Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lembaran itu langsung dilalap api. Tumpukan benda kehilangan identitasnya di antara panas yang hebat. Aku tidak bisa mencium jamur yang busuk atau merasakan kelembapan yang sombong atau melihat cahaya gelap. Satu-satunya yang tersisa adalah rasa sakit - rasa sakit dari nyala api, rasa sakit jari-jariku yang terik. Hanya di antara api yang ekspresi emosi ayahku dan suara musik mengalah.
aku sangat berbeda dari ayahku. Dia tidak mengerti ku dan aku tidak mengerti dia. Bisakah aku berubah pikiran jikaku mencoba? Mungkin tidak. Yang bisa ku lakukan untuknya adalah berlari dan bersembunyi dan menentang. Terkadang terpikir oleh ku bahwa bukan ayah ku yang melarikan diri. Tetapi jika itu bukan dia, apa itu? Ketakutan menetap sejenak. Dari mana aku berlari? Apa tujuan aku harus pergi untuk menjadi bebas? Semuanya terasa mustahil.
Rasanya seperti aku bisa mendengar seseorang menelepon, tetapi aku tidak melihat jauh dari nyala api menari. aku tidak bisa bernapas. Aku tidak tahu apakah itu asap atau rasa sakit. Aku tidak punya kekuatan untuk bergerak lagi. Meskipun demikian, aku tahu itu adalah suara Jungkook yang memanggil. Dia pasti kesal dan marah. Mungkin dia merasa buruk untukku. Aku hanya ingin menghilang. Aku ingin asap dan panas, segalanya, berakhir. Jungkook meneriakkan sesuatu lagi, tetapi aku tidak dapat mendengarnya. Pandangan ku jatuh. Ketika aku melihat lagi, aku melihat pemandangan sebuah ruangan kotor di dunia yang kotor. Selama apa yang ku pikir akan menjadi momen terakhir ku, aku melihat api merah, asap tak berujung, dan wajah Jungkook yang panik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
