknya erat. Dan itu cukup membuat Via tenang.
"Ayo kita kalahkan mereka," bisik Rafael.
Satu kata yang tak biasanya Rafael ucapkan. Dan tentu membuat hati Via terasa menggebu-gebu. Ia mulai bersemangat untuk acara fashion Show itu.
"Baik ... Ayo kita kalahkan mereka!" jawab Via Kini tibalah giliran Via juga Rafael yang tampil. Dan entah kenapa Via tidak terlihat canggung saat itu. Ia berjalan layaknya model profesional. Dan ketika berada di depan juri, Via mengibaskan gaunnya agar keindahan gaun itu terlihat semua orang. Begitu juga dengan Rafael yang memang sudah dianugerahi wajah ganteng dan berkharisma, jadi memakai pakaian apapun terlihat sempurna padanya.
Semua orang tampak terpesona dengan penampilan Via juga Rafael.
Babak kedua akhirnya ditutup dengan dua finalis yang terpilih. Yakni Via dan Rafael, lalu Clara dan Levi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Revenge
RomantikCerita mengenai seorang gadis bertubuh sangat -- sangat gemuk, yang kemudian memutuskan bunuh diri karena menerima banyak bullying di sekolahnya. Tapi takdir tidak membuatnya mati. Ia malah bertemu dokter bedah plastik yang kini membuatnya menjadi g...