Kesadarannya ya, tekan bintangnya 🌟
🎬🎬🎬🎬
Bibirnya kembali mengucapkan sesuatu yang membuatku bergidik miris. "Aku sudah tahu ... dia akan kembali, Enby Venent. Mulutmu berisik sekali tahu tak. Bagaimana kalau kakak bungkam saja, huh ...," kak Enrey menjedanya.
Kepalanya mendekat ke telingaku. Ia berbisik dengan suara serak yang mengalun membuai, "Dengan bibir kakak?"
Mendengar itu, seketika nyaliku ciut. Jantungku berdetak tak karuan.
"Hm? Sudah diam ternyata," ujarnya. "Jadi, masih mau dibungkam atau ..."
Aku menggeleng. "Tak perlu. Ka-kakak tak perlu melakukannya."
Kak Enrey mengangkat salah satu alisnya. Ish! Aku mendorong kasar dadanya. Tetapi susah sekali. Argh! "Kak, aku mau tidur. Bisa lepas?"
Dia menatapku dalam diam. Kenapa dia menatapku begitu? Aku mulai risih dengan keadaan ini. Tubuhku akhirnya kulorotkan, dan akupun bisa lolos dari sana.
"Ve," panggil kak Enrey. Tanganku ditangkap olehnya.
Aku menoleh ke arahnya. "Hm?"
"Kau punya cara buat menghilangkan perasaan sama seseorang?"
"Eh?" Aku mengernyit bingung dengan pertanyaan kak Enrey.
"Cukup jawab, Ve."
"Em, tak ada cara. Biarkan saja perasaan itu tumbuh, mungkin seseorang yang kakak maksud juga punya perasaan sama kakak," jawabku ceplos. Entahlah jawabanku benar atau tak, aku pengin tangan kak Enrey cepat-cepat melepasku.
"Oh, kalau kakak bilang suka kamu apa kamu percaya?"
Deg.
What? Kak Enrey bilang apa?
"Ah, tak percaya ya ... tetapi pertimbangkan lagi setelah ini," ujarnya. Tanpa bisa kuhindari, secepat itu terjadi, kak Enrey mengecup keningku.
Aku masih terpaku. Apa yang baru saja terjadi? Masih di depanku, kak Enrey tersenyum manis tak seperti biasanya.
Aku menyukai senyuman itu, sungguh. Senyuman yang selalu kurindukan. Senyuman dua tahun lalu yang dulu selalu kudapatkan. Dan sekarang aku mendapatkannya lagi.
"Good night, My Eve." Suaranya terdengar merdu dan lembut di telingaku. Sebelum melenggang pergi, dia mengelus pipiku.
Bingung, otakku tiba-tiba tak bisa berpikir. Ekor mataku setia mengikuti punggungnya. Selama beberapa detik, jantungku masih berdetak kencang. Aish! Aku menggeleng.
Dia itu sudah punya pacar. Tetapi tadi dia bilang suka? Dasar playboy, mesum, aneh.
Saat aku hendak masuk kamar, kak Enrey melongokkan kepalanya. "Ve, jangan dekat-dekat dengan Eran."
"Kenapa begitu?" tanyaku.
"Turuti saja apa kataku, Enby Venent. Dan jangan sekali-kali meliriknya. Camkan itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I?
RomanceRomance Drama [ ON GOING ] ⚠️ Warning!! Kata-kata kasar, perkelahian, dan beberapa skinship ⚠️ Ini kisahku, K. Enby Venent, gadis berumur 18 tahun yang menginjak semester satu alias baru diterima masuk di Unniv Estern-SM, Amsterdam, Belanda. K. Dare...