20 JULI TAHUN 22
Aku mengangkat kepala ku dari melihat iklan majalah. Wajah yang berbeda telah menduduki kursi jendela perpustakaan di depanku selama beberapa hari terakhir. Buku yang berat, tas besar, dan cangkir kertas itu sama, tetapi bukan dia. Aku melihat kembali ke majalah. Aku membaca halaman yang sama berulang-ulang selama satu jam. Mataku sama sekali tidak memproses kata-kata itu. Kenapa aku masih di sini? Aku tidak bisa mengarang jawaban. Di antara orang-orang yang asyik dengan dunianya sendiri, aku dengan ceroboh membaca halaman majalah yang sama. Aku merasa tidak sabar, seolah-olah sesuatu harus dimulai, tetapi aku tahu tidak akan terjadi apa-apa.
Aku membawa majalah itu kembali dan berjalan di antara rak buku. Mereka lebih tinggi daripada aku, diisi sampai penuh dengan buku. Angin sepoi-sepoi yang terbuka membawa aroma perpustakaan di udara. Aku mengenang tahun-tahun sekolah menengah ku. Buku-buku yang aku baca di perusahaan teman-teman ku di ruang penyimpanan itu memiliki aroma yang sama. Apakah sekarang aku tumbuh dari diriku yang dulu? Aku tidak bisa membuat diriku menjadi positif. Bisa jadi karena semuanya tampak membeku saat itu. Aku pindah ke rak buku yang berbeda dan memilih buku lama yang aku pelajari dari sekolah menengah. Aku harus memulai dari awal. Aku harus menyerahkan semuanya satu per satu.