Seven

10 2 0
                                    

Menatap indahnya alam.. Membuatku jauh lebih tenang..

4 bulan setelah kematian kedua orang tuaku. Kini ku sudah terbiasa tanpa kehadiran mereka, meskipun kadang merasa rindu dengan mereka, aku selalu menguatkan tekad untuk tidak berlarut larut dalam kesedihanku.

Satu hal yang membuatku bahagia. Hubunganku dengan Ryan sudah membaik, aku selalu bersamanya. Aku rasa aku sudah bisa menghilangkan rasa benci ku padanya.

****

Sekarang aku sedang bersamanya, mengelilingi taman kota. Menghabiskan waktu bersama dan melupakan semua kejadian buruk yang pernah kami lewati.

Aku merasa aku membutuhkannya, aku merasa dia sangat penting bagiku. Aku tak mau kehilangannya. Aku jngin mengungkapkan kepadanya, tapi rasa gengsi ku lebih tinggi dari pada rasa percaya diriku.

"Hana, misalkan aku pergi. Apa kau akan tetap mengingatku?" tanya nya serius.
Aku bingung dengan ucapanya, entah mengapa aku merasa akan ada hal buruk yang terjadi
"Aku akan mengingatmu SELAMANYA" ucapku menekankan kata 'selamanya'. Dia tersenyum lalu memelukku.

"Pulang yuk, sekarang sudah malam" ajaknya
"Baiklah" ucapku.
Kami segera masuk ke dalam mobil dan  menuju arah jalan pulang.
Hening. Itulah yang terjadi di dalam mobil. Aku sibuk dengan handpone ku dan Ryan, dia fokus menyetir. Tidak aa yang memulai pembicaraan. Hingga akhirnya mobil yang kami tumpangi sampai di rumahku.

"Terimakasih Ryan atas waktumu" Ucapku
"Tidak masalah" Jawabnya
"Mau mampir dulu?" Tanyaku
Dia melihat jam yang tepasang manis di pergelangan tanganya
"Aku rasa lain kali, ini sudah malam" Jawabnya
"Oh, baiklah. Hati hati di jalan" Ucapku
"Oke" Jawabnya
Aku turun dari mobilnya. Dan membiarkan mobil Ryan keluar dari pekarangan rumahku.

Rasanya badan ku remuk semua setelah menghabiskan waktu seharian bersama Ryan.

Tempat yang sangat kurindukan agar aku bisa beristirahat dengan nyaman. Kamarku. Aku langsung naik ke kasur dan membaringkan tubuh lelah ku.

Rasanya seperti dihantam bebatuan yang besar besar. Aku tak mau ambil pusing, aku segera menutup mataku dan menuju alam mimpi.

"Tidak Ryan, tidak! Jangan tinggalkan aku" Ucap ku menangis
"Aku akan tetap bersama mu" ucapnya lirih
"Kau harus kuat, demi aku. Kau harus bertahan" ucapku semakin menangis
"I love you" ucapnya, lalu menutup mata
"RYAN!!" teriak ku kala mimpi itu terasa begitu nyata.
Aku mencubit pipiku dan ternyata sakit, aku hanya bermimpi. Aku meminum air yang ada di nakas dekat kasurku. Dan berusaha tidur lagi.

****

Tringg!!

Sebuah pesan masuk dalam ponselku.

Ryan
Hai, selamat pagi..
Apa kau free hari ini?

Hana
Pagi juga..
Aku free hari ini,
Memangnya kenapa?

Ryan
Aku ingin mengajakmu
ke taman, Tapi jika kau
tidak mau tidak apa apa

Hana
Aku rasa aku mau

Ryan
Benarkah? Tapi aku
tak bisa menjemputmu,
Kita ketemuan aja di taman
tempat biasa.

Hana
Baiklah, jam?

Ryan
Jam 10.00 WIB   

Hana
Oke, see you

Ryan
See you
-read

Sekarang jam 08.45 berarti aku masih ada waktu untuk bersiap siap.
Aku segera mandi dan membuat sarapan. Semenjak mama dan ayah pergi, aku terbiasa hidup mandiri, ya walaupun kadang kadang rumah berantakan karena aku malas membersihkannya.

09.40 WIB

Menatap pantulan diriku di cermin, itulah yang sedang aku lakukan. Aku, menggunakan celana jeans panjang dan hoodie putih berlengan panjang dan sepatu sneakers abu abu.

Menyadari jam menunjukan 09.40 aku segera berangkat menuju taman.

Menunggu. Itulah yang sedang aku lakukan. Aku datang 10 menit sebekum waktu yang ditepatkan.
Karena bosan menunggu Ryan yang belum datang. Aku memutuskan untuk mengelilingi taman ini, melihat anak anak bermain, berlarian kesana kemari, dan banyak lagi.

Tak sengaja aku melihat Ryan bersama dengan seorang wanita yang pakaianya menurutku kurang bahan. Wanita itu menggenggam tangan Ryan.

Hatiku sakit melihat pemandangan itu. Tak ku sangka orang yang sedang ku tunggu tunggu sedang bersama wanita lain. Dan yang lebih membuatku kesal adalah wanita yang bersama Ryan. Wanita yang aku benci, yang mempermalukanku di depan umum.

Aku berjalan mendekat berusaha menguatkan diriku untuk mendekati mereka.
"Ryan" Ucapku lirih
"Han-Hana, kamu ada di si-"
"Hai, kita bertemu lagi, apa kau ingat aku?" Tanya ku berusaha menahan ajr mata yang sudah siap jatuh dari mataku.
Wanita itu terlihat bingung
"Siapa kau? Aku tidak mengenalmu" jawabnya
"Ohh, rupanya kau lupa dengan ku" jawabku.
"Baiklah aku tinggal dulu, silahkan kalian lanjutkan acara kalian" Ucapku berbalik dan pergi meninggalkan mereka.

Air mataku jatuh, air mata yang sejak tadi ku tahan akhirnya jatuh juga. Sepanjang jalan pulang, aku menangis, mengingat betapa bodohnya aku yang terpengaruh oleh sikap baik Ryan kepadaku, dan wanita itu adalah hal yang lebih utama di balik alasanku menangis.













TBC

Haiii! Balik lagii..
Jangan lupa vote ya❤

Silent readers.. Kalian jahat ;((

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang