00 - Prolog

97 18 33
                                    

.
.
.
.

Happy Reading, Guys
Jangan lupa klik bintangnya 🌟

-------------------

Seorang gadis muda sedang menyusuri trotoar. Perasaannya sedang campur aduk. Hancur, sesal, terpuruk, kecewa, sakit hati, sedih, senang namun hambar dan frustrasi, semua itu yang kini ia rasakan. Tak ada satu kata yang tepat untuk mewakili semua itu. Karena dalam satu paket terisi berbagai rasa.

Awal mulanya berawal dari rasa ingin tahu. Lalu kepolosan yang ia punya ternyata beda tipis dengan kebodohannya. Karena sifat itu pula yang menjebak nasibnya ke kubangan kotor yang dalam.

Harga diri yang seharusnya ia junjung, kini sudah terhempas jauh ke bawah, tak berharga. Ah, sepertinya kata 'gadis' sudah tak cocok untuk ia sandang lagi. Mungkin 'wanita'-lah yang pantas ia sandang saat ini sebagai bukti kebodohannya.

Dia sudah hilang arah, dia tak punya tujuan hidup lagi. Meskipun kakinya terus melangkah, dia tak tahu harus ke mana.

"Maafkan hamba ya Allah," gumamnya sepanjang jalan.

Titik-titik bening yang meleleh dari matanya menyertai langkahnya. Mata sendunya, penuh dengan kelelahan itu menatap kosong ke depan.

Pikirannya melayang-layang memutar kata 'seandainya' sedari tadi. Sebuah kata yang merupakan sebuah perandaian yang penuh pengharapan. Pengharapan akan dirinya agar tak begini. Tetapi nasi sudah menjadi bubur, kejadian yang ia alami sudah menjadi sesal.

Ia terus melangkahkan kakinya, tak bisa menentukan ke mana ia akan melangkah. Hingga kini kakinya menapak menuju ke tengah jalan.

Jalan itu sepi, namun bukan berarti tak ada kendaraan yang lewat di sana bukan? Ya, dari ujung jalan, sebuah mobil melewati jalan itu.

Dalam keadaan normal, mungkin saja dia akan segera menyingkir, menyeberang ke tepi jalan. Namun dia sedang tak normal. Batinnya sedang goyah, keadaannya sedang tak ada di ambang kenormalan.

Tin. Tin.

Tin. Tin.

Tin. Tiiiinnn.

Mobil berwarna blue coral itu melaju kencang menuju ke arahnya. Wanita itu masih tak sadar akan keadaannya, yang berada di tengah jalan.

Saat melihat mobil melaju, dia hanya bisa diam. Dia diam seakan menantang mobil yang akan menerjang tubuhnya. Pasrah, memang inilah yang ia inginkan. Meskipun sebenarnya dia tak ingin bunuh diri, tetapi dia menginginkan penyesalannya berakhir.

Wanita itu mengembuskan napas berat. Senyuman terakhirnya terukir di bibirnya. "Mungkin ini satu-satunya cara agar sesalku hilang," pasrah batinnya.

Dari sudut pandang si pengemudi, serangan panik sedang menyerbunya. Dalam laju kecepatan mobilnya yang ia setel maksimal, ia tidak mungkin bisa menghindari tabrakan yang akan terjadi. Apalagi keadaan yang ia hadapi secara tiba-tiba. Lalu si penyeberang itu berada dijarak yang tak begitu jauh darinya. Hanya butuh beberapa detik saja mobil yang ia kendarai menghampiri penyeberang itu.

"S***!" umpatnya memukul stir mobilnya.

Brak.

Tak dapat dihindari lagi. Tabrakan keras antar dua benda pun terjadi. Suara benturan dari tabrakan itu memecah keheningan malam.

** TBC **

Next? Kuy, spam komentar

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

N O - S T A L ( K ) G I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang