"I'm not scared of Love"****
Tampan, dan penampilan yang manly. Kata-kata yang sangat tidak asing di telinga Langit. Selain itu, Langit terkenal dengan sebutan 'King of Bad Boy' dan 'Blackhole'. Karena, siapa saja perempuan yang ditargetkan oleh Langit akan masuk kedalam lubang hitamnya. Yang menurut Langit itu adalah sebuah permainan yang menyenangkan. Dan, kalau ada yang berani dengan Langit. Pilihannya hanya ada 3. Bertarung, menjadi babu-nya sampai Langit merasa sudah bosan atau Mati ditangannya. Sadis memang. Ya, itulah Langit. Tidak peduli siapa-pun itu, kecuali orang yang sangat langit sayangi. Langit tidak terlalu mementingkan sekitar.
Cerdas tapi pemalas. Entahlah.
Langit cerdas, tapi Langit tidak terlalu peduli dengan kecerdasan yang ia miliki.****
Kali ini koridor kampus tampak sedikit sepi. Bukan karena Langit datang terlalu pagi. Mungkin akibat datangnya Langit, yang membawa aura hitamnya. Terlihat mengerikan bagi orang disekitarnya.
"Tumben, lu dateng ke kampus" Celetuk Gavin, entah sejak kapan sudah berada di sebelahnya dan mengikuti langkahnya. Langit menunjukkan senyum smirk-nya. Dan Gavin melihatnya. Sepertinya Gavin tahu apa yang akan dilakukan Langit. "Oh! Gue tau. Mau ketemu target baru pasti!" Gavin terlihat antusias, "Bye the way, seenggaknya lu temuin Queena dulu, kek!" Gavin memberikan saran. Langit tidak peduli dengan saran dari Gavin, ia menghentikan langkahnya, membuat Gavin ikut menghentikan langkahnya. Langit sedang memperhatikan seorang perempuan yang sudah ia kenal dua hari lalu. Ya, Senja Karisha. Berjarak sekitar 3 meter didepan Langit dan Gavin. Senja terlihat sedang menyapa siapa saja yang melihatnya. Ramah memang. Aura keceriaannya terpancar begitu hebat. Dan, Langit memutuskan untuk menghampiri Senja. Meninggalkan Gavin di tempat. Gavin mengangkat bahunya pasrah dan menghela nafasnya, "Ok, i'm fine".
"Hai, masih ingat?" Langit menaikkan sebelah alisnya, menyapa sekaligus bertanya. Yang Langit biasa lakukan ketika sedang menggoda targetnya. Senja tampak mengerutkan dahinya dan memiringkan kepalanya sedikit. Tampak sedang mengingat. Setelah ingat, Senja mengangkat dan menjentikkan jarinya.
"Oh! Kamuu-- Langit?" Ucap Senja. Langit hanya mengangguk perlahan dan tersenyum, "Kamu anak kampus ini juga? Atau cuma mampir aja?" Senja terlihat bingung."Iya, Langit emang anak kampus ini juga. Cuma dia jar-- emmp, makanya lu enggak li--eemmp!" Langit membekap mulut Gavin. Dan Gavin berusaha melepaskan bekapan Langit.
"O-oh begitu ya, kalo gitu. Aku duluan ke kelas ya" Ujar Senja. Lalu Senja pergi mendahului Langit Dan Gavin. Langit tersenyum saat Senja melewatinya. Gavin melepaskan tangan kekar milik Langit yang membekapnya.
"Hahhh Hahhh" Gavin mengatur nafasnya, "Gila ya, lu! Gue bisa mati kalo gue enggak lepasin tangan lu!" Kesalnya.
Langit mengacak rambutnya frustasi, "Bisa enggak?! Mulut lu tuh manis dikit! Jangan ngomong yang jelek-jelek tentang gue di depan Senja!" Ucap Langit yang tak kalah kesal "Awas aja!" Ancam Langit dengan tatapan yang menyeramkan. Dan, berlalu meninggalkan Gavin lagi.Begitu saja Langit sudah kesal kan?
"Sabar, Vin sabar" Gavin mengelus-elus dadanya lembut. Lalu mengejar Langit.
****
Langit memejamkan matanya dan mengambil nafasnya dalam-dalam untuk menenangkan segala pikirannya dengan duduk santai di bangku taman kampus. Pemandangannya indah. Suara air mancur yang terdengar jelas di telinganya, membuat Langit ingin tidur sekarang juga.
Tiba-tiba Langit merasakan se-tetes air mengenai wajahnya. Langit mulai mencoba membuka matanya perlahan. Tetesan itu semakin banyak, ia merasa ada yang aneh, seperti ada yang sengaja mencipratinya.
Langit tersadar membuka matanya.
Benar saja! Gavin yang menyipratinya dengan air!'
"Sial! Lu enggak bisa ngeliat temen lu lagi santai apa?" Kesal Langit.
"Kerjaan lu tuh kebanyakan tidur!" Cibir Gavin. Langit memutar bola matanya malas. Gavin dengan cepat duduk tepat disebelah Langit. Dan menirukan apa yang tadi Langit lakukan. Memejamkan matanya menikmati suasana. Langit melirik Gavin dengan malas. Berpindah ke bangku panjang yang kosong. Langit merebahkan dirinya, melanjutkan kegiatannya tadi. Tidur. Langit terlelap dalam beberapa detik. Cepat bukan? Itulah salah satu keunikannya.Berbeda dengan temannya, Gavin hanya memejamkan matanya. Terlintas sebuah ide yang brilian menurutnya. Sambil memejamkan matanya Gavin tersenyum santai.
_______________________________________
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky and Dusk
Romance"Langit akan sangat sempurna dengan Senja". "Kenapa?". "Karena, Senja Cantik dan Sempurna. Senja tidak pernah menunjukkan kesedihan ataupun kegelapan, tetapi memancarkan sinarnya yang indah, membuat siapa saja yang melihatnya terkagum-kagum" Langit...