Hari ini seperti biasa, aku mengawali rutinitasku ini dengan membuka mataku. Sudah menjadi kebiasaan bagiku untuk bangun sekitar pukul 3 pagi, untuk mengerjakan tugas atau belajar materi yang akan aku pelajari nanti di sekolah.
Aku ini seorang pelajar kelas XI di salahsatu sekolah menengah atas di kotaku, bukan sekolah favorit namun jaraknya cukup dekat dengan rumahku.
Menjadi seorang pelajar memanglah hal yang tidak mudah dan tidak susah juga. Kita harus bersedia merelakan waktu untuk belajar, belajar, dan belajar. Ditambah lagi dengan tugas – tugas yang menumpuk. Itulah susahnya. Mudahnya, kita dapat bertemu dengan teman – teman, mengobrol, atau bermain sepulang sekolah.
Namun, aku tidak pernah merasakan mudahnya menjadi seorang pelajar. Aku jarang mengobrol dengan teman – temanku ataupun bermain sepulang sekolah.
Aku menuntut diriku sendiri untuk terus fokus dengan kegiatan belajarku ini. Setiap malam belajar ditambah dengan rutinitasku itu. Bukan tanpa tujuan melakukan hal itu, tepatnya aku ingin menggapai cita – citaku. Menjadi dokter hewan seperti Ayahku.
***
Jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 6 pagi, aku sudah rapi berseragam.
" Dares, cepat sarapan. Udah ibu buatin nasi goreng kesukaan kamu nih. Ibu juga buatin kamu bekal buat di sekolah, jangan lupa bawa ya. " Ucap ibuku dari dapur.
" Iya bu." Jawabku.
Aku keluar dari kamarku sambil membawa tas berisi buku – buku yang cukup tebal. Aku menyimpan tasku di atas sofa dan berjalan ke dapur untuk membawa sarapanku.
Baru saja kakiku selangkah masuk ke dapur, hidungku sudah dimanjakan dengan aroma masakan ibu yang menggugah selera. Aku melihat di tengah meja ada sepiring nasi goreng hangat yang uap nya masih terlihat. Mungkin baru saja matang.
Tak menunggu lama aku membawanya ke sofa dan menyantapnya. Sangat lezat sampai mulut tak bisa berucap. Tak terasa piring ini sudah bersih tanpa sisa. Aku pun kembali ke dapur dan mencuci piringnya.
Tiba – tiba aku melihat Ayah keluar dari kamar sambil menelepon seseorang. Dia terlihat sangat panik.
" Ada apa yah? Kok keliatan panik gitu? " Tanyaku.
" Emm... begini, sapi – sapi di peternakan Johnson terkena wabah penyakit yang cukup aneh. Pemiliknya meminta Ayah untuk menangani hal ini. Ayah harus segera kesana, takut wabah itu jadi lebih parah." Jawabnya.
Ayah kembali menelepon . Seingatku peternakan Johnson itu berada di kota sebelah, jaraknya cukup jauh dari rumah kami. Tapi Ayahku itu tipe pekerja keras, tidak akan terhalang oleh jarak untuk menolong seseorang.
" Dares, kamu belum berangkat?" Tanya kakakku, Kak Mala.
" Kakak ga kuliah?" Tanyaku balik.
" Jawab dulu pertanyaan Kakak, baru kamu boleh nanya. Suka kebiasaan deh." Jawabnya.
Aku hanya tertawa kecil. Padahal aku tahu, dia sedang libur semester.
Terdengar suara mobil yang melaju, Ayahku sudah berangkat. Sepatu sudah kupakai dan tas sudah ku gendong, namun ada satu hal penting yang harus ku lakukan.
" Ibu... Ibu... Dares mau berangkat." Teriakku.
Ibu keluar dari dapur dengan celemeknya yang terlihat ada sedikit noda minyak. Aku pun langsung menghampiri dan meraih tangan Ibuku, lalu menciumnya.
" Aku berangkat." Ucapku.
" Hati – hati di jalan." Jawabnya.
Aku melambaikan tangan pada Ibuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUVER
FantasyKehidupanku berubah seketika. Sesaat setelah Ayahku menghilang tanpa jejak, bak ditelan bumi. Andai kalian tahu betapa sakitnya kehilangan seorang Ayah? Namun, Aku harus segera mencarinya, bahkan ke dunia lain pun akan ku cari sampai aku bisa bertem...