[2] Second

23 9 2
                                    


Duduk santai di teras rumah dengan secangkir teh hangat. Laptop dan Kameranya untuk mengabadikan indahnya senja yang tertata rapih di atas meja, lalu ditemani dengan hangatnya senja. Langit Kavindra. Menurutnya itu adalah hal yang sangat menenangkan dan menyenangkan walaupun terlihat sederhana. Senja adalah waktu dimana ia dilahirkan. Tapi kenapa namanya Langit?. Entahlah.....

Yang ia inginkan sekarang hanyalah mengambil gambar senja sambil menikmati beberapa lagu dari playlist di laptopnya. Ia mengambil kameranya, menangkap objek dan-

Cekrek.

Hasilnya indah. Langit pandai memotret. Tapi tidak ada sama sekali berkeinginan menjadi fotografer.

Tapi, tunggu! Siapa ini? Ia men-zoom gambarnya.

Terlihat bayangan hitam seorang perempuan memakai topi dan rambutnya yang pendek sebahu.

Terlihat bayangan hitam seorang perempuan memakai topi dan rambutnya yang pendek sebahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagus. Boleh juga.

Langit mendongakkan wajahnya menatap pemandangan indah yang ada didepannya. Sebentar, perempuan itu terlihat seperti yang ada di kamerannya, apa benar?.
Samperin
Jangan
Samperin
Jangan
Samperin
Jangan.
Hmm... samperin aja deh.
Begitulah ia mengucapkannya dalam hati.

"Maaf, permisi" sapa Langit ramah.
Perempuan itu tersentak kaget. Lalu tersenyum.
"Eh, iya. Ada apa ya?" Ujar perempuan itu.
"Tadi pas saya lagi motret. Saya enggak sengaja memotret kamu. Tenang aja kok. Hasilnya bagus." Langit menjelaskan.
"Ohh begitu? Boleh liat?".
Langit menunjukkan hasil potretannya dan alhasil-
"Wah, bagus. Kamu jago ya".
Langit mengulum senyumannya.
"Boleh kenalan?" Tanya Langit hati-hati.
"Ohh, boleh. Namaku Senja Karisha" Senja tersenyum ramah  mengulurkan tangannya. Dan disapa hangat oleh Langit.
"Langit Kavindra".
Langit dan Senja saling menatap dan tersenyum.

No limit in the sky that I won't fly for ya.
No amount of tears in my eyes that I won't cry for ya.

Nada dering panggilan dari ponsel milik Langit berdering.
"Permisi dulu ya" Ucap Langit. Senja menganggukkan kepalanya. Dan berlalu pergi meninggalkan Langit.

"Halo".
"Bro! Tadi gue ngeliat Quenna jalan bareng sama si Arvind!".
"Tunggu dulu. Ini Gavin?" Tanya Langit.
"Lu jahat banget sama gue, Lang! Nomer temen lu aja enggak di save! Iya ini gue Gavin" Gavin menaikkan nadanya satu oktaf.
"Ohh" Ucap Langit tenang. Bagaikan air di rawa.
"Kok, 'ohh' sih?? Tumben, biasanya lu langsung parnoan, ngambek gajelas gitu kalo ada kabar tentang Queena Lagi jalan bareng sama cowok lain? Ohh! Gue tau! Lu dapet target baru lagi boss??" Celoteh Gavin.
"Yess I have new target" Langit menunjukkan senyum smirk nya.
"Siapa namanya? Cantik?" Gavin antusias.
"Namanya cantik. Senja Karisha. Secantik orangnya". Saat mendengar nama yang Langit ucapkan, dengan spontan Gavin terkejut, "Lu lagi enggak bercanda kan sama gue?".
"Buat apa?" Langit menyatukan alisnya.
"Gini nih, akibat sering BOLOS kelas! Jangankan Bolos masuk kelas, masuk kampus aja JARANG! Lu enggak bosen apa? Dicap sebagai 'King of Bad Boy' sekampus? Lu, enggak capek, Mainin perasaan cewek mulu?! Kali-kali, kek, lu main PS sama gue!" Ucap Gavin dengan menekankan kata 'bolos' dan ' jarang'.
"Emang kenapa?" Langit mengerutkan dahi.
"Jadi gini, Senja Karisha itu most wanted para cowok seantero kampus! Jangankan sekampus, kampus sebelah sama kampus di sebrang jalan raya aja tau! Tapi Senja kayaknya enggak tau soal ini sih" Gavin menjelaskan.
"Kalau begitu. Ini bakalan jadi permainan menarik" Langit kembali menunjukkan senyum smirknya.
"Menurut gue sih, lu, jangan main-main sama Senja. Soalnya keliatan banget polosnya".
"Ok, thanks. Ini bakalan tambah menarik lagi".


Sky and DuskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang