SUARA

54 4 2
                                    

Malam itu, aku pulang seperti biasa. Tepat jam 11 malam. Aku berkerja dari jam 5 sore sampai jam 10 malam, untuk membiayai kebutuhan anak - anakku.

Belum sempat aku menginjak teras rumahku. Sebuah suara mengagetkanku

Srek... Srek...

Aku menoleh, mempertajam indra pendengaranku. Suara itu kecil, iramanya tidak menentu. lalu perlahan suara itu hilang.

Kletak... Kletak...

Suara itu terdengar lagi, tapi kali ini suaranya berbeda

Aku ikuti sumber suara itu, yang berasal dari sebelah kiriku. Aku menebak itu suara anak anjingku yang lepas. Tapi entah kenapa aku merasa takut.

Perlahan  - lahan kakiku bergerak, dengan pacuan jantung yang ikut berdetak pelan namun keras berirama.

Sebuah tangan dari arah belakang menyentuh pundakku. Mataku membesar, pori - poriku melebar, bulu kuduk berdiri. Aku menelan ludah, kuputar perlahan ke arah tangan itu, sebuah tangan penuh noda menyentuhku.

" AAAaaaaa...,. "aku berteriak sekencang - kencangnya. Secara reflek tanganku menutupi wajahku. Aku gemetar

" Tenang rina!, tenang..., ini Damar, lihat aku," kata seorang pria yang sangat kukenali suaranya.

Dia menyentuh tanganku dengan lembut. Dia membuka perlahan tangan yang menutupi wajahku.

" Lihat ini aku Damar, suamimu," dia berkata kembali.

Kupandangi wajahnya cukup lama. Setelah yakin itu damar, aku memeluknya.

" Sudahlah tenang," dia mengelus - ngelus kepalaku dengan lembut.

***
Damar meletakan secangkir teh hangat di hadapanku. aku mengambilnya. ku genggam cangkir itu dengan kedua tanganku membiarkan kehangatannya mengalir. Aku mudah sekali kedinginan.

" Maafkan aku sudah mengagetkanmu sayang," dia berjongkok di hadapanku, kemudian dia menyentuh lembut pergelangan tanganku.

" Tidak apa, kenapa tanganmu kotor," ku tanya dia sambil menyuruput tehku.

" Oh ini, ini karna tadi aku habis berkebun tadi," ucap damar.

Aku mengaguk. Kulihat sekelilingku. Baru aku sadar. Tidak ku lihat kedua putri manisku, aku berdiri panik, berjalan kesana kemari. Damar hanya diam. Mataku terpaku menatap jam, jam menunjukan jam 11: 30 malam. Ya ampun, bodohnya aku, sekarang mereka pasti tidur.

" Rina sebaiknya kamu mandi," ucap damar.

Aku mengangguk.

" Aku akan menyiapkan makananmu," dia berdiri, menuju ke arah dapur.

Aku juga berdiri, berjalan ke arah kamar mandi. Ku lihat kamar putriku, yang berada tepat di depan kamar mandi. Aku berjalan masuk ke dalam kamar anakku. Kamar itu gelap tapi aku  masih bisa melihat kedua putri kembarku tertidur bersebelahan. Kedua putriku berumur 8 tahun.
Aku elus lembut rambut salah satu putriku. Dia bergerak pelan karna sentuhanku.

" tidur yang nyenyak sayang," kataku  dengan penuh kasih sayang.

Aku berjalan kembali kamar mandi, ku sentuh kenop pintu, hendak memutarnya. Gerakan ku berhenti. Mataku membesar.

Tap... Tap... Tap...

Ku lihat tangga di sebelah kananku, mataku melirik ke arah tangga.

TAP...  TAP... TAP...

Suara langkah kaki keras dari lantai dua. Siapa disana?, batinku. Damar sedang memasak di dapur, anak - anak sedang tidur. Tidak ada orang di rumah ini, hanya ada kami.

RUANG LAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang