01-| Awal Pertemuan

35 1 0
                                        

Pagi yang tak begitu ramai, langkah sepatu terdengar jelas kala seorang memasuki lorong suatu ruangan. Dengan memakai setelan jas yang begitu rapi, ia tampak menawan dengan langkah tegapnya. Langkahnya terhenti ketika mendapati pintu lift di depannya masih tertutup. Selagi menunggu terbuka, sebuah panggilan masuk di ponselnya.

"Hallo?"

Pintu lift terbuka, ia melangkah masuk dengan ponsel yang masih melekat ditelinga. Seorang pria dengan jam sibuk yang membebani terkadang sangat jarang membuatnya meluangkan waktu dan pergi seperti ini.

"Kau selesaikan urus laporanmu itu dan secepatnya kirim padaku."

Panggilan dihentikan, ia melirik jam tangan dan keluar dengan cepat begitu pintu lift terbuka. Menuju tempat seseorang yang ia ingin temui. Setelah menemukan, pria itu membuka knop pintu ruangan dengan pelan, mendorongnya hingga berhasil masuk dengan napas sedikit terengah.

Hal pertama yang ia lihat, seorang pria tua membungkuk ke arahnya dan selanjutnya suara mesin pendeteksi jantung memenuhi ruangan VIP yang mendominasi warna putih.

"Bagaimana ke adannya?" tanya pria itu cemas memandang seseorang yang terbaring lemah di atas brankar dengan di penuhi berbagai alat pembantu pernafasan.

"Maaf kan saya tuan, sepertinya itu hanya pergerakan biasa, tak ada perubahan padanya."

Pria itu menghembuskan nafasnya. Sama seperti hari biasanya tak ada perubahan. Hanya keajaiban yang seolah menjadi satu-satunya jalan yang bisa membantu.

"Anda harus bersabar tuan, dokter akan berusaha yang terbaik dalam penyembuhannya" Pak Kim menunduk cemas diikuti dengan desahan pelan.

"Aku khawatir, bagaimana jika ibu mengetahui ini semua. Ah, anak itu selalu saja membuat masalah," sahut seseorang di sebelahnya dengan frustrasi. Pria itu juga menatap objek yang sama, adiknya sama sekali tak bereaksi apa pun. Hwang Jimyunk, kakak yang harus meluangkan waktu kerjanya hanya untuk menjenguk adiknya itu merasa kasihan atas kejadian yang menimpanya.

Ruangan kini kembali hening, hingga dering panggilan yang berasal dari ponsel Jimyunk berbunyi.

Pria itu segera mengangkatnya. "Ah Pak Kim, tolong kau jaga dia," ucap Jimyunk, sebelum beranjak menuju pintu keluar.

"Baik, tuan tenang saja," sahut pria tua itu dengan sedikit membungkuk. Ia kemudian berjalan mendekat brankar dan berdiri di samping pria yang yang tengah terbaring lemah tersebut.

Sepeninggalan Jimyunk, ruangan bertambah sepi, hanya ada Pak kim dan para bodyguard yang berjaga-jaga di depan pintu.

"Untung saja, aku sempat menyelamatkan anda waktu itu."

Pak Kim memejamkan mata sejenak mengingat kembali kejadian anarkis itu. Benar saja sejak kejadian naas itu, ia dengan gerak cepat turun tangan untuk mencari keberadaan tuannya yang tak kunjung pulang, dengan bantuan para bodyguard, mereka semua menelusuri jalanan kota. Hingga terhenti pada suatu tempat, di mana kecelakaan terjadi.

Pak Kim mengembuskan satu nafas panjang, jika harus mengingat kejadian anarkis itu kembali. Untung semuanya telah berakhir.

Dia kembali mengamati wajah pria itu, Hwang Hyunk So. Pria yang ia anggap seperti anaknya sendiri. Sebuah senyum terukir dari wajah Pak Kim jika harus mengingat kelakuan Hyunk So waktu kecil yang sering menangis tanpa sebab. Pak Kim menggeleng pelan. Ah, anak itu terkadang sangat menyusahkannya. Hingga sebuah pergerakan kecil yang berasal dari tangan Hyunk so, memberi keterkejutan padanya.

"Tuan, tuan Hwang anda kenapa tuan." Tanpa banyak bicara lagi, pria itu kemudian menekan tombol darurat yang berada di samping brankar.

Bunyi alarm pun terdengar, tak lama setelahnya seorang dokter dan dua perawat datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memory In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang