Saat hati dan pikiran tidak mampu bersandiwara,
masih memunculkan frekuensi seirama sehingga mampu beresonansi ke tujuan yg sama.
Aku terjebak suatu kondisi, dimana memandanya dari jauh lebih mengasyikan,
dimana berbicara dalam hati lebih menggembirakan.
Aku sering meneriakkan padanya, aku rindu, aku cinta, tapi dia tak mendengar, bahkan tak peduli.
Wajar saja, aku memanggilnya dalam diam, aku sekedar berteriak dalam luapan rasa yang hanya sampai di hati.
Kau tahu, aku pernah tak berdaya di hadapannya, bertemu saja aku tak mampu.
kau tahu, aku juga pernah tertawa sendiri mengingatinya, tapi juga selalu mengejek diri sendiri karena tak pernah berani mengungkapnya.
Dan tahukah, Apa yang muncul di akhir? adalah kebodohanku merindukanmu.
Ya, benar-benar bodoh hanya untuk sekedar mencintaimu.
YOU ARE READING
Rindu Sepihak
RomanceKetika mendung melirik mengejek, semut berdemonstrasi, gemercik air nyinyir, hanya satu kata yang aku ucap, Rindu. Ya, merindu berselimut ombak dibadai pasir gurun sahara atau setetes embun pagi.