2 (Gardu Istrik)

157 1 1
                                    

'SELAMAT PAGI! Kota Jakarta, Pukul menunjukkan 07.30 ' sebuah papan billboard memuat tulisan tersebut dalam tulisan yang silih berganti. Waktu baru menunjukkan pukul 07.30 saat ini ,namun Jakarta seperti selalu bangun lebih pagi membuat riuh suasana pagi. Klakson mobil mobil, suara pruit, suara bus sekolah, hinga suara ambulance mewarnai suasana pagi setiap hari. Rasanya kota ini memang seallu bangun lebih pagi atau mungkin memang tidak pernah tidur, hilir mudik kendaraan dan suara suara bising setiap waktu semakin memberi tahu bahwa Jakarta adalah kota yang sibuk.

Suara radio yang sedari tadi kunyalakan melaporkan bahwa hampir disemua sudut jalan ibu kota ini mengalami kemacetan, aku tak mengerti kenapa semua radio pagi hari selalu menggunakan kalimat 'hari ini'ketika melaporkan kejadian kemacetan yang terjadi setiap hari.

' jalan industri menuju kemayoran merupakan titik terparah kemacetan pada pagi hari ini'. Aku menarik nafas panjang setelah mendengar bahwa tempat kantorku berada pada titik kemacetan terparah. Kulirik arloji yang melingkar di tanggan kiri memuat angka angka dengan jarum yang terus memutar, berhitung tiap detiknya.

Setelah penat mendengar semua tentang titik kemacetan di Jakarta, ku putuskan untuk mencari saluran radio lain, selain kemacetan.

Seberapa pantaskah kau untuk ku tunggu,
Cukup indahkah dirimu untuk s'lalu kunantikan
Mampukah kau hadir dalam setiap mimpi burukku
Mampukah kita bertahan di saat kita jauh..

Seberapa hebatkah kau untuk kubanggakan,
Cukup tangguhkah dirimu untuk s'lalu kuandalkan ohhh...
Mampukah kau bertahan dengan hidupku yang malang, ohh..
Sanggupkah kau meyakinkan disaat aku bimbang..

Suara gitar Erros melengking membuatku terhenti memutar tombol, terdiam sesaat mendengar bait demi bait yang yang dibawakan oleh suara khas vokalis Sheila On 7. Lagu itu mengudara dalam ruang mobil yang kukendarai, kembali memutar kejadian 4 tahun lalu yang membawaku harus meninggalkan kota kelahiran dan semua yang berada disana, demi menghapus rasa bersalah pada sebuah hati yang bahkan tak pantas untuk disakiti.

Lagu itu terus mengalun hinga bait terakhir, membawa kembali ingatan mentari senja di atas gedung tertinggi kampus kami, yang berbalut gelak tawa menambah hangat suasana senja yang merekah di kaki langit. 

^^

Setelah 2 jam lebih berada dalam kemacetan akhirnya aku berhasil sampai di kantor. Selepas memarkirkan mobil di tempat biasa, ku mulai melangkah masuk kedalam kantor, menyapa beberapa orang lalu berlalu menuju dalam ruang kerjaku dan memulai hari yang sempat tertahan sedari tadi.

Pekerjaan ku sebagai salah satu Supervisor di sebuah prusahaan Listrik milik negara mengharuskan ku bekerja dengan begitu banyak kejutan setiap harinya. Beberapa kejadian yang bahkan tak pernah terbayangkan akan terjadi, malah menjadi hal yang paling sering terjadi. Bukan menjadi hal baru untuk menghadapi hal semacam ini. Sejak masih duduk di bangku SMA pun aku sudah mulai terbiasa dengan segala hal yang tiba tiba terjadi, namun setelah hidup jauh dari keluarga besar dan Mama, hal hal tersebut sering meimbulkan jenuh.

Kringgggggg Kringggggggg

Telfon berdenging memecah keheningan, pukul 11.23 

'selamat siang pak, saya dapat kabar dari cabang di JL.M.I Ridwan Rais salah satu gardu disana meletus pak' 

' tolong kirimkan alamat lengkapnya saya akan segera mengutus tim untuk mengecek kesana' 

'baik pak'.

Telfon terputus. 

Dengan cekatan menekan tombol angka membuat sambungan telfon menghubungi salah satu kepala tim yang biasa membantuku  mengurusi tentang hal seperti ini. 

'segera siapkan tim lalu berangkat ke alamat yang telah saya kirimkan tolong laporkan secepatnya kepada saya tentang keadaan disana' 

seseorang diseberang sana terdengar menarik nafas panjang setelah saya mengatakan mengabarkan kerjadian tersebut. '

baik pak kami akan segera berangkat'

Telfon kembali terputus meninggalkan nada yang menggantung. Aku menghela nafas panjang, lalu terdiam memberi ruang agar oksigen kembali mengisi ruang pada otakku.

Tak lama setelah itu, telfon kembali berdering.

' keadaan disini kacau pak gardu yang meledak adalah gardu utana membuat beberapa aliran listrik lain terpaksa di padamkan agar tidak memicu ledakan lain'. 

'baiklah saya akan menyusul kesana' 

Kabar bahwa tim yang ku utus tidak mampu mengatasi keadaan disana membuatku harus ikut turun menyelesaikan permasalahan ini. Kusambar kunci mobil yang tergeletak bebas di atas meja, bergegas menuju mobil dan memuju tempat kejadian.

15 menit berkendara akhirnya tiba dan langsung mengarahkan pada tim apa yang akan kami lakukan.

Masalah teratasi, setelah hampir 6 jam lebih berjerih payah mengupayakan agar menemukan solusi agar gardu utama pada sektor tersebut dapat di alihkan pada gardu lain dan memutus rantai kemungkinan terjadi kebakaran gardu yang lain.

Jingga mulai terlihat memunculkan diri, saat aku beserta tim ku mulai mengemasi peralatan kami. Bersiap kembali ke kantor, beristirahat melepas semua lelah. Meninggalkan sejenak persoalan yang mungkin masih dapat terjadi. Seperti kata pepatah lama 'Karena hidup adalah sebuah kejutan' akan selalu ada hal baru yang akan terjadi. Seperti Pesan singkat berikutnya yang membawa ku pada awal mula cerita ini. 

~~


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang