He has everything that all women just willing to spread their legs for him.
Julian punya badan yang bagus dari hasil rajin gym dan angkat kamera berat. Otot bisepnya sudah cukup membuat para wanita menatap lekat-lekat.
Julian lebih sering dikira model daripada fotografer dengan wajahnya yang memiliki garis tegas, belum lagi kulit coklat yang terbakar matahari itu membuatnya menyandang gelar 'Pak Eko' aka PAKEt KOmplit dari anak-anak studio.
Singkatnya, segala sesuatu tentang Julian membuat para wanita merasa gerah.
Meski begitu, bukan rahasia lagi kalau Julian tidak seperti lelaki kebanyakan yang senang menabur benih dimana-mana. Sejujurnya, ia malah merasa jengah menerima tatapan penuh napsu dari wanita-wanita yang berpapasan dengannya. Alasan itu jugalah yang membuatnya malas diajak clubbing untuk sekedar hangout.
Beberapa kali dituding gay, Julian tidak peduli. Julian tahu dia bisa dengan mudah mendapatkan siapa saja yang dia mau. Lagipula, baginya saat ini yang terpenting adalah pekerjaannya.
Setelah dua bulan penuh melakukan sesi foto lintas benua, ia yang tadinya mau mengosongkan jadwalnya seminggu terpaksa membatalkan rencana ketika teman baiknya mempercayakan foto pre-wed mereka ke tangan dingin Julian.
"Gue tahu loe sibuk, tapi sepupu Maya, fotografer yang kami sewa itu baru kecelakaan dan gue gak punya teman lain yang jago foto selain lo," ucap Marco dengan suara setengah memelas setengah putus asa.
Julian menghela napas panjang.
"Gini aja deh. Gue bakal kasih lo kamar terbaik, semua expense lo gue tanggung. Lo bebas extend liburan sampe berapa lama, everything's on me. Oke?"
"Upgrade tiket pesawat gue."
"Done."
Julian mengambil spidol dan mencoret jadwal cutinya di kalender, menimpanya dengan tulisan 'Pre-Wed shoot si kampret' sebelum berkata "Fine" dengan setengah hati.
Mengingat keputusan itu membuat Julian menyesal. Harusnya ia tetap pada rencana awal. Kalau saja ia berpegang pada rencana awal, tidak mungkin ia mandi di bawah pancuran air dingin sambil berusaha melepaskan hasratnya yang tak tersalurkan.
Lihatlah, miliknya masih mengeras dan Julian harus berusaha menanganinya sendiri.
Gadis itu. Sarah. Entah apa yang membuat Julian tiba-tiba tertarik padanya. Is it her petite size? Is it her soft skin? Is it her full breasts?
Ah, sial. Entah bagaimana ia bisa tidur malam ini tanpa memikirkan rasa gadis itu di lidahnya.
Setelah hampir 1 jam berdiri di bawah pancuran, Julian pun keluar dari kamar mandinya dengan handuk melilit rendah di pinggang. Ia memunguti celananya yang terserak di lantai dan melemparkannya dengan asal ke dalam koper. Saat itulah sesuatu berwarna merah keluar dari kantong celananya dan jatuh di lantai.
Senyum pria itu pun mengembang. Setidaknya ia punya rencana untuk besok.
***
"Sarah? Lo sakit?"
Komentar Maya ketika berpapasan dengan Sarah yang baru keluar dari kamarnya membuat Sarah memutar bola matanya. Bagaimana tidak, cara Maya mengucapkan kata 'sakit' jelas mengacu pada kata 'gila'. Tapi Sarah tidak bisa mengucapkan apa-apa sebagai komentar dan hanya tersenyum.
Tadi pagi ketika bercermin setelah selesai mandi, kedua mata Sarah hampir keluar dari tempurungnya. Ia hampir menangis panik melihat bekas ciuman yang memerah tersebar di tubuhnya. Lehernya, pundaknya, payudaranya, bahkan bagian dalam pahanya yang dekat dengan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Explicit
FantasyKetika sengatan ubur-ubur langka membuat pria yang disentuhnya bersedia mencium kakinya dan mengubah hidup gadis itu. WARNING: Mature Content. Might contain inappropriate pic. Read at your own risk.